"Lihatlah," Yuta berteriak sambil menunjuk Taeyong, "Dia salah satu contoh perusak rumah tanggㅡ"

Taeyong mendongak, terbelalak saat melihat Yuta pun jatuh tersungkur di sampingnya. Menoleh pada pria yang baru saja memukul keras pipi mantan kekasihnya itu.

"Siapa kau hah?" kata Yuta sebelum berdiri namun belum sempat ia membalas pukulan pria tadi, sosok itu kembali menghadiahinya dengan hantaman keras pada perut.

"Hentikan!" pemilik toko berteriak menatap tajam pada kedua belah pihak pembuat keributan lalu berkata, "Selesaikan masalah kalian diluar. Jangan di tokoku!"

Yuta mendelik tajam pada pria di hadapannya, melirik sinis pada Taeyong sekilas lalu menarik lengan Winwin berjalan keluar dari toko itu.

"Jaehyun..." Taeyong berkata lirih, mendongak pada suaminya sambil terisak "Aku ingin pulang."

Pria berlesung pipi itu menghela napas, membungkukkan badan sopan pada pemilik toko, "Maaf telah membuat keributan, Paman." katanya lalu menoleh pada Taeyong yang juga tengah menatapnya. Menjulurkan tangan agar pria itu meraihnya. Taeyong menggeleng pelan, menutup wajahnya dengan dua tangan lalu kembali terisak. "Aku malu Jaehyun... Aku tak bisa berjalan lagi." katanya sambil sesenggukan.

Jaehyun berjongkok membelakangi Taeyong, "Cepat naik." katanya dengan nada datar lalu meraih kedua lengan istrinya. Membawa tubuh ringkih itu di atas punggungnya dan keluar dari toko yang masih diselimuti keheningan akibat pertengkaran tadi.

Ia berjalan ke arah mobil yang ia parkir didepan toko. Menurunkan Taeyong di samping mobil dan membuka pintu kursi penumpang di sebelah kemudi. "Masuk." katanya dan dipatuhi oleh sang istri. Setelahnya Jaehyun berjalan ke arah pintu seberang dan masuk kemudian menyalakan mesin mobil.

"M-maafkan aku Jaehyun," Taeyong menatap suaminya lamat "Aku hanya... Tak bisa menahan emosiku."

Hening, tak ada respon dari sang suami. Taeyong mengatupkan bibir melihat sikap Jaehyun yang tiba-tiba berubah menjadi dingin, sama seperti 8 tahun lalu. Isakannya sudah berhenti, air mata yang membasahi pipinya pun telah mengering.

Perlahan, Taeyong menggerakkan tangan ke arah milik Jaehyun yang berada di atas paha pria itu. Namun, baru saja kulit keduanya bersentuhan tapi sang suami malah menghindarkan tangannya lalu memegang stir.

"Kau marah padaku?" Taeyong bertanya pelan, menatap Jaehyun sendu, "Kau malu karena istrimu membuat keributan?" sambungnya lirih.

Tidak, aku hanya tak suka mendengarmu menyatakan cinta pada pria brengsek tadi. Batin Jaehyun masih sambil terus fokus menyetir.

Meski matanya tertuju pada jalanan di depan, namun pikiran Jaehyun sudah berlari jauh ke masa di mana ia menemukan kebusukan Yuta...

"Jaehyun-ah," Bambam menepuk pundak sahabatnya. Menatap pria itu prihatin lalu melirik ponsel Jaehyun yang sedari tadi digenggam oleh si empu. "Kurasa sudah saatnya kau mengakhiri penantian panjangmu."

Pria berdarah Thailand itu menghela napas, "Sudah hampir 8 tahun kau menunggu, Jae. Satu bulan lagi Taeyong akan menikah." Ia mendecakkan lidah.

"Sedangkan kau? Masih setia menyendiri dan mengamati calon istri orang lain diam-diam." Jelasnya lalu mengambil ponsel Jaehyun. Meletakkan benda persegi itu diatas meja Cafe dan menunjuk layarnya, "Lihatlah, kau hanya berani mengamati sosial medianya," Bambam mengacak rambutnya kasar "Lalu kau diam-diam melamar pada kedua orang tuanya. Hasilnya apa, Jaehyun? Tidak ada! Kau hanya berani bermain di balik layar tanpa bertatapan dengan si pemeran utama."

Jaehyun terdiam. Menatap kosong meja di hadapannya tanpa membalas satupun ocehan Bambam. Ia masih terlalu shock, orang tuanya berkata jika sebentar lagi Taeyong akan menikah dan tak ada kesempatan lagi baginya. Meski kedua orang tua pria mungil itu merestui jika ia melamar Taeyong, tapi yang bersangkutan tak pernah mau dijodohkan dan tetap kekeuh dengan Yuta, kekasihnya.

"Jaehyun-ah," Bambam mengusap bahu sahabatnya, "Sudah waktunya kau melupakan perasaanmu pada Taeyong. Kalian memang tak ditakdirkan bersama."

Pria berlesung pipi itu menggeleng lemah. Tersenyum miring lalu menatap nanar pada Bambam. "Andai melupakan seseorang yang sangat kucintai semudah menjentikkan jari, maka aku tak akan bertahan seperti sekarang ini, Bam." katanya lirih.

Ia mendongak dan berusaha menahan air matanya yang memaksa untuk keluar, "Tapi semakin aku mencoba melupakannya, rasanya semakin sulit dan berat untuk melepasnya bersama pria lain."

Jaehyun menunduk, "Entah kenapa hati juga otakku tak bisa menghapus Taeyong."

"Lalu apa yang ingin kau lakukan, Jae? Dia akan menikah! Apa kau berniat merusak rumah tangganya hah?" Bambam mendesah frustasi lalu menenggak minuman bersoda di atas meja. Menatap Jaehyun malas sambil menetralkan napas.

Jaehyun tersenyum miring, beranjak dari kursi lalu memasukkan ponsel ke dalam sakunya. "Aku harus pergi, sampai jumpa nanti." katanya sebelum meninggalkan Bambam sendiri.

"...dia terlalu polos, padahal aku hanya memanfaatkannya agar naik jabatan di kantor."

"Kau memang cerdik dan licik, Na Yuta!" balas seorang pria lalu bertepuk tangan.

Suara gelak tawa dari meja cafe di samping pintu keluar membuat Jaehyun menghentikan langkah. Menoleh ke sumber suara dan mendapati kekasih Taeyong berada disana. Penasaran, ia pun memutuskan duduk di meja terdekat dari keberadaan Yuta dan teman-temannya.

"Orang tuanya berteman baik dengan bosku. Jadi dengan rengekan manja Taeyong saja Tuan Lee dengan mudahnya memberitahu daepyeonim untuk mempromosikan jabatanku." Lanjut Yuta lalu kembali tergelak.

Jaehyun mengeraskan rahang. Tangannya mengepal kuat mendengar segala ucapan sampah dari pria yang dicintai Taeyong. Padahal, ia kira kekasih si mungil adalah orang baik, namun nyatanya Taeyong hanya dikelabui dan dimanfaatkan.

Aku tak akan membiarkanmu menyakiti Taeyongku.

***

"Ya! Jung Jaehyun!"

Taeyong berteriak, ia sudah mengoceh tanpa henti pada sang suami di sampingnya. Namun, pria itu masih saja diam dan terus fokus mengemudi seolah tak mendengarkannya. "Jika kau marah berbicara lah, sialan! Apa kau belum puas melihatku menangis hari ini?!" pekiknya.

Kau menangis untuk Yuta, Taeyong-ah. Untuk apa kau menangisi pria sepertinya? Batin Jaehyun.

Pria mungil itu menghentakkan kakinya kuat. Mendesis pelan saat mengenai dashboard lalu menoleh ke arah jendela. Ia tak mengerti dengan sikap Jaehyun, meskipun biasanya sang suami irit bicara tapi baru kali ini Taeyong merasa dihiraukan. Perlahan ia mulai terbiasa dengan sikap pendiam Jaehyun, namun saat ini pria itu sepertinya bukan hanya diam, melainkan memendam sesuatu pikirnya.

"Jaehyun-ah, tolong katakan sesuatu. Apa kau marah padaku?" Taeyong bertanya pasrah lalu kembali menatap suaminya.

Jaehyun lantas bergumam, "Tidak."


to be continued...

Vote, comment, follow dan ajak teman jaeyongist mu untuk ikut baca jika kamu menyukai cerita ini ya ^^

You can reach me
@jaesweats on Instagram and Twitter

My Introverted Husband | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now