***

Taeyong memutar kenop pintu kamar pelan. Sedikit tersentak kala berpapasan dengan Jaehyun saat membuka pintu berwarna hitam itu. Lagi-lagi getaran dalam dadanya menyeruak, dari ubun-ubun hingga ke telapak kakinya.

Debaran itu muncul lagi. Hanya dengan melihat sang suami memakai kaos putih tipis kebesaran juga celana olahraga Nike hitam membuatnya membeku ditempat. "K-kau sudah selesai?" tanya Taeyong gugup.

"Hm," Jaehyun memberikan jalan untuk sang istri, "Aku sudah menyiapkan air hangat."

Taeyong mengangkat alis, "Apa?" tanyanya pelan.

Ia pun terbelalak saat Jaehyun tiba-tiba mendekatkan wajah ke arah lehernya. Refleks ia memejamkan mata, namun yang terjadi selanjutnya membuat ia mendengus kecewa.

"Mandi sana." Ucap Jaehyun setelah berpura-pura mengendus tubuh Taeyong. Terkekeh pelan sebelum memutar kenop pintu.

Ya Tuhan, Apa Jaehyun baru saja mencoba bercanda denganku? Batin Taeyong.

"Ya! Kau mau kemana?" tanya Taeyong setengah berteriak.

Menoleh pelan, Jaehyun tersenyum tipis "Aku akan menunggu di luar."

Hati Taeyong mencelos. Apa ia terlalu keterlaluan pada suaminya?

Sampai-sampai Jaehyun masih juga segan padanya. Pria mungil itu pun menggigit bibir, menatap Jaehyun sendu "Kenapa kau harus menunggu diluar?"

"Aku hanyaㅡ"

"Bukankah ini kamarmu juga? Kenapa kau terus mengalah?" potong Taeyong lalu menoleh kearah lain, "Maksudku... Kau tak perlu melakukan itu." sambungnya lirih.

Jaehyun tersenyum lembut, "Aku hanya haus." katanya pelan sebelum berbalik dan meninggalkan Taeyong yang masih mematung di tempatnya.

"Dasar pria aneh, menyebalkan!" cicit Taeyong sebelum masuk ke dalam kamar mandi. Ia pun langsung disuguhi dengan wangi vanilla yang diduganya berasal dari bathub yang telah terisi. Kembali mengulas senyum sebelum melucuti seluruh kain yang melekat pada tubuhnya. Berendam dalam air hangat itu sambil memejamkan mata.

Terima kasih, Jaehyun-ah.

***

Cukup lama membersihkan tubuhnya, Taeyong keluar dari kamar mandi itu. Berharap Jaehyun sudah lelah menunggu hingga sang suami masuk ke dalam kamar. Namun, yang ia dapati setelah melangkahkan kaki dan menghampiri tempat tidur hanyalah bantal dan guling.

Lalu suaminya? Entah kemana pria aneh itu, pikirnya.

Dengan sigap Taeyong mengeringkan seluruh tubuhnya dengan handuk yang sedari tadi melilit pada badannya. Jika seseorang melihatnya mungkin ia diduga sebagai pria jadi-jadian.

Sebab, ia tak terbiasa melilitkan handuk hanya untuk menutupi pinggang dan kejantanannya saja. Tapi, bagian dada ratanya pun harus ia tutupi, tak ada alasan pasti. Ia hanya tak suka mengekspose seluruh tubuhnyaㅡseperti wanita terkadang, pikirnya.

Setelah memakai setelan piyama navy bergambar rillakuma, Taeyong berjalan ke arah pintu. Hendak mencari keberadaan sang suami yang mungkin tengah berkutat di ruang kerja pribadinya.

Namun, baru saja kaki jenjangnya ingin menuruni tangga, Taeyong justru menemukan Jaehyun tengah terduduk di sana. Menekuk lutut dengan lipatan lengan kekar diatasnya, dagu sang suami pun bertumpu disana. "Kenapa dia bersikap seperti gelandangan?" Taeyong bergumam kesal sebelum menghampiri pria itu.

Duduk disamping Jaehyun lalu mengaitkan lengan pada siku suaminya, "Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya sambil menatap kesal.

Pria di sampingnya menoleh, mendapati sang istri tengah duduk bahkan bergelayut pada sikunya yang tertekuk, "Hanya ingin." balasnya pelan.

Netra keduanya beradu, saling menyelami seolah apa yang mereka rasakan dapat tersalurkan hanya melalui tatapan mata. Taeyong lebih dulu memutus kontak, beralih menyandarkan kepalanya pada bahu sang suami, "Maafkan aku." cicitnya.

"Kau tidak salah." Jaehyun melepas lengan Taeyong dari sikunya.

Pria mungil itu mengangkat kepala sambil menatap Jaehyun penuh tanya. Apa pria itu tak suka jika ia bersikap manja seperti ini? Pikirnya. Namun, pikiran negatif itu hilang saat sang suami merangkulnya. Membawa ia bersandar pada dada bidangnya.

Tersenyum tipis, tangan Taeyong pun bergerak, melingkari pinggang sang suami lalu mendongak. "Aku salah. Harusnya aku mengerti perasaanmu dan tak menamparmu kemarin. Aku sangat menyesal Jaehyun." ia berkata lirih sebelum menenggelamkan wajah pada ceruk leher sang suami.

Jaehyun mengeratkan rangkulannya, menghirup wangi yang menguar dari surai Taeyong dan mengecup pucuk kepala itu berkali kali. "Tidak apa-apa."

"Jaehyun?"

"Hm?"

Taeyong melonggarkan pelukannya pada pinggang sang suami. Kembali mendongak dan menatap wajah Jaehyun lamat. "Aku..." ia menggigit bibir "Tentang Yuta, kemarinㅡ"

"Tidak perlu membahasnya." potong Jaehyun dengan nada datar sambil meletakkan ibu jarinya pada bibir tipis Taeyong.

Sang istri menggeleng, "Tidak Jae, aku tak ingin menyakitimu lebih dalam lagi." Menghela napas panjang, Taeyong memejamkan mata sejenak sebelum kembali menatap netra madu sang suami. "Sebelumnya aku memintamu untuk menungguku agar perasaanku padamu kembali bukan?" tanyanya lirih.

Jaehyun mengangguk lemah, "Lalu?"

Taeyong mengulum bibir, "Berhentilah menungguku." ucapnya pelan lalu menunduk dalam.

Ia bisa merasakan rangkulan erat Jaehyun melemah. Pria itu terdiam, tak mengeluarkan sepatah kata hingga Taeyong kembali mendongak. Tersentak saat melihat kedua manik cokelat gelap suaminya berkaca-kaca "Jaehyun-ah..."

"Apa kau tak bisa mencintaiku seperti dulu lagi?" Jaehyun berucap dengan suara bergetar.

Taeyong tersenyum miring. Mengangguk pelan dan menggerakkan tangannya untuk menyentuh pipi Jaehyun. Mencubit keras pipi suaminya hingga si empu mendesis.

"Berhentilah menungguku bodoh." Taeyong memukul pelan dada Jaehyun.

Jaehyun mengatupkan bibir sejenak. Dadanya berdenyut perih mendengar ucapan Taeyong. Apa itu artinya perjuangannya harus berhenti sampai disini? Pikirnya.

"Tapi kenapa, Tae?"

Lagi lagi Taeyong tersenyum miring "Karena aku selalu mencintaimu Jaehyun, perasaanku..." ia mencengkeram dadanya "Di dalam sini, namamu tak pernah hilang."

"A-apa?" tanya Jaehyun tak mengerti.

Pria yang lebih mungil mendecakkan lidah, "Bodoh," katanya sebelum menarik tengkuk Jaehyun lalu melumat pelan bibir suaminya sejenak, "Aku mencintaimu, Jaehyun. Kau tak perlu menungguku untuk mengembalikan perasaanku, karena aku sadar..." Ia mengecup pipi Jaehyun sekilas, "Hanya kau yang mengisi hatiku hingga saat ini." sambungnya lalu kembali mendekap erat tubuh sang suami.

Jaehyun tak bergeming, masih sibuk dengan pikiran yang tersesat dalam otaknya. "T-Tapi tadi kau bilang tak bisa mencintaiku seperti dulu lagi."

Taeyong mendengus, "Karena rasa cintaku saat ini jauh lebih besar daripada yang dulu, Idiot." Ia menyebikkan bibir lalu mendongak pada suaminya, "Dasar pria membosankan."



to be continued...

Vote, comment, follow dan share cerita ini ke teman-teman jaeyongistmu jika kamu suka cerita ini ya! ^^

My Introverted Husband | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now