"M-maaf, saem. Semalam aku tidur terlalu larut malam. Jadi, pagi tadi aku kesiangan."
"Memangnya apa yang kau lakukan semalaman?" Pria paruh baya itu bertanya pelan, "Apa kau menunggu undian togelmu?"
Gelak tawa memenuhi ruang itu. Hanya satu orang yang tak ikut mengeluarkan suara akibat ucapan sang guruㅡJung Jaehyun. Taeyong sendiri hanya bisa menggaruk tengkuk sambil tersenyum kikuk pada pria paruh baya bername tag Lee Sooman.
Memberikan perlawan pun tak ada gunanya kan? Ia oknum yang bersalah sekarang, pikir Taeyong.
"Kembalilah ke tempat dudukmu!"
"Terima kasih, saem."
Mengusap dada, Taeyong berjalan ke arah tempat duduknya. Melewati Lisa dan Mingyu di bangku depan yang masih saja menatapnya geli. Dalam hati ia bersumpah akan memaki-maki dua biji kacang panjang ituㅡya, ia memang memberi julukan special untuk teman-temannya, kecuali Jung Jaehyun.
Bangku kedua dari belakang, mungkin orang lain akan berpikir jika tempat duduk itu diisi oleh orang-orang pemalas. Namun, Taeyong berhasil mematahkan persepsi tidak masuk akal itu. Sebab ia dan Ten duduk di sana, toh mereka berdua masih masuk dalam jajaran 5 besar di kelas kan?
"Makanya, jangan bermain togel." Ten berbisik sambil menahan tawa.
Taeyong memutar bola mata, "Diam kau, Ten-yamkung."
Melirik sekilas ke arah bangku belakang di samping jendela dan mendapati Jaehyun tengah serius menulis sesuatu. "Jaehyun? Jung Jung Jaehyun." panggilnya setengah berbisik.
"Apa?"
"Aku memanggil Jaehyun, bukan kau Bhuwakul."
"Aku juru bicaranya." Bambam berkata pelan sambil sesekali melirik ke arah Sooman saem yang tengah menggoreskan kapur di atas papan tulis.
Taeyong mendengus, "Aku ingin meminjam buku catatannya." katanya lalu diikuti senyum tipis saat Jaehyun menyodorkan buku itu pada Bambam. "Terima kasih." bisiknya lalu tersenyum tipis pada Jaehyun meski pria itu bahkan tak meliriknya.
"Jaehyun?"
"Apa lagi?"
Taeyong memutar bola mata malas, "Aku ingin bertanya langsung dengannya bodoh! Tulisannya... Aku tak mengetahui simbol apa ini."
Bohong, ia tahu itu simbol fisika yang disebut lambda.
"Lam...lam..." Bambam memiringkan kepala tak yakin. Mendesis pelan lalu menyikut lengan Jaehyun disampingnya, "Jae, aku lupa nama simbol itu. Lam..."
Mengulum senyum, Jaehyun menoleh ke arah jendela. Menahan tawa karena Bambam lagi-lagi membuat perutnya tergelitik. "Lambda." ucapnya dengan suara tertahan.
"Apa? Lamba?"
"Lambda, Bambam." bisik Jaehyun frustasi tanpa menoleh pada teman sebangkunya ituㅡjuga Taeyong.
Pria berdarah Thailand itu mengangguk paham sebelum kembali menatap Taeyong, "Kata Jaehyun itu disebut Lamta."
"Mwo?!"
Pekikan histeris Taeyong membuatnya menjadi pusat perhatian. Ia membekap mulutnya sendiri sambil melebarkan mata. Menoleh sekilas ke arah Ten dan hanya dibalas dengan anggukan pasrah dari sang sahabat, "Fighting, Taeyong-ah."
"Lee Taeyong! Keluar dari kelasku!"
Mendesah pasrah, Taeyong merutuki nasibnya sendiri. Saat ini ia tengah berlutut di luar kelas, mengangkat kedua lengannya dengan tangan mengepal. Baru kali ini ia merasakan sensasi hukuman dari Lee Sooman. "Aish, semua ini gara gara Bambam." ia menggerutu lalu menurunkan lengannya yang sudah sangat berat bagai memikul berliter-liter air dalam ember.
YOU ARE READING
My Introverted Husband | Jaeyong ✓
Fanfiction❝He is Introvert, He is My Husband❞ M/M | FLUFF | SLICE OF LIFE | MATURE | M-PREG Kisah tentang Lee Taeyong yang ditinggal pergi oleh Yuta, sang calon suami di hari pernikahannya. Hingga kedua orang tuanya pun memilih Jung Jaehyun pria dari masa lal...
