Ceklek

Kai membuka pintu ruangan Soobin. Sontak semua yang ada disana mengalihkan perhatiannya pada pemuda itu. Apalagi ia tidak datang seorang diri, Yuna mengekor di belakangnya.

Soobin mengerjapkan matanya terkejut, padahal baru saja ia berharap agar Kai tidak membawa sahabat kecilnya itu kemari. Namun sepertinya kali ini ia belum beruntung.

"Dih, ada-ada aja lo!" ucap Kai sembari menghampiri mereka semua.

Yuna melambai kecil memberi salam. Kemudian memberikan kue yang ia bawa kepada Beomgyu. Beomgyu langsung menyimpannya di atas nakas dengan hati-hati.

"Semoga cepet sembuh, Soobin." ucap Yuna.

Soobin terkekeh, "besok juga gue pulang kok."

"Cih, bukan lo yang mutusin." sambung Yeonjun pada Soobin.

Yuna terkekeh pelan, "oh ya, Lia lagi di jalan mau kesini juga."

Mendengar itu, sontak Soobin membulatkan matanya. Prediksinya seratus persen benar.

"Lo ngasih tau Lia?"

Yuna mengangguk.

"Kenapa? Nanti dia ngira gue sakit parah lagi sampai harus di rawat--" ucap Soobin.

"Sakit lo bakalan jadi parah kalau gue ngga cepet-cepet bawa lo kesini!" Taehyun memutus ucapan Soobin, yang sukses membuatnya seketika membungkam kembali mulutnya. "Cih, padahal tadi lo sampe guling-guling di lantai nahan sakit di perut lo itu."

Soobin mendelik, "cih, diem deh lo."

Melihat Soobin di skakmat oleh Taehyun, semua orang disana hanya terkekeh menyaksikan mimik kesal Soobin.

Tok

Tok

Ceklek

Semua orang menoleh kearah pintu begitu mendengar suara ketukan dari sana. Kepala Lia mencuat dari balik pintu dengan hati-hati. Takut-takut ia salah kamar dan atau mengganggu.

Lia langsung masuk begitu melihat penghuni kamar ini adalah Soobin. Di belakangnya, ikut serta Ryujin yang menemani.

"Hai," sapa Lia pada semua. "Soobin, lo baik-baik aja?"

Soobin mengangguk malu. Ia menggaruk keningnya salah tingkah. "Gue udah ngga apa-apa. Cuman sakit perut biasa kok. Taehyun bilang asam lambung gue naik."

"Bukan gue yang bilang, tapi dokter." ucap Taehyun. Sekali lagi, ucapan Soobin di potong oleh kalimat pedas Taehyun.

Soobin mendesis, "sshhtt, iya. Tapi lo kan yang bilang ke gue. Bukan dokter."

Sementara itu, Ryujin hanya diam sambil sesekali melirik Beomgyu. Sebenarnya ia tidak mau ikut kemari, tapi karena Lia memaksa dengan alasan hanya dirinya seorang yang bisa mengantarnya, akhirnya Ryujin pun bersedia.

Bukan apa-apa, ia hanya tidak mau melihat Beomgyu. Karena ia pasti akan gugup dan tak bisa mengendalikan debar jantungnya.

Ya, separah itulah dirinya.

"Ryujin, lo kenapa? Sakit?"

Suara bariton itu jelas milik Beomgyu. Yang pasti sukses membuat Ryujin tersedak dengan ludahnya sendiri. Apakah Beomgyu menangkap basah dirinya yang sedang menatap kearahnya?

"Hah, ng-ngga. Kenapa emang?"

"Ngga sih, cuman muka lo agak pucet dikit."

Tiba-tiba saja Beomgyu mendekat pada Ryujin dan menaruh telapak tangannya pada kening Ryujin. Perlakuan itu sukses membuat Ryujin menegang dan terpaku. Hatinya menjerit karena kini jarak mereka begitu dekat. Jantungnya semakin berdebar kencang. Apakah ia akan terkena serangan jantung saat ini juga?

𝐿𝑜𝓋𝑒 𝐼𝓈 √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang