Terlilit Hutang

1K 118 134
                                    

(non-despair AU)
(location = Indonesia)
(Kiibo jadi human ;) )

Shuichi's POV

Sumpah.

Entah ulah siapa ini, sekarang kelas ini dalam krisis ekonomi yang semakin menjerat kami.

Dan aku nyaris saja ayan dibuatnya.

Himiko kebanyakan membeli peralatan 'sihir'nya, dan dia membeli lewat situs online bernama Lajadah. Sekarang ia tak punya uang dan menimpakan masalah ini ke kelas.

Kaito menggila, ia memborong aneka barang bermotif atau bertema luar angkasa, dan malah berhutang.

Miu pun demikian. Ia kebanyakan berhutang pada ibu-ibu warteg dan tengah dikejar-kejar warga.

Korekiyo, maling ayam Pak Somad, tetangga sebelah sekolah.

Angie, sedikit menambah kesulitan kami semua dengan membeli peralatan lukis berharga lima ratus ribu rupiah.

Tenko sudah berceramah menyuruh kami membayar apa yang kami beli dan kami hutangkan. Ryoma yang kalem sudah tidak tahan lagi, dan ia ikut berceramah disamping Tenko tanpa henti.

...beneran, udah mirip Aa dan Mamah Dedeh.

"PLIS KITA HARUS GIMANAA?!?!" Kaede nangis gegulingan di lantai kelas. Aduh, bebebku pun sudah putus asa. Bagaimana pula ini.

Kokichi menaiki meja, berpose bak penguasa kelas, berbicara santai, "Lo semua bilang lo miskin? Demi kancut Saihara, kalian menggelikan sekali. Bangkitlah!"

Sekelas tidak menduga tukang ngibul kelas kakap bermarga Ouma ini dapat membuat kalimat yang lumayan menyadarkan kami. Well, tapi gausah bawa bawa sempak gue, plis.

Miu tersedu sedan, "Y-Ya terus gimana? Lu ada ide, emang??"

Tatapan bijak Kokichi segera berubah menjadi seringai menyebalkan, "Ya, jual ginjal, lah."

Kirumi sudah angkat berbicara sebelum Kokichi nyaris dijadikan sate oleh penghuni kelas. "Bagaimana kalau kita saling bahu-membahu mengatasi masalah ini?"

Oh lihat, ratu kelas telah berbicara.

"Gamau, salah mereka pokoknya. Saya enggak mau bayar," Maki menolak dengan dingin. Namun Kaito sudah merosot bersujud didepan kaki Maki.

"HUHU— MAKIROLL! BANTUIN BAYAAR HUHUHUU GUE BUTUH BANTUAN ELOOOOO—" Kaito sujud minta ampunan Maki.

Gadis berambut panjang itu terkejut, membuang muka dan mendecih,
"T-terserah deh, kalau itu maumu. Jangan memasang wajah itu lagi."

Kaito mengangguk senang seperti anak anjing.

"Oke, bahu membahu dengan cara apa? Apa kita akan suruh Atua limpahkan pohon duit kesini?" aku mendengus.

"Heh, ngejek Atua, diam kamu. Angie bisa membantu dengan menjual lukisan lukisan yang Angie tidak suka!" Angie memanyunkan bibirnya, tangannya sudah bergerak mengetik sesuatu di ponselnya, menjual online lukisannya.

"Gonta pikir, bakal kurang, karena lukisan Angie hanya satu buah saja. Mungkin hanya terjual dua juta," ujar Gonta, melirik ponsel Angie.

RecehronpaWhere stories live. Discover now