Pria berlesung pipi itu tersentak, menoleh dan mendapati si pemilik restoran berdiri disampingnya. "Ah, bibi Im. Ada apa?"
Wanita itu tersenyum lembut, kerutan dibawah matanya nampak namun tak mengurangi paras cantiknya yang masih sangat jelas meski termakan usia. "Kau melamun?" Ia terkekeh, "pulanglah nak, sudah jam 12 malam. Aku juga akan menutup restoran sekarang."
Jaehyun mengangguk cepat lalu bangkit dari kursi, "Maafkan aku Bi," ia membungkukkan badan, "Terima kasih makanannya malam ini, aku akan kembali esok." katanya lalu meninggalkan Bibi Im yang tersenyum penuh arti.
***
"Apa? Reuni?"
"Benar," Pria di seberang sana mendesis "Maaf aku lupa mengabarimu lebih awal."
Taeyong mengangguk paham, "Baiklah, aku segera kesana." katanya lalu menutup sambungan telepon. Menoleh pada Ten yang sibuk menusukkan peniti pada baju hasil desain yang baru saja selesai ia jahit. "Ten kau tidak ikut?" tanya Taeyong.
"Kemana?" jawab Ten tanpa mengalihkan padangan dari manequin di hadapannya.
Taeyong mendecak kan lidah, "Bambam bilang ada reuni di restoran Myeondong," katanya sambil merapikan rambut.
Ten menghembuskan napas melalui mulut, menoleh pada Taeyong lalu mengangkat satu tangannya disamping telinga "Aku izin tak bisa hadir chingu-nim, malam ini Johnny mengajakku kesuatu tempat," katanya lalu menjatuhkan bahu sambil mencebikkan bibir.
"Baiklah baiklah," Taeyong menyeringai "Cepatlah menikah, aku kasihan melihat kalian berdua selalu berhubungan intim diam-diamㅡkyaaa! Ten, lepaskan!"
Pria mungil itu mengusap telinganya yang baru saja ditarik oleh Ten, "Berhenti memikirkan hubunganku dengan Johnny," Ten menyeringai, "Kau yang sudah menikah berhubungan intim diam-diam pun tidakㅡaaaakhh!"
Pria bersurai hitam itu mengusap bahunya yang perih akibat cubitan Taeyong. Namun, sahabatnya itu sudah lebih dulu berlari keluar ruangan dan meninggalkan butik.
***
Kenapa sepi sekali? Apa benar reuninya disini?
Taeyong berjalan pelan memasuki restoran yang dimaksud Bambam. Semakin mengerutkan alis saat melihat tak ada siapa-siapa di sana selain sang pemilik, "Permisi Bi, apa benar malam iniㅡ"
"Apa kau Taeyong?" potong Bibi Im. Pria mungil di hadapannya mengangguk kaku lalu tersenyum kikuk.
Wanita itu tersenyum lebar, "Sudah kuduga, silahkan menunggu di meja sana, nak. Bambam ke kamar kecil barusan." katanya lalu menunjuk tempat yang telah disediakan.
"Baik, Bi. Terima kasih," ucap Taeyong sebelum berjalan ke arah meja persegi yang ditunjuk oleh bibi tadi.
Sedikit bingung karena dekorasi meja itu lebih terlihat seperti makan malam romantis bagi pasangan yang berbulan madu. Lilin putih menyala ditengah tengah taburan bunga mawar merah diatas meja. Taeyong menghela napas, menipiskan bibir lalu menatap sekeliling restoran itu. Baru pertama kali ia mengunjungi tempat ini, sederhana namun tampaknya nyaman untuk menghabiskan waktu bersama orang-orang terdekat.
Ia tersenyum miring, pikirannya tiba-tiba tertuju pada sang suami. Sudah hampir seminggu ia bersikap acuh tak acuh pada pria itu. Taeyong menundukkan kepala, matanya menatap lurus kearah meja namun secarik note disana menarik perhatiannya.
Don't cry anymore. I Love You, Jung Taeyong.
"Brengsek," Taeyong bergumam lalu berdecih pelan.
Ia kemudian tersentak saat sepasang lengan memeluk bahunya dari belakang. Jantung Taeyong berdegup tak beraturan, ia menggigit bibir bawah saat merasa tubuh sosok itu bergetar. "Maafkan aku," suara parau pria itu membuat hati Taeyong mencelos.
Ia melepaskan dekapan pada bahunya lalu menoleh kebelakang, "Jaehyun..." tangannya bergerak lalu menyentuh pipi sang suami yang basah karena air mata.
"A-aku," Jaehyun kembali memeluk Taeyong. Melingkarkan lengan pada leher pria itu dan menenggelamkan wajah diatas pundak si mungil. "A-aku mencintaimu."
Taeyong mendorong pelan dada Jaehyun. Tautan keduanya terlepas dan berakhir dalam posisi dimana pria mungil itu masih duduk pada kursi dan sang suami sedikit membungkukkan badan karena memeluknya tadi.
Dua pasang netra itu saling beradu, tak ada suara yang mengganggu selain isakan pelan Jaehyun. Pria mungil di hadapannya menghembuskan napas, "Kenapa kau menangis?" tanyanya lalu menangkup wajah sang suami.
Menghapus air mata Jaehyun dengan ibu jari sebelum menarik pria itu agar duduk di kursi sampingnya. Keduanya duduk berdampingan, namun keadaan kembali hening. Taeyong menunduk dalam, baru kali ini ia melihat sang suami berderai air mata.
Merasa bersalah karena sepertinya apa yang ia lakukan pada pria itu sudah terlalu kejam, pikirnya. Perlahan ia menoleh pada Jaehyun, menatap sendu ke arah sang suami lalu bergumam, "Katakan apa yang ingin hatimu ucapkan."
Jaehyun mengepalkan tangan di atas paha lalu menunduk dalam, "A-aku mencintaimu," lirihnya.
"Aku tak percaya."
Pria berlesung pipi itu menolehkan kepalanya pelan. Menatap Taeyong takut-takut lalu kembali berucap, "Aku tidak berbohong, Tae."
Taeyong tersenyum remeh, berdecih pelan lalu mengambil note yang tadi ia baca, "Lalu apa ini?"
Ia merobek kertas itu, "Aku tahu ini tulisan Bambam. Kau tak ingat? Kita di kelas yang sama selama tiga tahun. Jadi jangan coba-coba membohongiku," katanya dengan nada ketus seperti biasa.
Jaehyun kembali menundukkan kepala. "Maaf," gumamnya sebelum kembali menatap sang istri "Tapi akuㅡ"
"Berikan aku waktu, Jaehyun-ah..." potong Taeyong lalu tersenyum miring. Mendongakkan kepala lalu menoleh ke arah lain dan menghindari tatapan sang suami. Ia hanya takut jika air matanya kembali jatuh jika mengingat kenangan masa lalu. "Kenangan pahit di masa lalu membuatku ragu pada diriku sendiri untuk menerimamu," Ia kembali menatap Jaehyun lamat.
"Kau seperti materi pelajaran yang terlupakan karena materi lain berdatangan di tahun ajaran baru."
Jaehyun terdiam, menunggu apa yang akan dikatakan oleh sang istri selanjutnya. Sudah siap jika saja Taeyong menolaknya seperti perlakuannya 8 tahun lalu pada pria itu.
Taeyong menghela napas panjang, "Kau tahu maksudnya, Jaehyun?" tanyanya. Sang suami menggeleng lemah.
"Materi itu akan kembali dalam ingatanmu saat kau membuka bukumu dan mempelajarinya lagi," Pria mungil itu menunduk dalam.
"Sama halnya dengan dirimu Jaehyun, aku sudah melupakan perasaanku padamu. Tapi, jika aku kembali belajar mencintaimu..." Taeyong menatap sang suami dalam, "Aku yakin perasaanku padamu pun akan kembali seperti dulu."
Jaehyun tersenyun tipis, "Terima kasih."
"Apa kau akan menungguku untuk mencintaimu lagi?" tanya Taeyong pelan. Pria di sampingnya mengangguk.
"Aku akan menunggu," jawab Jaehyun.
"Terima kasih," Taeyong berucap pelan. Mencondongkan badan lalu meraup bibir penuh Jaehyun. Mengalungkan lengan kurusnya pada leher pria itu dan memejamkan matanya rapat.
Aku tak akan melepasmu lagi, Taeyong-ah.
to be continued...
Vote, comment, follow dan ajak teman jaeyongist mu untuk ikut baca jika kamu menyukai cerita ini ya ^^
YOU ARE READING
My Introverted Husband | Jaeyong ✓
Fanfiction❝He is Introvert, He is My Husband❞ M/M | FLUFF | SLICE OF LIFE | MATURE | M-PREG Kisah tentang Lee Taeyong yang ditinggal pergi oleh Yuta, sang calon suami di hari pernikahannya. Hingga kedua orang tuanya pun memilih Jung Jaehyun pria dari masa lal...
