Bagian 2

9 0 0
                                    


                Seusai acara demo eksul, semua siswa kini bergumul di depan papan pengumuan dekat ruang guru. Nena lamat-lamat mengamati lembaran kertas berukuran F4 yang mencetak nama-nama siswa per kelas. "Nena Katalina, Nena Katalina..." mulutnya merapal namanya sendiri. Dia berhenti sejenak saat melihat nama Agatha Putri Anuprabha berada di deretan absen awal di lembaran pertama. Lalu dengan cepat matanya menyisir ke bagian bawah absen. Wajahnya merengut mendapati namanya tak ada disana, tak satu kelas dengan Agatha. Yang ada malah nama Sadi. Mulutnya makin mengerucut, kecewa. Dia kembali melanjutkan pencarian, Nena berhenti saat berhasil menemukan namanya di lembaran kedua yang ia amati. Nena berada di kelas X-2 (sepuluh dua). Tak seorangpun ia kenali.

"Kok gitu mukanya?" tanya Agatha yang baru saja berhasil menerobos kerumunan manusia yang berjejal, mendekati papan pengumuman dan Nena yang sekarang mematung.

"Kita nggak sekelas. Nggak ada yang aku kenal juga lagi di kelas baru. Bakal jadi peer banget deh buat aku bersosialisasi." Wajahnya Nena masih merengut.

Agatha mencari namanya, menghiraukan sejenak keluhan Nena, dan dengan mudah dia menemukan nama cantik itu. Nama yang memilki arti secara bahasa baik hati, ramah, penuh wibawa.

"Aku juga nggak ada kenalan," kepala Agatha menggeleng. "Lagian beda kelas bukan berarti beda benua kan? Kita masih bisa main bareng di jam istirahat atau pulang sekolah."

"Iya juga sih... Semoga aja di kelas baru aku ada orang yang se-humble kamu, jadi aku nggak perlu waktu nunggu sebulan-dua bulan buat akrab. Bye the way, kamu satu kelas sama temen aku, Sadi. Yuk kita cari dia, aku kenalin." Kecewa Nena perlahan mulai sirna.

Tangan Agatha ditariknya, kembali menerobos manusia yang berjejal, mereka mencari Sadi. Tadi sekilas Nena melihatnya berada di mushala.

Sadi sama humble-nya seperti Agatha. Dia tipikal cowok yang mudah bergaul. Pembawaannya ramah dan kalem. Dia juga cukup pintar.

Nena celingukan, mencari temannya yang akan ia kenalkan pada Agatha. Dalam hitungan detik matanya kini sudah menangkap sosok itu tengah berdiri mengenakan sarung, Sadi sedang shalat dzuhur.

"Na, sambil nunggu gimana kalau kita juga shalat dulu?" ajak Agatha, Nena mengangguk.

Kurang dari sepuluh menit, mereka sudah selesai beribadah. Agatha sibuk melipat mukena, sementara Nena terpogoh-pogoh menghampiri Sadi yang masih ada di barisan depan, duduk bersila mengistirahatakan diri sejenak sebelum jam istirahat habis. Wajahnya sejuk dan bersinar, Agatha memerhatikannya yang mengobrol dengan Nena dari belakang. Sesaat Agatha langsung terkesiap ketika tiba-tiba Sadi menoleh ke arahnya. Hampir saja dia salah tingkah, namun Sadi tersenyum lebar, membuat Agatha batal memalingkan muka. Dia membalas senyum Sadi.

Agatha memberi isyarat untuk keluar lebih dulu dari mushala, dia sudah selesai melipat mukena dan merapikannya kembali. Nena mengangguk. Berselang satu menit kemudian Sadi dan juga Nena menyusulnya. Agatha tengah memakai sepatu sejuta umat sederhananya, menyimpulkan tali membentuk pita. Hening sejenak, ketiganya sibuk dengan sepatu masing-masing.

"Yuk!" ajak Nena, berdiri. "Di, kenalin ini Agatha. Teman baru aku yang tadi diceritain di dalam!" seru Nena pada Sadi.

"Sadi... Kita satu kelas ya?" katanya sambil menjulurkan tangan ke arah Agatha. Mereka bersalaman, dan sekali lagi saling melempar senyum.

Agatha mengangguk, "kamu teman sekelas pertama yang aku kenal. Nice to meet you."

"Nice to meet you too, Senorita..." ketiganya tergelak. Rupa-rupanya Agatha dan Sadi adalah pribadi yang memang menyenangkan dan mudah bergaul.

Agit dan AgathaWhere stories live. Discover now