Bukan Penyakit Biasa'2

Começar do início
                                    

"Maaf ya, makanannya seadanya nih"ujar Bu kades sambil menuangkan es teh pada gelas masing-masing.

"Ya Ampun Bu, ini aja sudah enak banget. Saya boleh nambah kan?"tanya Paul asal ceplos.

Ucapan nyablaknya itu langsung dihadiahi cubitan keras dari Hilmi.

"Aduh! Kenapa sih. Orang mau makan kok dicubit"ujarnya sambil mengelus-elus pinggangnya.

Aku, Muhzeo, Elsa, dan Hilmi langsung memberikan pelototan tajam kepada Paul.

"Ah, gapapa kok mas. Nambah saja tidak apa-apa. Syukur kalau kalian suka dengan masakan desa kami"ujar Bu kades sambil terkekeh.

Kami membalasnya dengan kekehan dan senyuman malu.

Setelah selesai makan bersama, kami kembali lagi ke wisma untuk istirahat siang.

"Dir, kau tidak merasakan apa-apa kah?"tanya Elsa sambil melepas airphonenya.

Sekarang ini kami sedang berada di kamar untuk melepas penat yang sedari tadi sudah melengkapi.

"Ga kok. Emang kenapa?"tanyaku sembari mengganti baju santai.

"Aku ngerasa merinding gitu deh. Panas dingin"ujarnya.

Aku mulai melakukan adaptasi dengan ruangan ini. Tetapi sungguh, aku tidak merasakan apapun.

"Ga kok. Kau ingin buang air besar mungkin"ujar ku asal ceplos.

"Eh iya juga. Aku memang sudah punya niatan buang air sedari tadi. Hehe"ujarnya yang langsung menuju kamar mandi.

Aku hanya geleng-geleng kepala sambil melanjutkan menulis blog di laptop kesayanganku.

Kantuk mulai menyerbuku. Ku tutup laptop,dan juga memutuskan untuk tidur siang.

🏃

"Jadi ini, masjid kita"ujar pak kades.

"Wah besar ya pak"ujar ku sambil melihat sekeliling masjid yang asri sekali.

Sore ini kami sedang diajak berkeliling untuk melihat pemandangan indah di desa ini.

"Iya dik. Alhamdulillah, di desa kami ini setidaknya warga rajin menunaikan ibadah di masjid"ujar pak kades.

"Kalau ini taman desa"ujar pak kades.

Kami disambut dengan pemandangan teduh, asri, ramah lingkungan, dan juga banyak anak-anak yang bermain disini.

"Anak-anak itu, yang bermain di sana. Awalnya juga mereka terjangkit penyakit berbahaya yang mungkin memang adik-adik telah tau ya. Namun setelah mereka beranjak lima tahun, penyakit itu hilang dengan sendirinya. Tetapi kami sebagai para orang tua, tentunya tetap merasa resah terhadap penyakit ini"pak kades melihat anak-anak di ujung sana sambil tersenyum hangat.

"Saya mohon kerjasamanya ya. Setidaknya, kami para warga bisa tau, penyebab penyakit ini sebetulnya apa"ujar pak kades kembali.

"Baik pak. Kami akan berusaha semaksimal mungkin. Kami minta doanya ya pak. Semoga kami bisa membantunya secara tuntas"ujar Hilmi yang terlihat iba melihat anak-anak tak berdosa itu pernah terserang penyakit aneh.

"Mari lanjutkan perjalanan"ujar pak kades.

"Iya pak"jawab kami.

Kami dituntun ke salah satu rumah warga yang tinggal di dekat taman tadi.

"Assalamualaikum, Nci Wani"panggil pak kades.

"Waalaikum salam, eh pak kades. Oh, sudah datang rupanya. Ini tamunya ya pak? Ayo silahkan masuk"ajak saudagar yang dipanggil Nci Wani itu.

Bisikan Mereka ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora