• 16 •

2.2K 411 72
                                    

Yoona menerjapkan matanya beberapa kali sebelum ia mendapatkan kesadaran penuh. Ia mengedarkan pandangan ke setiap sudut ruangan. Yoona merubah posisinya menjadi duduk, dan kepalanya berdenyut nyeri. Seingatnya, ia keluar dari rumah Sehun. Bukan berarti ia ingin meninggalkan rumah itu. Hanya saja, ia ingin mendinginkan kepalanya sebelum berbicara lagi dengan Sehun. Tetapi beberapa pria berpakaian hitam menghalanginya dan membekapnya dengan sebuah kain. Setelahnya, Yoona tidak ingat apapun.

Ini bukan kamarnya. Bukan ruangannya. Tidak ada jendela, hanya ada ventilasi kecil, dan itu terdapat di ketinggian yang tak bisa ia raih.

Kakinya menuruni ranjang, dan berjalan pelan ke arah pintu. Ia menekan tuasnya berkali-kali karena pintu itu tak dapat terbuka. Yoona memukul daun pintu, "Siapapun yang berada di luar, tolong buka pintunya!" Yoona berteriak berkali-kali, namun tak mendapatkan jawaban. Sampai pada akhirnya, Yoona jatuh terduduk dan menyerah. Air matanya keluar membasahi pipinya. Seketika, penyesalan melanda dirinya. Kenapa ia harus keluar dari rumah Sehun salam situasi yang rumit?

"D-Daddy.."

Terdengar suara pintu kunci terbuka. Yoona menguatkan kakinya untuk berdiri. Dirinya menjadi siaga. Kakinya mundur untuk beberapa langkah menunggu seseorang di balik pintu.

Yoona membulatkan matanya. Dari balik pintu, muncul pria muda yang bukan lain adalah Pamannya, "Paman?"

"Kau sudah sadar?"

Brian mengunci pintunya dari dalam, dan itu tidak lepas dari padangan Yoona, "Kenapa Paman menguncinya?"

"Agar kau tidak lari dariku,"

Yoona sulit untuk menelan salivanya ketika Brian berjalan mendekat. Ia tidak datang dengan tangan kosong. Tetapi dengan sebuah nampan yang di atasnya terdapat makanan. Ketika Brian berjalan mendekat, Yoona melangkah mundur.

"Kau takut padaku?" Yoona menggeleng ragu, "Lalu? Mengapa kau melangkah mundur?" Yoona terdiam. Ia jelas takut. Tetapi jika ia mengatakannya, itu tidak akan sopan. Ia tidak tahu motif apa di balik ini semua.

"P-Paman. Aku ingin kembali pada daddy. Bisakah Paman mengantarkanku?" Yoona bertanya dengan ragu-ragu. Ia bernafas lega, ketika mengetahui Pamannya lah yang ia hadapi. Mungkin, akan lebih mudah berbicara dengan Brian.

Brian menunjukkan tatapan tidak suka pada Yoona. Ia meletakkan nampan makanan di atas nakas yang berada di sisi tempat tidur, "Kau akan tetap disini,"

"T-Tapi.. Daddy akan mengkhawatirkanku," Yoona beralasan. Tetapi ia tidak beralasan. Mungkin saja Sehun memang mengkhawatirkannya. Ia bahkan tidak tahu, telah tak sadarkan diri berapa lama.

Brian mengambil remote TV, dan di hidupkannya. Menampilkan salah satu tayangan TV yang memberitakan tentang pertunangan Oh Sehun dengan Bae Irene. Walau tidak berbicara atau tidak mengumumkan pada pers secara langsung, hati Yoona berdenyut nyeri.

Seperti yang di harapkan. Brian melihat ekspresi terluka dari wajah Yoona. Gadis itu masih melihat tayangan TV, seakan memberitahunya bahwa ini adalah kenyataan yang harus di hadapi.

Yoona menggeleng dan menutup mulutnya dengan tangan. Ia berjalan melangkah ke arah pintu, "Buka!" ia memukul daun pintunya. Yoona menatap Brian dengan wajahnya yang sudah basah dengan air mata, "Paman, tolong buka pintunya. Dan bawa aku pada daddy," Yoona memohon pada Brian, tapi pria itu tetap tidak bergeming.

Yoona menghampiri Brian dan meremat kemeja Brian di bagian dada, "Paman, aku harus mendengar penjelasan daddy. Paman, kumohon.."

"Apa tayangan itu tidak menyadarkanmu bahwa ini kenyataan? Kau harus menerimanya,"

𝓒𝓪𝓵𝓵 𝓞𝓾𝓽 𝓜𝔂 𝓝𝓪𝓶𝓮 ✔Where stories live. Discover now