Chapter 8: Glass (Kaca)

Start from the beginning
                                    

Jin Ling mengerjap. "Apa?"

"Kubilang aku minta maaf. Tidak seharusnya aku mengatakan itu."

"Kau minta maaf?"

"Ya," ucap Jiang Cheng lewat giginya yang terkatup rapat. Jin Ling bahkan tidak mau menyembunyikan rasa syok di wajahnya!

"Wow," ujarnya.

Wow? Wow? Jiang Cheng melupakan semua saran baik dari XiChen dan memelototi keponakannya.

"Tutup mulutmu, akan kupatahkan kakimu!"

Jin Ling bersembunyi di belakang Fairy, wajahnya cemberut di balik telinga fluffy anjingnya. "Kau tidak bisa meminta maaf lalu mengatakan itu!"

"Aku bisa melakukan apa saja yang kumau!"

"Tidak! Permintaan maaf tidak diterima!"

Jiang Cheng separuh berniat melempar bantal ke keponakannya itu, tapi berhenti karena bisa saja malah mengenai Fairy.

"Kau benar-benar ingin kakimu patah?!" teriaknya.

"T-Tidak! M-Maksudku... Aku akan memaafkanmu kalau kau membantuku mengerjakan PR sejarahku!"

Apa? Apa? Itulah kenapa dia di sini? Sampai membangunkan Jiang Cheng dari mimpi buruknya—bocah kurang ajar ini hanya butuh orang untuk mengerjakan PR-nya!

"Kau punya nyali juga!"

Jin Ling akhirnya meloncat dari belakang Fairy, menepuk kedua tangan dan membungkukkan kepalanya. "Tolonglah, Paman! Harus dikumpulkan Senin ini!"

Ini hari Minggu dan besok Jin Ling akan pergi ke rumah si cebol itu. Siapa pun yang punya otak akan tahu bahwa Jin Ling tidak akan pernah selesai mengerjakan tugasnya jika bersama Meng Yao. Hal yang dilakukan aktor itu hanyalah menghujani Jin Ling dengan hadiah yang tidak diperlukan, melupakan fakta bahwa Jin Ling sudah berumur lima belas dan sudah terlalu tua untuk diberi mainan.

Tapi, seperti dugaannya, Jin Ling tidak akan mengeluh soal itu.

"Kenapa kau belum mulai mengerjakannya?" tanya Jiang Cheng. Dia meninggalkan tempat tidur sambil mengerang, menyisir rambutnya dengan jari.

Jin Ling menunduk, menendang-nendangkan kakinya. "Itu kelas yang sama dengan anak-anak itu, oke... Aku tidak bisa fokus ke pelajaran."

Maksudnya pasti para idiot itu masih terus mencari gara-gara dengannya. Jiang Cheng menghela napas; dia bisa membayangkan Jin Ling berusaha keras mengabaikan para bajingan itu. Namun sama seperti Jiang Cheng, keponakannya ini juga terlalu perasa. Keduanya bisa berpura-pura sesuka hati mereka; tapi itu tidak akan menghentikan sakit yang dirasakan.

"PR-mu soal apa sih itu?" tanya Jiang Cheng, tidak lagi merasa ingin mematahkan kaki Jin Ling.

"Aku tidak tahu, sepertinya sejarah Cina Kuno atau semacamnya."

Well, sial. Jiang Cheng juga tidak tahu apa pun soal itu.

"Tunggu, aku akan berpakaian dulu lalu... kita bisa cari di Google atau semacamnya," ujar Jiang Cheng. Miris sekali dia harus menghabiskan separuh hari liburnya untuk membantu si keponakan dalam mengerjakan esainya.

Mencari di Google ternyata langkah pertama yang lebih sulit dari yang dibayangkan dan itu karena Jiang Cheng tidak bisa menemukan laptopnya sama sekali. Dia mencari di penjuru apartemennya, mencoba membongkar kepala untuk mengingat di mana terakhir kali dia melihat benda itu. Chief Nie ingin dia melakukan penelitian tentang serangan geng itu... Jiang Cheng membawa laptopnya ke kantor polisi dia dia bisa bekerja lembur selama istirahat...

monotone (terjemahan)Where stories live. Discover now