5

532 72 14
                                    

"Serius, Stel. Semalem kak David nganterin lo pulang?" Syifa bertanya sambil mengunyah bakso di mulutnya.

Stella masih diam sambil menatap tatapan kosong ke arah es Cendol di hadapannya.

"Stel. Semalem lo kabur ya dari rumah?" Sella berganti bertanya.

Stella diam sejenak sambil berfikir "Lo tau dari mana gue kabur dari rumah?

Sella tersenyum singkat "Semalem gue sama Selly kerumah lo mau balikin ini" Sella menyodorkan buku Biologi "Terus kata Bi Mina lo pergi dari rumah. Hampir 2 Jam gue sama Selly nungguin lo balik, taunya lo gak balik-balik"

"Stell. Lo gapapa kan?" Selly bertanya dengan wajahnya yang khawatir.

Stella menoleh ke arah Selly, terus gadis itu menyunggingkan sebuah senyuman canggung "Im good, guys. Lorang semua gak perlu khawatir sama gue"

"Gak bisa gitu dong Stell. Kita ini sahabat lo, seharusnya lo itu kalo ada apa-apa cerita sama kita. Siapa tau kita bisa bantu selesain masalah lo. Yahhh walaupun kita gak bisa bantuin seenggaknya kita bisa menghibur lo dan lupain semua masalah lo" Timpal Syifa menasehati.

Mendengar perkataan  Syifa, Stella tersenyum lega. Walaupun ia tidak mendapatkan kasih sayang di dalam rumahnya, seenggaknya ia masih memiliki sahabat-sahabatnya yang selalu sayang dan menemaninya dimana dan kapanpun ia berada "Maafin gue ya, guys. Gue selalu ngerepotin kalian"

"Stel. Everything will be okey" Salsha memegang pundak Stella sambil tersenyum penuh ketulusan. Stella langsung membalas sebuah pelukan hangat pada Salsha dan di balas oleh pelukan Sella, Selly, dan Syifa. Mungkin, di luar sana banyak sekali Anak korban Broken Home seperti kami yang tidak bisa mendapatkan kasih sayang oleh orang tua. Mereka semua melampiaskan semua itu dengan cara Merokok, Mengkomsumsi obat-obatan terlarang, mabuk-mabukan, bahkan ada yang sampai bunuh diri. Karna, mereka semua berfikir: untuk apa mereka hidup? Toh kehadiran mereka pun tidak pernah di anggap oleh kedua orang tua mereka.

Mungkin, ada beberapa orang tua yang hanya memikirkan harta dan uang. Mereka tidak pernah memikirkan bagaimana nasib kebahagiaan Anak-anaknya. Mereka berfikir, mungkin dengan cara memberikan segala fasilitas yang lengkap serba ada bisa membuat mental anak jauh lebih baik. Ternyata tidak, yang di inginkan seorang anak adalah hal sederhana. Yaitu, bisa berkumpul bersama. Makan di satu meja walaupun dengan lauk pauk yang seadanya. Karna yang di butuhkan oleh Anak adalah kebersamaan Kedua orang tuanya bukan Uang, Uang, dan Uang.

Uang memang bisa di cari. Tapi, kebahagiaan tidak akan bisa terulang yang kedua kali.

Di saat Stella Cs sedang menikmati makan siang mereka di kantin. Tiba-tiba suasana kantin berubah menjadi hening pada saat Zico sang wakil ketua osis berjalan dengan angkuh menuju meja yang di tempati Stella Cs.

Salsha menyikut lengan Stella "Ada apalagi Stell?

Stella menggeleng samar "Bakalan ada bencana setelah ini Sal"

"Ya ampun!" Salsha menepuk jidatnya.

"Sini lo!" Tiba-tiba Zico datang dan menarik tangan Stella kasar.

Stella meringis kesakitan. Tangannya di cengkram dengan kasar oleh Zico "A--a--ada aapa ka---

Zico tersenyum kecut. Wajah pria itu terlihat menakutkan "Mana janji lo?!

Stella mengernyit bingung "Janji apa?

"Kemarin kan gue kasih lo kartu nama. Kenapa sampe sekarang lo belum juga hubungin gue?" Stella baru ingat kalau semalam ia lupa untuk menghubungi nomor yang tertera di kartu nama tersebut.

"Maaf kak"

"Gue sengaja selamatin lo sama temen-temen lo kemaren dari hukuman David. Supaya apa? Supaya lo tau gimana caranya berterima kasih. Gue kira lo bakalan hubungin gue dan bilang terimakasih" Zico menghentika ucapannya sejenak. Kemudian ia tersenyum singkat "Lo memang pantes dapet hukuman"

Dunia DavidWhere stories live. Discover now