Bagian 31

1.7K 211 81
                                    

Sore harinya.

Lalisa yang sudah mengenakan baju biasa dengan wajah tanpa makeup tebal lagi, sedang merapihkan lemari.

Gadis itu cemberut selama merapihkan kamar. Ya, pasalnya, Fellyana menyuruhnya berbagi lemari dengan Niko dan mengharuskan dirinya menyisihkan sedikit baju ke koper.

"IH SEBEL BANGET! KENAPA GINI BANGET SI NASIB GUE, KESEL!" gerutu Lalisa sepanjang membereskan kamar, apalagi Niko malah menghilang tidak membantunya sama sekali. "POKOKNYA KALO MASALAH KASUR, GUE GAK MAU BERBAGI IH NAJONG."

TRINGG...

lalisa menghentikan aktivitasnya, ia mengalihkan pandangan ke ponsel yang berdering tepat berada di atas nakas. Alis gadis itu mengerut sebelum akhirnya beranjak dari kasur untuk meraih ponselnya.

Ia melihat nama seseorang di layar sana, lalu menggeser tombol hijau kemudian ditempelkan ke telinganya. "Kenapa?" terdengar sok dijutekan.

"Lalis, ayo kita ketemu."

Lalisa menarik nafas dan masih mempertahankan gengsinya, ia tidak mau terdengar senang karena di telepon orang itu. "Gue sibuk."

"Sebentar aja, plis.."

Lalisa mengulum senyum salting ketika mendengar cowok disebrang telepon sana memohon hanya untuk bertemu dengan dirinya. Hingga dibeberapa detik setelah gadis itu diam mengatur detak jantungnya, akhirnya mengangguk setuju sembari berdeham grogi.

"ekhem, oke deh. Tapi janji jangan lama ya."

"Oke, Revan tunggu luar rumah ya."

*****

Setelah beberapa menit, gadis itu pun keluar menemui Revan yang sudah berada di depan rumah pakai motor CBR-nya.

Revan tersenyum ketika Lalisa muncul mengenakan baju kodok levis dengan dalaman tanktop putih, ditambah ia memakai bandana senada dengan warna baju. Sangat imut menurutnya, persis seperti Lalisa sahabat kecilnya.

"Kenapa liatin Lalis kaya gitu?" tanya Lalisa ketika berada di hadapan Revan.

Revan hanya menggeleng atas jawabannya. "Ayo, naik."

Lalisa mangut-mangut. "Oke!" serunya lalu menaiki jok belakang seraya memegang bahu Revan, sebelum akhirnya mereka berdua berlalu dari pekarangan rumah.

Di sepanjang jalan, Lalisa memeluk tubuh Revan, begitu pun Revan membiarkan gadis itu nyaman di sandaran punggungnya. Ia merasa bersalah karena sudah meninggalkan Lalisa, dan membiarkan gadis itu menikah begitu saja dengan orang yang tidak disukainya sama sekali.

Sementara dibalik punggung cowok itu, Lalisa terdiam dengan tatapan yang kosong. Dirinya masih terngiang-ngiang tentang kejadian dua hari yang lalu, dimana Revan lebih memilih Nina dan menyebabkan kejadian tak terduga menimpanya.

"Revan, kenapa harus suka sama Nina si?"

Revan terkejut sampai harus rem mendadak hingga membuat gadis itu terhuyung dan tak lagi memeluk Revan.

"Kenapa?" tanya Lalisa yang ikut kaget, ia pikir Revan menabrak sesuatu sampai tak sadar jika pertanyaannya dalam hati terlontar dari mulutnya.

Sedangkan Revan, ia yang mendadak gugup mencoba untuk menjalankan motornya lagi. Dan berusaha mencairkan suasana.

"enggak, Lalis mau makan apa?" tanya Revan mengalihkan.

YoursWhere stories live. Discover now