Part 2

483 38 0
                                    

Kepalaku rasanya ingin pecah ketika Risa, salah satu bagian dari stafku datang dan berkata kalau Barri sedang ada di lobi menunggu. Mau apalagi dia datang, padahal sudah aku bilang kalau dia datang saja ke apartemenku nanti minggu. Risa terlihat salah tingkah ketika melihat ekspresiku. Aku menghembuskan nafas besar dan menyenderkan badan di kursi. "Maaf bu, saya tidak tau kalau ibu sedang tidak ingin ditemuinya jadi saya bilang kalau ibu belum pulang dan masih ada didalam ruangan." Risa terlihat agak takut denganku yang terkenal killer jika urusan pekerjaan. Maaf, karena kalau urusan pekerjaan aku tidak pernah main-main. Hanya urusan laki-laki yang boleh main-main.

"Ya sudah kamu bilang sama dia suruh tunggu dan kamu pulang saja. Kita terusin besok lagi."

"Baik bu, terima kasih kalau begitu saya permisi."

Risa terlihat menghembuskan nafas lega karena aku tidak memperpanjang masalah dan menyuruhnya pulang. Mungkin Risa menganggapnya dia sedang beruntung, tapi tidak denganku. Aku sedang tidak beruntung. Aku berharap, aku bisa makan pasta sendiri di restaurant lalu pulang langsung berendam kemudian menonton serial mistresess season lima yang lagi gantung banget, tapi semua itu mungkin akan hancur karena mood ku terjun ke jurang dengan kedatangan Barri. Aku mungkin memang seharusnya segera menjawab lamarannya daripada menghindar darinya terus. Ya, aku putuskan untuk menjawab lamaran Barri sekarang. Aku menegakkan dudukku dengan yakin dan memakai kembali sepatu hak tinggi yang tadi sempat dilepas karena pegal lalu segera membereskan barang untuk turun ke lobi.

"Malam Kamel," sapa Barri setelah aku muncul dihadapannya. Dia masih mengenakan kemeja dan jas tadi siang. Ya, dengan pekerjaannya dia sering pulang agak larut. Dunia malam juga sebenernya sudah tidak asing lagi buat Barri karena aku juga bertemu dengannya waktu aku dan Keila main ke sebuah club untuk menemukan seseorang yang tajir melintir juga ganteng buat dijadikan pacar yang bisa Keila pamerkan kemana-mana. Sayang, dia malah ketemu dengan cowok yang ganteng memang, tapi ternyata cowo itu biasa-biasa saja. Alhasil setelah dua minggu kenal, Keila bilang "dia kere Kamel, masa nanggung gua belanja di Zara aja dia shock. Ya udah bye-bye aja."

"Ya gimana gak shock?. Loe kan mau dimana aja belanjanya pasti gak kurang dari dua kantong gede."

"Ya kalau dia memang tajir, dia biasa-biasa aja dong malah harusnya dia bilang wah cewe ini baik banget sih belanjanya cuman segini doang di sini gak kaya cewe-cewe lain." Oke, dia memang tidak tau diri dan matre. Aku tidak bisa bela dia karena dia temanku. Dia memang seperti itu. Oke, back to Barri. Jadi kami itu berkenalan karena ulah dari si nenek lampir itu juga. Dia bilang kalau aku bisa ngajak Barri kenalan maka dia akan kasih aku apa aja dan hanya dengan bermodal otak yang cemerlang aku bisa memenangkan taruhan itu. Barri adalah cowok berkelas, terlihat dari pertama aku mendekat. Segala yang dipakainya sudah menunjukan itu dan informasi sedikit dari Keila. Dia orang yang senang ketika kita bisa menyeimbanginya mengobrol dan aku bisa langsung berkenalan dengan Barri lalu dengan cepat berlanjut menjadi pertemuan-pertemuan menyenangkan kami. Hingga akhirnya dia melamar dan membuat aku takut.

"Malam Bar."

Barri langsung berdiri dan mendekatiku. "Sorry, aku dateng soalnya aku mau kasih kamu sesuatu. Aku gak bisa nunggu lagi sampai minggu." Jelasnya langsung karena tau aku kesal dia tidak menurutiku.

"Kita ngobrol di coffe shop depan kantor aja." Barrri mengangguk setuju, tanpa membantah.

Aku dan Barri duduk saling berhadapan. Barri mengambil tanganku yang ada diatas meja, lalu menciumnya. Menyerahkan sebuah kotak beludru berisi cincin yang sudah kuduga. "Bagaimana jawaban kamu sayang?. Aku udah gak bisa lagi nunggu. Kamu ngehindar akhir-akhir ini." Aku tidak melepaskan tanganku yang kini digenggam erat oleh Barri. Matanya pun terus melihatku dan jujur saja itu membuatku risih. Tatapannya dulu nakal dan jenaka, tapi kali ini sangat berbeda.

ReasonWhere stories live. Discover now