Baru saja Rhea melangkah sejengkal, pertanyaan Lyra langsung membuatnya berhenti. Entah mengapa Rhea merasa bahwa koridor itu menjadi semakin panjang dan dingin.

"Apa yang kau bawa?"

Satu persatu kelopak mawar itu jatuh akibat remasan kuat jemari Rhea.

Fell like her heart at this time.

"Bukan apa-apa." jawabnya dengan tetap membelakangi sang kakak.

"Aku melihat warna merah disana."

Rhea menggigit kuat bibir bawahnya. Berharap buliran bening itu tak tumpah sekarang.

Will her feel pain today?

"Dan aku mencium bau mawar."

Jemari Rhea mulai mencari target kelopak mawar yang lain. Ia meremasnya.

Lagi, hingga kelopak itu kembali berjatuhan.

Always fell like her heart that never flew.

"Kau membawa mawar? Untuk apa?"

"Ak—aku tidak membawa apapun!" nada suara Rhea meninggi. Siapapun akan tahu bahwa saat ini gadis berambut pirang itu sedang menangis.

She have to do this. If not how would be happy?

"Ini bau mawar merah. Kau benci mawar merah kan?" tanya Lyra. Suaranya saat ini menunjukkan bahwa ia benar-benar takut. Lyra hanya bisa berharap bahwa apa yang ada dipikirannya salah.

Bahwa, sang adik tak mungkin tega mengkhianatinya seperti ini.

"Aku melihatnya. Kelopak itu jatuh…" lirih Lyra.

It's a red rose.

Mendengarnya Rhea langsung jatuh terduduk. Menangis seraya memeluk erat mahkota bunga itu.

Mahkota itu miliknya, bukan milik sang kakak.

Air mata mulai mengalir deras di pipi Lyra. Ia berlari menghampiri kembarannya untuk memastikan apa yang ia lihat. Dengan hati berdebar fokusnya melihat puluhan kelopak mawar itu jatuh. Namun keterkejutannya semakin menjadi saat ia melihat sang adik memeluk mahkota bunga itu erat.

Begitu erat seolah mahkota mawar itu miliknya.

I can't take it off,  because it's mine.

Lyra berjongkok lalu menangkup kedua pipi Rhea. "Dari siapa kau mendapatkannya?"

"Ini milikku!" raung Rhea.

Meski sesenggukan Lyra tetap memaksa dirinya untuk bertanya. "Aku tidak bertanya ini milik siapa. Aku bertanya dari siapa kau mendapatkannya?"

"Kau akan merebutnya…"

You're always like that.

"Aku tidak akan merebut—"

"Bohong! Dari dulu kau selalu merebut apa yang kumiliki."

"Rhe—"

Rhea mengusap kasar air matanya lalu menatap memohon pada Lyra. "Tak bisakah aku merebut milikku kali ini? Hanya kali ini, kak."

Now is time.

Kakak? Seingat Lyra itu panggilan Rhea padanya sampai umur mereka menginjak empat tahun. Setelah itu entah mengapa secara tak langsung mereka berhenti memanggil kakak-adik satu sama lain.

"Jadi apa selama ini aku egois?" tanya Lyra.

"Ya."

"Selama ini aku merebut semua milikmu?"

Rhea mengangguk sambil terus memeluk mahkota bunga itu.

"Aku minta maaf Rhe. Apa yang harus kulakukan agar kau memaafkanku?"

Rhea menggeleng pelan. Melihat Rhea terus memeluk mahkota bunga itu, Lyra bertanya. "Aku tak akan merebut mahkota mawarmu. Meski aku menyukainya, kali ini aku akan memberikannya padamu."

"Kau yakin?"

Have everything, I have to have.

Lyra mengangguk. Semoga saja ini pilihan yang tepat.

Dan semoga, yang dilakukannya kali ini dapat menebus segala keegoisannya pada Rhea tanpa harus melukai dirinya sendiri.

Tuhan, kumohon…

"Dari siapa kau mendapatkannya?" tanya Lyra lagi.

"Apollo."

Forever.

Merlin! Apa yang harus ia lakukan?

***

"Apollo."

Mendengar salah satu jawaban dari dua gadis kembar itu membuat hatinya hancur.

Ia bersandar pada tembok namun kakinya tak bisa menopang berat badannya. Ia terjatuh seraya meremas bagian ujung baju tidurnya.

"Rhe, jangan begitu…"


Tbc
Au ah gelap. Baper ga sih klean gaes? :"

Ngga ya? Yodah emang dasarnya gw bkn bucin jadi mo bikin kata kata baper tuh susah :")

Aku update kali ini karena besok aku mau fokus belajar. Doain ya UAS aku lancar dan nilainya memuaskan semua 🙏

Buat kalian yang mau berteman denganku. Bisa kok temui aku di :

Ig : ekafebi_as (dm aja yaw kalau mau follback ataw sharing2 gitu :v)

Id Line : saturnbee (chat gw dulu ya biar taw :v itung2 lah w ngerasain di chat duluan)

Gmail : febialnsr@gmail.com

See you ❤

Be My Boyfriend (Sequel A New Wife)Where stories live. Discover now