Lalisa menyipitkan kedua matanya, dan menatap intens nenek tersebut. "Curiga deh, nenek itu sebenernya masih muda cuma berpenampilan tua secara natural. Iya, kan?" tanya gadis itu mengitimidasi.

"Nenek itu mau awet muda, makannya ikutin perkembangan jaman." jawabnya pede.

Niko menghela nafas berat sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia tidak habis pikir jika tukang urut pilihannya ternyata sama-sama bawel nan pede seperti gadis yang tengah berdebat dengan seorang nenek-nenek, walau hanya masalah sepele.

"Udah, udah!" Niko mengakhiri perdebatan keduanya. "Mari nek saya antar." Niko pun membawa tukang urut keluar dari kamarnya, dan meninggalkan Lalisa sendirian di kamar sampai menimbulkan kegabutan yang teramat, karena ponselnya yang berada di dalam tas.

"Ish..., Chika mana sih? Kamvret emang! Pasti mereka pacaran dulu deh jadi nganterin tas guenya lama," cibir gadis itu, kesal. Kemudian, Lalisa kembali terdiam dan mengedarkan pandangannya ke kamar asing yang tidak pernah ia tiduri sebelumnya, yaitu kamar tamu yang sekarang menjadi kamar Niko untuk sementara.

"Mama kapan pulang sih?" tanyanya lebih ke sendu, karena gadis itu sangat merindukan orangtuanya. Dan, terutama malas harus satu rumah dengan Niko.

"Anak Mama dasar." tiba-tiba saja Niko nyelonong masuk ke kamar hingga membuat Lalisa terlonjak kaget dengan kedua bola mata yang terbelalak.

"Astaga!!!" Lalisa meninggikan nada suaranya seraya mengelus dada, yaps ia hampir jantungan. "Lo kok tiba-tiba masuk sih? Terus emang tuh nenek rumahnya dimana dah? Kok lu nganterinnya cepet banget, kan motor dibawa Dimas?" tanyanya serakah.

Niko tidak melihat ke arah Lalisa dan menjawab pertanyaan dari gadis itu, ia malah sibuk membuka lemari yang berisikan baju-bajunya lalu mengambil salah satu kaos polos berwarna putih serta celana training adidas. Sementara Lalisa, ia terus memperhatikan gerak-gerik cowok itu sampai alisnya kembali terangkat diikuti tatapan penuh keheranan.

"Lo mau ngapain?" tanya gadis itu lagi.

"Gua mau mandi." hanya pertanyaan itu yang dijawab Niko, lalu ia membalikkan badannya menghadap Lalisa.

"Ish gara-gara kaki gue sakit, jadi gak bisa ngapa-ngapain kan. Padahal udah gerah banget, arghh!!!" desis Lalisa sebal seraya melihat kakinya, lagi-lagi ia mengerucutkan bibirnya.

"Yaudahlah terima aja," ucap Niko seraya melangkah menuju kamar mandi, tapi sebelum masuk, ia melanjutkan pembicaraannya. "Kan gak mungkin gua mandiin lu." katanya sambil tersenyum jahil, karena dari situ ia langsung membayangkan ekspresi jijik dari Lalisa.

"Heh!" teriak gadis itu menatap horror Niko yang segera menutup pintu kamar mandinya. Cowok itu malas mendengar ocehan dari gadis bawel yang tengah berbaring di kasurnya. "Ngeselin banget sih jadi orang!" gumamnya lalu memutar bola matanya malas.

🔥

Di tempat berbeda, tepatnya di luar rumah Lalisa, Revan yang baru sampai rumahnya pun segera turun dari motor. Namun, langkahnya harus terhenti ketika mendengar suara kendaraan dari tetangganya. Sontak, cowok itupun langsung menoleh dan membulatkan kedua matanya ketika melihat, jika yang mengendarai motor Niko adalah Dimas serta Chika yang berada di belakangnya.

"Woi, Dim! Lu kok bawa motor si Niko?" tanya Revan saat Dimas mulai mematikan mesin motornya dan menstandarkannya.

"Iya, tadi gua disuruh si Niko buat nganter motornya ke sini. Soalnya si Lalisa gak bisa jalan dan dia gak bisa naik motor, jadinya si Niko naik taksi." jawab Dimas seraya menjelaskan. Sementara Chika, ia kerepotan di belakang karena memegang dua tas sekaligus dua box pizza.

YoursWhere stories live. Discover now