Part 14

242 56 1
                                    

Setelah mendengar cerita Loveyna, Bimo baru menyadari satu sisi baru sahabatnya itu. Jujur, Bimo terkejut. Selama bersahabat dengan Bimo, Loveyna tidak pernah menunjukkan sisi keras seperti itu. Bimo sedikit ngeri. Ternyata, Loveyna sanggup memupuk benci dalam waktu yang sangat lama.

Bimo sebenarnya kurang mengerti dengan kebencian Loveyna. Bagi Bimo, jika seseorang sudah minta maaf (dalam kasus ini, Fransesca, kelihatan sangat menyesal), masalahnya selesai. Perkara bisa bersahabat lagi atau tidak, itu urusan lain. Menurut Bimo, tidak baik membenci bertahun-tahun. Itu hanya membuat suasana hati menjadi buruk. Bimo pernah membaca sebuah ungkapan bahwa benci itu seperti kita yang meminum racun, tapi berharap orang lain yang mati.

Ah, mungkin ini yang disebut persahabatan. Semakin dekat maka akan semakin kelihatan aslinya.

Hari ini, Bimo terpaksa pulang duluan. Tadi pagi, sebelum berangkat sekolah, ibunya menitipkan daftar belanjaan. Bimo mengetik pesan untuk Loveyna hari ini mereka tidak pulang bareng.

"Bim, pulang?" tanya teman sekelas Bimo.

Bimo mengangguk kecil.

"Jangan lupa nanti malam deadline tugas kelompok," katanya. "Dikumpulkannya memang masih dua hari lagi tapi sengaja agak cepat biar ada waktu lowong buat revisi dan bikin makalah."

"Oke," kata Bimo. Dia lanjut keluar kelas.

Bimo tidak akan bisa begini tanpa Loveyna. Cewek itu membawa banyak pengaruh, membuat perubahan di kehidupan sosial Bimo. Sekarang, Bimo bisa bercakap-cakap dengan teman yang lain. Bimo belajar percaya bahwa tidak semua orang di kelasnya berengsek. Ada juga yang ramah dan perhatian. Ada juga yang seperti Loveyna, tidak anti pada perbedaan.

Loveyna mengobati rasa takut Bimo bergabung di keramaian sekolah. Sedikit banyak, kejadian di depan bangku populer membuat Bimo malas keluar kelas seperti duduk di samping lapangan atau cari makan waktu jam istirahat. Loveyna memaksa Bimo duduk di kantin, padahal sebelumnya Bimo enggan setengah mati.

"Sudah jangan pikirkan," kata Loveyna setiap kali Bimo merasa ada anak-anak yang berbisik-bisik menatapnya.

Bimo memberikan senyuman terpaksa. "Lo, kamu enggak bakal ngerti bagaimana rasanya. Satu dua kali kasak-kusuk, aku masih tahan. Tapi...," Bayangkan bagaimana hebohnya Loveyna, orang populer di SMU Harapan, malah berakrab-akrab dengan Bimo, anggota kaum tersisih. Bimo merasa sangat bersalah kalau sampai Loveyna dijauhi gara-gara bergaul dengan dia.

"Anggap saja mereka penggemar." Loveyna meremas tangan Bimo. Gilanya, Loveyna melambaikan tangan ala ratu kecantikan pada orang-orang yang kasak-kusuk. "Lihat kan, sekarang mereka yang salah tingkah."

"Lo...." Bimo mendesah.

"Nanti mereka bosan sendiri," katanya. "Tenang saja, oke?"

Meja yang Bimo dan Loveyna tempati selalu sama, di pojokan agak jauh dari keramaian, hasil kompromi antara Bimo dan Loveyna. Loveyna ingin Bimo bersosialisasi. Bimo tidak ingin jadi sorotan. Jadilah pilihan ini. Kadang-kadang, ada yang mengajak mereka bergabung di meja lain. Bimo dan Loveyna biasanya duduk sebentar, lalu kembali ke meja mereka yang lama. Entah mengapa, meja buluk itu terasa spesial buat Bimo. Mungkin karena keberadaan Loveyna .

Persis seperti ucapan Loveyna. Lama-kelamaan, bisik-bisik yang Bimo dengar hilang. Banyak hal menggegerkan SMU Harapan yang jadi bahan pembicaraan. Kekhawatiran Loveyna ikut dijauhi karena bergaul dengan Bimo, tidak terjadi. Bahkan setelah Loveyna mulai terang-terangan menolak ajakan Patricia dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan Bimo. Loveyna tetap populer. Puluhan cowok mengantre menyatakan cinta kepada Loveyna.

Dipikir-pikir lagi, Loveyna sudah lama tidak pacaran. Semua pernyataan cinta ditolaknya baik-baik. Kata Lo, "Kalau cuma untuk jadi pesuruh, aku punya kamu."

Lo Dan Mo Dan Segala KemungkinanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang