Tuan LeeㅡAyahnya adalah pengusaha terpandang se-Korea Selatan, mitra kerjanya dimana-mana dan akan berbahaya bagi karir Taeyong jika pria itu melakukan hal yang bisa membuatnya kehilangan kepercayaan dari pelanggan.

Licik memang, tapi kemungkinan begitulah balasan yang setimpal untuk Taeyong yang pembangkang dan keras kepala. Namun, Tuhan masih berbaik hati dan menolongnya kali ini. Jaehyun yang sejak awal memang akan dijodohkan dengannya datang ke pesta pernikahannya.

Tuan Lee yang melihat hal itu pun langsung memanfaatkan moment berharga. Memberitahu orang tua Jaehyun jika perjodohan anak mereka akan dilangsungkan. Tentu Tuan Jung dan istrinya setuju-setuju saja, karena sejak awal mereka memang telah merencanakan ini semuaㅡmembuat Taeyong dan Jaehyun menikah.

"Aku tak habis pikir, kenapa orang tua Jaehyun langsung setuju dengan usulan Ayahku. Apa menurutmu Yuta meninggalkanku karena rencana licik mereka?" Taeyong menatap lamat pria bersurai hitam dihadapannya.

Ten berdecak, "Lee Taeyong! Berhentilah menonton drama dan terimalah kenyataan jika pria brengsek itu hanya memanfaatkan mu, bodoh!"

Pria dihadapan Ten melongo. Menatap tak percaya pada sahabatnya lalu menggebrak meja. "Yak! Kita sedang di kantor dan aku pimpinanmu disini! Kenapa kau membentakku?"

"Tapi aku juga sahabatmu, kau harus mendengarkanku." Ten berucap pelan lalu meneguk ludahnya kasar.

Melihat kilatan menakutkan dari sepasang netra bulat sahabatnya membuat bulu kuduk Ten berdiri. Taeyong dalam mode kesal dan marah sungguh lebih menyeramkan dibanding film horor yang pernah ia tonton.

Perlahan Ten bangkit dari kursi, mengambil buku sketsa yang tadi diletakkannya diatas meja. Membungkukkan badan sopan lalu berguman, "Aku akan menyelesaikan tugasku sekarang, Bos."

Belum sempat Taeyong mengeluarkan suara, sahabatnya itu telah berlari terbirit-birit menuju pintu ruangannya. Keluar dari sana dan meninggalkannya yang tengah mengacak rambut frustasi.

"Aish! Semua ini gara gara kau Jung Jaehyun!" Pekiknya lalu menatap ponselnya.

Mendesis melihat wallpaper dimana ia dan sang suami berdampingan mesra diatas altar. Jika orang lain yang melihatnya, mungkin mereka terlihat seperti pasangan yang serasi.

Tapi faktanya, ia dan Jaehyun sangat berbeda. Air dan minyak adalah perumpaan paling tepat untuk keduanya. Tak ada jalan untuk menyatukan dua sifat yang saling bertolak belakang, pikirnya.

Jaehyun si introvet, dan Taeyong sebaliknya.

***

"Kumpulkan sebelum jam 12 siang."

Seluruh mahasiswa yang duduk dikursinya masing-masing mendesah pasrah. Pria di depan sana memang tak banyak bicara seperti dosen lainnyaㅡterutama yang sudah berumur.

Hanya menjelaskan poin-poin dan pokok bahasan di setiap pertemuan mata kuliahnya. Tak ada basa-basi juga cerita tentang pengalaman pribadi yang biasa dijadikan selingan oleh pengajar kebanyakan. Tapi, saat memberikan tugas, tak ada kata bantahan yang ingin ia terima. Meski tak ada kata paksaan terucap dari bibirnya, tapi semua mahasiswa patuh. Nyali mereka menciut saat melihat tatapan datar dan menusuk dari pria itu.

Sudah umum ditemukan dalam perguruan tinggiㅡDosen pendiam tapi pulpennya yang berbicara dan bekerja. Begitulah watak Jung Jaehyun, ia tak akan pernah menegur mahasiswanya yang bermain-main dikelas.

Namun, saat nilai akhir keluar, jangan pernah berharap alphabet A sampai D akan terpampang dikertas hasil studi melainkan huruf E. Hal itulah yang membuat seluruh mahasiswa menyeganinya. Tak bisa menghindari tugas-tugas yang diberikannya meski sangat sulit untuk diselesaikan.

"Pertemuan hari ini selesai." Jaehyun menundukkan kepala lalu berjalan meninggalkan kelas.

Seisi ruangan yang semula dilanda keheningan bagai hutan tak berpenghuni kembali gaduh seperti biasa. Pekikan-pekikan frustasi disekitarnya akibat tugas dari Jaehyun membuat telinga Minho berdengung.

Ia pun sama pusingnya dengan teman-teman kelasnya. Hanya saja, ia sedikit bersyukur sebab dosen yang juga kakak iparnya itu memberinya masukan dan cara kerja praktis saat berangkat bersama ke kampus pagi tadi.

Jaehyun memang tak banyak bicara. Hanya sekedar membalas 'Ya' juga 'Tidak' ketika ditanya atau disapa. Namun, saat dalam obrolan serius, kakak iparnya itu merespon dengan baik bahkan memberi tahunya contoh tentang tugas yang akan pria itu berikan.

Tipikal orang yang terlalu serius dan enggan menceritakan dirinya sendiri terlalu banyak, lebih memilih berbicara tentang hal hal logis ketimbang omongan tak berbobot dan tidak jelasㅡJaehyun adalah orang seperti itu, pikir Minho.

"Kangsa-nim!"

Pria bersurai cokelat gelap itu berbalik. Pandangannya masih datar seperti biasa. Tak ada ekspresi yang menunjukkan ketertarikan untuk berinteraksi dengan orang yang baru saja memanggilnya.

Wanita dihadapannya mengulum bibir. Menyampirkan sebagian rambutnya ditelinga lalu membungkukkan badan.

"Aku ingin mengumpulkan tugasku yang kemarin, kangsa-nim."

Jaehyun mengangguk. Menyodorkan tangan untuk mengambil kertas yang dipegang oleh mahasiswi didepannya. "Berikan."

Nada tegas dari dari suaranya membuat wanita itu menghela napas. Tak rela menyerahkan tugasnya karena masih ingin bersitatap dengan dosen yang dikaguminya sejak masuk ke perguruan tinggi.

"Terima kasih." Ucap Jaehyun lalu kembali berbalik dan meninggalkan mahasiswi itu.

"Sunbae-nim, berhentilah mencari perhatian pada Jaehyun kangsa-nim."

Wanita itu berbalik, menatap tajam Minho yang tengah menyeringai. "Berhenti mencampuri urusanku anak baru!"

"Ow... Ow... menakutkan sekali,"

Minho mengangkat bahu. "Tentu aku harus ikut campur, karena orang yang kau incar adalah kakak iparku, Kim Yeonwoo Sunbae-nim." Katanya lalu mengedipkan sebelah matanya.

Berjalan meninggalkan Yeonwoo yang melongo tak percaya. "A-apa? Jaehyun kangsa-nim telah menikah?"

[Kangsa; Dosen]

[Kangsa; Dosen]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
My Introverted Husband | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now