Bab 1 Aku

10 0 0
                                    

"Riin bangun udah jam 5 sholat subuh dulu ayo, keburu matahari keluar."

"Iya maa bentar 10 menit lagi.."

Hai namaku Arina Farazy, biasa di panggil Rin. Sejak kecil aku sudah mandiri dengan sisa keluarga ku yang hanya terdiri dari aku, adik dan mama. Kalau di tanya soal papa, ia sudah tidak di keluarga ini, papa mama cerai sejak aku masih duduk dibangku sekolah dasar, aku punya kakak, tapi kakak sudah tiada karena kecelakaan saat pulang dari kampusnya. Aku tidak tahu kenapa sejak kecil aku harus mandiri, semuanya di selesaikan sendiri, semuanya harus di cari tahu sendiri.

Saat ini aku berusia 16 tahun, masih sekolah di salah satu SMK yang ada di kotaku ini. Bisa dibilang aku cewek yang punya paras cantik tapi tidak tahu cara menggunakan make up. Ya begitulah dari kecil juga teman-temanku cowok semua dan mama tidak mengijinkan aku memakainya, karena akan menghabiskan uang untuk banyak make up. Aku juga tipikal orang yang cuek dengan perkataan orang, karena dari kecil aku sudah biasa menerima cacian dan hinaan, entah itu dari tetangga, sekolah ataupun dari keluarga sendiri. Namun saat aku memasuki SMK, aku mulai menjadi diriku sendiri, aku memiliki segalanya, sahabat, teman sekolah, kekasih, dan kehidupan yang sejahtera.

"Aww.. aduh iya iya ma bangun aku." Teriakku saat terkena pukulan mama di pagi hari. Di rumah ini sudah biasa berteriak seperti itu, karena tetanggaku juga sudah tahu keadaan keluargaku ini, dan aku sendiri sudah biasa pagi-pagi seperti ini.

"Cepet Rin.. keburu matahari nya keluar." Teriak mama ketika aku terlalu lama di kamar mandi.

"Entah kenapa mama kuat dengan air pagi hari yang dinginnya seperti es batu itu." Gumamku saat mengeringkan badan dengan handuk seusai mandi.

Aku pun sholat lalu memakai seragam sekolahku setelahnya. Aku tidak pernah sarapan karena bagiku itu akan membuat perutku sakit.

Jam masih mengarah jam 6 pagi tetapi itu hanya jam manipulasi dan aku sering di marahi karena mengubah jam seenaknya, sebenarnya jam rumahku ku atur lebih cepat 10 menit karena aku tidak ingin telat ke sekolah dan harus parkir motor di luar sekolah yang tentunya akan membayar parkir, sedangkan uang saku saja pas-pas'an hanya untuk makan dan minum saja.

Aku menunggu di jemput temanku maka dari itu aku belum berangkat walau sudah jam segitu. Bukannya aku tidak punya motor, aku pernah punya tapi hilang di curi, padahal itu motor pertamaku dan kesayanganku, mungkin orang itu juga jatuh cinta pada motorku lalu ingin memilikinya. Tentunya aku menangis dan mencari kesana kemari sambil bertanya-tanya pada diriku sendiri kemana arah larinya motorku dibawa. Tapi lucu nya saat itu aku malah di tertawakan mama dan berkata "itu tuh akibat maghrib-maghrib pakai headset mentang-mentang lagi halangan, dan gamau masukin motornya kedalam garasi sehabis di pakai."

"Arinaaa... Arinaa.." Teriak temanku memanggil dari luar rumah pertanda temanku sudah datang.

Aku pamit ke mama lalu berangkat ke sekolah bersama temanku. Disekolah aku memiliki geng berisikan 7 orang, percaya tidak percaya dalam geng itu aku cewek sendiri dan hanya aku yang beda jurusan di sekolah. Aku kenal mereka karena salah satunya adalah temanku sewaktu masih SMP. Kami tidak terlihat seperti geng berandalan, tenang saja 7 orang itu sudah ku anggap kakak-kakakku sendiri karena sifat baiknya, dan juga setiap harinya aku hanya bermain dengan mereka diluar halaman sekolah, karena mama hanya percaya sama mereka saja diantara temanku diluar lingkungan rumah. Dulu aku pernah terlalu nakal dan sampai terjerumus ke minuman tapi tidak sampai ke lain-lainnya apalagi pergaulan bebas. Karena itu mama melarangku bermain kecuali bersama gengku, 2 sahabatku cewe dan tetanggaku.

"Eh pesek parkir dalem sekolah atau luar?" tanya Rendi, temanku yang lagi menyetir.

Pesek adalah panggilanku yang didapat dari teman-temanku. Ya, hidungku terlalu mancung sampai-sampai mereka memanggilku begitu.

"Dalem aja deh bareng anak-anak lainnya kalau masih dibuka gerbangnya." jawabku.

Dan ternyata tidak di sangka-sangka gerbang masih di buka pertanda belum telat ke sekolahnya, dan terlihat 6 temanku yang lainnya sedang menunggu di atas motor mereka masing-masing.

"Eh aku gak telat ya, keren kan.. kan.. haha...." gurauku ke teman-teman lainnya.

"Mandi dulu sana baru berangkat ke sekolah." ucap salah satu temanku.

"Wooo.. enak aja, aku udah mandi ya." jawabku sambil menaruh helmku di motor temanku.

Aku melihat ke sebelah wilayah parkir gengku ternyata ada teman-teman sekelasku, aku pamit dan lalu menghampiri teman-teman sekelasku.

"Ayo masuk, kelasnya wali kelas ini. Bisa-bisa di marahin kalau telat." ajakku ke mereka agar lebih cepat jalan ke kelasnya. Aku juga selalu bersama 2 orang cewek sahabatku kalau ingin masuk kelas, kantin atau kemana pun. Mereka berdua adalah Yanti dan Mey. Karena menurutku tidak mungkin aku harus kemana-mana bersama 7 cowok itu, bisa-bisa heboh 1 sekolah karena kemana-mana seperti di kawal banyak cogan, cowo ganteng hehe.

Kelasku melewati kantin dan perpustakaan dan termasuk ruangan yang sangat strategis, kalau siang tidak panas, kalau gerah tinggal pindah ke perpustakaan yang ber ac, kalau hujan tidak perlu khawatir untuk jalan ke kantin karena jalannya tertutupi etalase.

"Rin hpmu bunyi tuh, jangan lupa di silent nanti di sita loh." ujar teman sebangku ku.

"Oh iya lupa, bentar deh ku cek dulu siapa tau penting yakan." jawabku sambil membuka isi pesan yang masuk.

Isi pesannya :

"Pagi sayang semangat kelasnya."

Pacarku lah yang mengirimiku pesan seperti itu, aku hanya membacanya saja karena menurutku bisa di balas nanti. Aku memacari cowok dari jurusan lain, aku kenal dia sejak pertama masuk sekolah ini. Lucunya di awal pacaran aku pernah menyuruhnya menulis tugasku yang begitu banyak, dan dia mau. Sebenarnya aku berniat memacari temannya, karena memang dari awal temannya lah yang aku inginkan. Yah tapi mencari facebook temannya terlalu susah, malah facebook dia yang aku temukan. Tentunya aku tidak langsung chat, malah dia yang duluan chat. Ya ada senangnya sih walau bukan dia target awalku.

"Assalamualaikum." ucap seorang cowok yang baru datang ke kelas. Terdengar tidak asing, lalu aku melihatnya. Yap jelas itu cowo yang aku suka yang berada di kelasku tapi tidak pernah ku pacari karena aku ditolak dan ternyata dia sudah berpacaran dengan kakak kelas. Sebenarnya aku tidak hanya suka 1 orang, aku juga suka kakak kelasku, aku juga suka siswa jurusan lain bahkan adik kelas jurusan lain juga. Dari dulu aku memang suka ke banyak cowok tapi terkadang tidak berniat untuk memacari karena ada beberapa faktor seperti membosankan, garing, tidak cocok dan lainnya.

"Waalaikum salam." jawab beberapa teman kelasku lainnya.

Lalu wali kelasku datang dan kemudian mengajar pelajaran matematika.

"Buka halaman 20, saya akan menjelaskan lalu akan saya kasih soal. Karena mengajar aja itu gak akan masuk ke otak kalian." ucap wali kelasku itu sambil memegang spidol dan mengarah ke papan.

Semuanya fokus ke arah papan, karena wali kelasku begitu tegas jadi tidak ada seorang siswa pun yang nakal atau menghiraukan pelajarannya.

"Yang selesai mengerjakan soalnya maju ke depan, biar saya masukan nilainya dan yang duluan maju nilainya dapat bagus." begitulah wali kelasku kalau mengajar, karena itu aku suka sama wali kelasku begitu pun yang lainnya, karena terlihat adil di kelas.

Tentunya yang sudah terlebih dahulu bisa di hitung, termasuk aku, meskipun aku sering bermain-main dikelas atau terkadang ketiduran tapi kalau mengerjakan soal aku selalu menyelesaikan secepat mungkin agar tidak terlihat seperti cewek-cewek yang bisanya cuma gosip, dandan atau tebar pesona. Menurutku yang seperti itu terlihat mainstream atau rendahan walau aku terlihat luarnya seperti mereka sih. Sering sekali aku di tuduh membawa alat make up di tas, padahal di geledah pun tasku hanya berisi kertas-kertas gak berguna, laptop, dan hp saja.

Aku, Kamu, dan Kenangan KitaWhere stories live. Discover now