#OO1

315 61 30
                                    

( ada beberapa revisi, silakan baca ulang :D )

[tokoh tambahan]

[tokoh tambahan]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tania Arunida

Tania Arunida

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Devin Junara

"Lucas hari ini manggung ya, Nath?" tanya Tania, mengeluarkan buku untuk kelas terakhir hari ini setengah hati. Ia benci hari Kamis, di mana kelas terakhir mengambil jam-jam tidur siangnya.

Natha mengangguk sambil menghabiskan sisa makan siangnya, menunggu presensi dosen yang terkenal molor itu. "Iya, kok tau? Padahal acara amal, kayaknya nggak disebar-sebar deh." Sahutnya sambil mengunyah.

"Nggak tahu juga, tapi tadi ada yang upload Insta Story poster acaranya." Ucap Tania. "Lo nonton?"

"Kalau nggak ntar dia ngambek." Sungut Natha. Lucas lebih tua darinya delapan bulan, tapi kalau urusan kadar manja, Lucas justru lebih memprihatinkan.

"Gue salut, dikit, sama cowok lo. Dulu terkenal gara-gara sering motoran liar malam-malam, sejak sama lo malah jadi lebih produktif begitu," ucap Tania diiring kekehan kecil. "please jangan bilang dia kalau gue bilang gini."

Natha ikut tertawa. Tidak heran atas perkataan sahabatnya. Toh, Tania bukan orang pertama yang berkomentar demikian. Orang lain juga.

"Bukan gara-gara gue." koreksi Natha, responsnya paling default atas komentar-komentar serupa itu. ( Sebab Lucas berhenti bukan karena ia yang menyuruh, tapi laki-laki itu sadar diri. ) "Gue nggak pernah larang-larang dia motoran. Kan kalau luka-luka atau kena tilang juga urusannya dia. Cuma ya.. gitu deh."

Semua orang yang mengenal Lucas tahu kalau laki-laki bermarga Wong itu memang banyak bakatnya. Riwayat prestasinya di bidang vokal dan tari mengagumkan. ( Riwayat surat tilangnya di kepolisian juga demikian. )

Tania sahabat akrab Lucas sejak SMA, Natha tidak heran kalau Tania sewaktu-waktu memberi pernyataan komparasi antara Lucas saat SMA dan Lucas saat kuliah. People change. Lucas adalah bukti nyata dari frasa itu.

"Gue nanti ikut dong," ucap Tania, bertepatan dengan bapak dosen berkacamata memasuki kelas. "mumpung besok Sabtu."

Natha mengangguk. "Berarti gue nebeng lo aja, ya? Tadi pagi gue dianter Lucas soalnya." Lalu memberi satu cengiran.

Permintaannya disambut anggukan oleh Tania.










Lucas Kamu jadi nonton kan?

Natha Jadiiiii
Natha Ini sama Tania juga

Lucas Eh? Kok tumbenan dia mau nonton aku wkwkwk
Lucas Habis ini giliranku

Natha Nggak tau, katanya mumpung besok libur
Natha Break a leg!

Natha agak dibuat kaget karena penonton acara ini ramai, setidaknya untuk hitungan acara amal. Universitas sebelah yang mengadakan, satu dari beberapa rangkaian acara Dies Natalisnya.

Lucas tidak tampil sendirian. Di luar kegiatan kuliah, cowok itu punya grup vokal dan tari yang aktif sejak setahun lalu. Lumayan terkenal untuk taraf lokal.

Gadis mungil berambut keriting halus itu sibuk membuka tutup botol air minum, sampai Tania menyikutnya, bersamaan dengan suara penonton yang mendadak riuh. "Nat! Lucas!" bisiknya.

Natha mengangkat kepala, melihat Lucas dan enam orang temannya sudah berdiri di atas panggung.

Sedetik kemudian Natha mengomel dalam hati sebab baju Lucas (dan teman-temannya, tapi Lucas berada di tengah, jadi laki-laki itu yang paling menyita perhatian) benar-benar tidak cocok dengan suasana acara.

Penampil acara amal tapi kostum persis preman jalanan. Serba hitam, berbahan kulit, tanpa lengan, dan seutas rantai digantung di saku celana.

"Bajunya aneh banget, serius," komentar Natha, tepat sebelum musik dimulai.

Tania tertawa. "Tapi cowok lo memang tampang preman, mana rambutnya ditata kayak gitu pula."

Sambil menenggak air dari botolnya tadi, perhatian Natha mulai terpusat pada Lucas di atas panggung. Ini bukan yang pertama kali Natha menonton penampilan Lucas, tapi rasanya selalu sama. Menyenangkan, diselip bangga dan penasaran.

Di saat seperti ini, Natha merasa Lucas pantas berada di bawah spotlight yang selama ini tertuju pada dirinya.

18.25

"Aduh, gue disuruh pulang sekarang, Nat. Gimana dong?"
"Gapapa, Tan. Pulang aja, gue nunggu Lucas kok ini."

Akhirnya Natha tinggal sendirian di halaman Fakultas Pertanian itu. Sendirian, dalam arti, tidak ada lagi orang yang dikenalnya meski masih banyak orang di halaman luas itu. Lucas berjanji akan selesai sebentar lagi.

"Ayo pulang, Tuan Putri."

Natha tersentak, refleks menoleh mendengar suara berat kepunyaan Lucas. Senyumnya melebar.

"Keren tadi!!" Pujinya, berjinjit untuk memeluk leher Lucas. Laki-laki itu tertawa, membalas pelukan Natha.

"Bajunya keren juga nggak?"

Si gadis melepas pelukannya. "Nggak, aneh banget. Siapa yang ngide, sih?" komentarnya.

"Stylistnya," jawab Lucas pendek, menggamit sebelah tangan Natha. "Tadinya aku sama Jun juga udah mau protes, tapi Kak Ten malah seneng banget dikasih baju kayak gitu."

"Dia kan memang hobinya pamer sana sini," sahut Natha, mengayun tangan Lucas. "mau makan dulu nggak? Atau udah dapet makan?"

"Dapet sih, tapi udah aku habisin duluan tadi sebelum tampil, jadi sekarang laper lagi." Cengir Lucas. "Udah bilang Mama kalau pulang telat?"

"Udah."
"Oke, ayo makan dulu."








notes

hai. first of all i'm gonna let you know that i'm not gonna rush this story line. semoga kalian nggak bosan karena memang ceritanya aku bikin lambat, di depan manis-manis dulu, ke tengah sedikit baru konfliknya muncul.

oh iya, dan aku bukan tipikal yang bisa nulis satu part sampai panjang banget, please don't put your hopes high on me :'D ini aja cuma 650+ words

thank you for staying!


404 in love. / lucas, yuqiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang