Chapter Satu - New Student

577 45 66
                                    


Seorang remaja dinyatakan tewas akibat bunuh diri. Diduga remaja tersebut mengalami Cotard Delusion yang mengakibatkan remaja tersebut berpikir bahwa dia telah mati. Untuk memastikan apakah dia sudah mati atau masih hidup, remaja tersebut melompat dari jendela kamar apartemennya yang berada di lantai 16.

Aku menghela nafasku. Semakin banyak saja remaja yang menderita penyakit mental.

TOK! TOK! TOK!

"Sebentar !" kataku sambil menyimpan koran yang kubaca tadi. Tak lupa aku menyesap kopiku yang belum tersentuh terlebih dahulu.

"Libertas ? Sedang apa kau di sini ?" Aku menatap kekasihku yang selalu kurang kerjaan itu.

Libertas meletakkan jari telunjuknya di depan bibirku.

"Imprudence, sayang" katanya dengan nada mengingatkan.

Ah.....aku lupa. Di sini kita harus memanggil satu sama lain dengan nickname yang telah ditentukan Liber-maksudku Imprudence. Aku tidak tahu apa tujuan Imprudence memberikan nickname untuk semua orang di Desime. Mungkin karena kurang kerjaan. Lagi.

"Kenapa kamu di sini, Imprudence ? Kalau kurang kerjaan, cucilah piring di dapur" kataku.

Imprudence menatapku dengan tatapan mencela.

"Kamu lupa ?"

Lupa ? Apa yang aku lupakan ?

.

.

.

"Ah ! Aku lupa ! Hari ini kan ada murid baru !" kataku sambil menepok jidat.

"Makasih, Imprudence" kataku sebelum berjalan dengan cepat menuju ruangan aula.

Aku membuka pintu aula.

"..........." aku tak bisa berkata apa-apa.

"Maafkan aku, Wisdom. Mereka semua susah sekali dibawa kemari. Terpaksa deh aku menyuruh anak buahku untuk membius dan mengikat mereka di kursi" kata Witchcraft, anak dari Craziness, menteri Kejiwaan di negara Sinvirtue

"Harus banget kamu ikat mereka di kursi ?" tanyaku.

"Ada psikopat di sini. Aku tidak mau Destia kenapa-kenapa" kata Witchcraft.

"Humility ? Memangnya apa hubungan kalian ?" tanyaku, tertarik dengan fakta bahwa Witchcraft ternyata bisa peduli terhadap seseorang.

"Teman lama"jawab Witchcraft santai.

Oke, ini aneh. Mereka berteman, tapi Witchcraft menyuruh anak buahnya untuk membius dan mengikatnya di kursi. Teman yang tidak becus.

"Mungkin sebentar lagi mereka bangun. Kamu mau tanya-tanya mereka ?" tanya Witchcraft.

"Begitulah" kataku.

"Shamanism, tolong ambilkan alat itu" kata Witchcraft kepada Shamanism, salah satu anak buahnya.

"Seperti yang anda minta, Your Highness" kata Shamanism sebelum meninggalkan ruangan aula.

Dan.........

Shamanism kembali dengan membawa sebuah tong kosong besar yang nyaring bunyinya.

"AYO, BAPAK-BAPAK, IBU-IBU ! KITA BANGUN !" teriak Witchcraft sambil memukul-mukul tong kosong itu dengan kedua tangannya.

Aku melihat ke-14 murid baru membuka mata mereka perlahan-lahan, menyesuaikannya dengan cahaya.

"Di mana ini ?" tanya Kindness.

Aku tersenyum. "Selamat datang di sekolah Desime, semuanya ! Aku Wisdom, pemilik sekolah ini. Mohon bantuannya agar kita dapat melaksanakan kegiatan belajar-mengajar dengan baik sampai kalian sembuh !"

Rumah Sakit Jiwa DesimeWhere stories live. Discover now