Part 18

198 45 0
                                    

"I love you, Mo," ujar Loveyna sungguh-sungguh. Sahabat seperti ini layak dipertahan. Bimo sahabat sejati yang lebih penting dari saudara. Dia harta karun. Seumur hidup orang-orang mencari belahan jiwa. Hanya sebagian kecil yang mendapatkannya. Loveyna pikir dia tidak akan pernah menemukan orang yang mengerti Loveyna sepenuhnya. Lalu, dia menemukan Bimo. Dan, semakin hari, Loveyna semakin sadar betapa beruntungnya dia bertemu dengan Bimo.

"I love you too, Lo," ucap Bimo lirih. Matanya setengah tertutup. Ekspresinya membuat Loveyna merasa aneh. Saat Loveyna hendak menanyakan apakah Bimo baik-baik saja, Bimo maju.

Segalanya bergerak sangat cepat. Loveyna tidak sadar tangan Bimo melingkar di tengkuk lehernya. Dia masih memproses gerakan Bimo, saat muka Bimo semakin mendekat. Napas Bimo berembus mengenai pipi Loveyna. Kemudian, otak Loveyna macet. Rasanya seperti masuk ke dimensi lain.

Hangat.

Lembap.

Asin. Mungkin bekas air mata Loveyna.

Bibir Bimo.

Bibir Bimo mencium bibir Loveyna.

Loveyna mendorong dada Bimo keras-keras. "Apa yang baru saja kamu lakukan? A...." Bimo terjengkang ke belakang. Dia berdiri menatap Loveyna. "Mo..."

Loveyna hanya dapat berseru lirih.

Bimo mencium Loveyna. MO menCIUM bibir LO.

Pipinya merah. Mata Bimo berkilat dengan cahaya yang baru pertama kali Loveyna lihat. Bimo yang di depan Loveyna bukan Bimo yang dia kenal. Loveyna bingung. "Mo...." Suara Loveyna gemetar.

Bimo duduk kembali di depan Loveyna, berusaha meraih tangan Loveyna. Loveyna otomatis mundur menarik tangan sambil meloncat dari tempat tidur. Loveyna menunjuk Bimo untuk tetap di tempatnya. Dia butuh waktu.

Ini tidak mungkin terjadi.

Ini tidak boleh.

Bimo mencium Loveyna. Bukan di pipi. Bukan di dahi.

Di bibir.

"Dengar." Suara Bimo serak. Ia mencoba menata kata-katanya. "Lo, jangan katakan perasaanmu kepada Jimi. Kamu tidak perlu merendahkan dirimu. Ada yang menyukaimu lebih tulus dari siapa pun. Lihat aku. Ada aku."

Bibir.

Bibir Loveyna.

Ciuman pertama Loveyna. Ciuman yang seharusnya untuk Jimi.

"Keluar," seru Loveyna lirih.

Bimo kehilangan kontrol atas kata-katanya. Dia mulai mendekati Loveyna lagi. "Lo, dengar. Aku menyukaimu. Selalu. Dari dulu."

Loveyna menjauh seperti orang yang takut wabah penyakit. Dia pelototi Bimo seseram yang dia bisa. Benak Loveyna kacau. Ini bencana. Sahabat yang selalu berada di samping Loveyna, orang yang mengetahui rahasia-rahasia jelek Loveyna, orang yang Loveyna percaya dengan sepenuh hati tiba-tiba saja bilang kalau ia menyukai Loveyna.

Bimo bilang dia menyukai Loveyna.

Bimo.

"Keluar."

"Lo... dengarkan aku. Aku...."

"Keluar atau aku teriak."

"Lo."

"KELUAR!" Loveyna berteriak. Histeris bercampur bingung, perasaan tertipu, kecewa, dan kehilangan bercampur menjadi satu. Bagaimana Bimo bisa tega?

"Oke. Aku akan keluar." Bimo mengangkat kedua tangannya. Dia terlalu mengenal Loveyna. Ia tahu Loveyna tidak bisa diajak bicara dalam kondisi emosi. "Tapi, aku serius dengan ucapanku. Aku menyukaimu. Jatuh cinta kepadamu."

Bimo keluar dari pintu. Hening sesaat, Loveyna tahu Bimo masih di depan kamarnya. "Pergi." Loveyna mengambil bantal, melempar pintu kamar. Samar-samar, dia dengar Bimo menghela napas. Lalu, terdengar derap kaki Bimo terdengar menjauh.

Loveyna berlari ke jendela, mengecek Bimo pergi dari rumah. Saat sosok Bimo hilang dari pandangan, badan Loveyna langsung lemas. Perlahan, dia duduk di lantai kamar, merenungkan betapa kacaunya hari ini.

Memikirkan Bimo menyukai seseorang tidak pernah terlintas dikepala Loveyna. Bimo adalah Bimo. Bimo adalah orang yang mustahil menyukai orang lain. Bimo yang penyendiri. Bimo yang tidak pernah menunjukkan ketertarikan pada orang lain. Bimo yang menunjukkan tanda-tanda... gay. Indikasi Bimo gay selalu saja hinggap di pikiran Loveyna.

Loveyna tahu ini seperti memberikan label kepada seseorang.

Namun, bukan salahnya juga bila Loveyna berpikir seperti itu. SMU masa saat semua orang melabeli semua orang. Loveyna bisa menebak label setiap anak di sekolah dari gerak-geriknya.

Jimi. Pintar. Juara kelas. Agak eksentrik. Label: kutu buku.

Fran. Pengkhianat. Menyebalkan. Tidak tahu malu. Label: orang buangan.

Loveyna. Cantik. Banyak penggemar. Baik hati. Label: anak gaul.

Bimo. Sudah cukup menjadi Bimo untuk diberi label. Label: diperkirakan kuat menjadi gay.

Namun, keyakinan Loveyna tentang itu hilang. Ciuman Bimo seperti di film. Ke kanan ke kiri. Loveyna tidak tahu apakah itu berarti ciumannya profesional atau tidak. Referensi Loveyna cuma satu dan itu berasal dari sahabat yang dia kira homo.

Tidak ada pembandingnya.

Ciuman Bimo merusak semuanya. Loveyna ingin kejadian yang tadi segera hilang dari ingatan. Masalahnya kejadian itu justru menari-nari di kepala Loveyna. Sekarang, dia tidak tahu label apa yang harus dia tempelkan kepada Bimo. Label calon gay jelas salah. Label Bimo yang sekarang....

"Sial. Sial. Sial."

Loveyna tidak tahu label apa yang cocok untuk Bimo. Lucu sekali. Persahabatan dalam hitungan tahun menghilang begitu saja. Satu jentikan jari, sahabatnya berubah menjadi orang asing. Momen yang kurang dari semenit itu membuka mata Loveyna kalau dia sebenarnya tidak mengenal Bimo. Loveyna tidak tahu sama sekali tentang Bimo.

Loveyna tahu tanggal lahir Bimo. Loveyna kenal orangtuanya. Dia tahu kegemaran Bimo. Namun, hanya itu. Semuanya hanya bagian kulit yang tidak ada apa-apanya. Bimo berbohong sama seperti Fran membohongi Loveyna. Apakah ini gara-gara Loveyna? Mengapa semua orang di dekat Loveyna ingin membuatnya sakit hati?

Hari ini, Loveyna kehilangan banyak hal.

Pertama. Jimi mau menembak Fran.

Kedua. Ciuman pertama Loveyna dicuri sahabatnya.

Ketiga. Bimo kehilangan kepercayaan Loveyna.

Ada apa sebenarnya dengan hari ini?

Lo Dan Mo Dan Segala KemungkinanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang