"Fakultas apa dek?" tanya gue lagi.

Rina menunjuk kearah gedung fakultasnya. "Ilmu budaya kak" jawabnya. Entah kenapa gue exicted banget tahu bahwa dia satu fakultas dengan Jaefri.

Ya kalo gue main-main kesana gaperlu canggung dilihatin cewek-cewek fansnya Erlang, Jaefri karena gue kesana ngobrolnya ya sama mereka-mereka aja, Gue gak kenal siapa-siapa di fakultas Jaefri.

Dan akhirnya temen cewe gue on the way nambah, ga cuman Yuna sama Lisa aja.

"Kakak punya temen cowok disana"

"Wah kakak punya temen diluar fakultas? Keren!"

"Hahaha iya cowo doang tapi, makannya kalo main kesana hawa-hawanya gaenak mulu, bukan karena angker tapi itu tatapan cewe-cewenya tajem banget. Hihh...jadi merinding"

Gue bercerita, sembari mengusap-usap lengan gue karena kembali membayangkan tatapan cewek-cewek di gedung fakultas Jaefri, tajam banget terus dingin. Berasa Yeti gunung Himalaya yang mau nerkam dan jadiin gue manusia gulung gitu.

Rina nampak tertawa renyah mendengar cerita gue barusan, "Tenang aja Kak, besok-besok kalo main kesana Kakak tinggal telfon atau chat aku aja, nanti kita ngobrol bareng" sahutnya.

Mata gue berbinar mendengarnya, lantas gue merogok saku gue buat ambil handphone gue. "Sini kasih Kakak nomor kamu, biar bisa kakak hubungi nanti" gue berucap sembari menyodorkan handphone gue ke anak ini.

Dan dia menerimanya dengan senang hati, mengetikkan sejumlah digit nomor lalu mensave nya.

"Yaudah kak, aku mau pergi dulu ya" Rina pamit, gue pun mengiyakan lalu memberinya jabat tangan sebagai tanda pertemanan.

Setelah Rina pergi, gue kembali merasakan mual yang bukan main, mual banget rasanya pengen muntah.

Gue pun bergegas pergi ke kamar mandi sebelum benar-benar keluar dan ngotorin baju putih gue yang suci tanpa najis ini.

Hoekk!

Hoekk!

Mata gue membulat ketika gue melihat darah keluar dari mulut gue, baunya juga busuk. Sesegera mungkin gue menekan tombol dual flush untuk menyiram bekas muntah gue.

Entah mengapa, rasanya gue lemes banget setelah muntah tadi, gue menutup tutup closet tersebut dan duduk disana untuk beberapa menit.

Mual yang gue rasakan pun tak kunjung pergi, perih terasa ditenggorokan gue.

Lagi-lagi gue memutar otak mencoba memikirkan lagi, sebenernya siapa sih yang jahil sama gue sampe bawa-bawa dark things kayak gini. Dia kira lucu? Setiap hari gue gabisa melaksanakan kewajiban gue dengan baik, malam nya selalu menahan rasa sakit di tenggorokan, dan bahkan mimpi buruk selalu datang.

Jujur, gue udah capek kayak begini. Tapi gue juga bingung harus minta tolong ke siapa, Jaefri? Dia membantu untuk sesaat saja. Tapi cukup melegakan mengetahui dia selalu ada di sisi gue.

Gue menghela nafas panjang, lalu segera berdiri dan berjalan keluar kamar mandi. Kepala gue pusing, sangat pusing. Rasanya susah banget controlling diri.

Mata gue membulat kala melihat sebuah bayangan hitam berdiri tak jauh dari tempat gue berpijak sekarang, seiring beberapa waktu pandangan gue kabur dan bayangan itu pergi begitu saja.

Gue takut

Tangan gue bergetar hebat, kepala gue gak bisa menerka benda apa itu, yang gue lakukan hanya berlari keluar dan mencari keramaian, setidaknya ditengah keramaian gue bisa merasa jauh lebih aman, karena ada orang yang tahu keberadaan gue.

CRUSH CRASH ; Jaehyun ✔Where stories live. Discover now