Chapter 2

10 2 0
                                    

Setelah berkeliling kami pun pergi beristirahat sebentar. Tiba - tiba ada sesuatu yang mengganjal di pikiranku.

"Oh ya, Tenshi-chan."

"Apa?"

"Apa kau tau kafe yang bernama...."

"Kafe?"

"Kalo tidak salah namanya... Apa ya.."

Dikarenakan aku kelamaan keliling kota, sepertinya ingatanku tentang nama kafe itu lenyap.

"Aku tidak tau nama kafe itu tapi yang jelas katanya kafe itu terkenal."

"Kafe terkenal?"

"Ya! Tapi kayaknya susah nyarinya ya?"

"Tidak juga sih, satu - satunya kafe yang terkenal disini cuman ada satu."

"Hah!? Satu!!?"

Itu adalah hal tidak bisa kupercaya. Bayangkan, kota dengan ukuran yang sangat luas seperti luasnya kota Rio De Janerio (kalo ga salah itu namanya^_^) hanya ada satu kafe yang terkenal.

"Oh begitu ya?" Jawabku.

Sepertinya aku memang mudah mencari kafe itu, tapi bukan hanya itu, aku juga harus mencari si orang misterius yang membawaku ke tempat ini. Pikiranku menjadi cepat, seperti orang genius.

"Tidak, seperti mustahil mencari orang misterius itu tanpa petunjuk apapun." Ucapku dalam hati.

Lalu tiba - tiba Tenshi memegang tanganku sambil berkata,

"Apa kau mau ke sana?" Tanya Tenshi.

"Ya! Karena disana adalah tempat kerja baruku!" Kataku dengan semangat.

Tiba - tiba Tenshi menjadi kaget. Akupun juga kaget karena heran.

"Eh.. Ada apa Tenshi - chan?" Tanyaku.

"Tidak, hanya memastikan sesuatu."

"Memastikan sesuatu? Memastikan apa?"

Aku langsung di bawa lari karena tanganku kan di pegang sama dia. Dia terlihat agak girang.

"Jika memang benar kau bekerja di sana.."

Langkahnya pun melambat sampai ia berhenti. Aku pun bertanya,

"Memangnya kenapa jika bekerja disana?" Aku mulai heran.

"Jika memang benar, maka pertemuan kita ini takdir!"

"Eh? Maaf, aku ga paham."

"Itu karena.. Aku juga kerja disana." jawabnya tersengal - sengal.

"Oh, eh!!?"

Aku agak kaget sedikit. Perlahan - lahan aku menjadi tenang. Aku lihat wajahnya agak memerah sambil melihat ke bawah.

"Kalau begitu, bagus dong! Soalnya aku bisa tau tentang kota ini dan kamu!" jawabku dengan semangat.

"Iya" jawabnya dengan nada pelan.

"Kalau begitu, tunjukkan jalannya!"

Akhirnya kami pergi ke sana. Dalam perjalanan juga, kami berbicara banyak tentang kehidupan kami. Ya, memang sangat menyenangkan mempunyai teman yang mengakui keberadaan kita. Bukan hanya itu, namun memahami kelebihan dan kekurangan kita. Mungkin kata itu bagus untuk sahabat sih, tapi firasatku berkata kalau aku dengannya akan menjadi sahabat, meskipun aku maunya lebih dari kata sahabat sih:).

"Kita sudah sampai" kata Tenshi dengan semangatnya yang tinggi.

"Aku umumkan ke teman - temanku dulu ya." sambungnya.

Kamipun masuk ke kafe bernama "Hazelnut Cafe" , pintu depan pun didobrak dengan kencang.

"Minna-san!" (Teman - teman/semuanya)

"Woi, jangan di gituin dong, nanti hancur." kataku yang khawatir, pada pintunya.

"Bener tuh kata Kazuto-san, nanti bisa rusak loh." jawab salah satu maid di sana.

Kulihat ada 3 maid di sana, ditambah Tenshi jadi 4 dan ditambah diriku jadi 5 orang.

*(Tarik nafas)

*(Buang nafas)

"Oh ya, omong - omong, kenapa kau bisa tahu namaku?" tanyaku dengan muka heran.

"Are? Bukannya kau yang menulis namamu sendiri ketika melamar di sini?" tanyanya.

"Oh ya, aku baru ingat."

"Heh? Kalian udah tahu tentang lamaran kerjanya Ichiro-kun? Kok gak bilang aku sih!?" Teriak Tenshi.

"Kun?" kata salah satu dari mereka sambil memasang wajah yang mencurigakan.

"Jangan jangan, mereka sudah ada hubungan ya?" sambung dia.

"E.. Enggak! Ichiro-kun, bilang sama mereka!"

"Eh!? Aku?"

Tenshi hanya mengangguk, akupun kebingungan harus jawab apa.

"Eh... Maaf, aku gak tau harus ngomong apa, hehe..." jawabku dengan bingung.

"Tenshi-chan, kamu lumayan juga ya? Dapet cowok cakep kayak gini." Rayu mereka.

"Apa sih!? Sudahlah! Aku harus ganti baju."

Kulihat wajah Tenshi, sepertinya dia sedang marah, tapi marahnya berbeda dengan umumnya.

"Sepertinya dia hanya malu - malu." kata salah satu dari mereka.

"Oh begitu ya?"

"Oh ya! Saatnya perkenalan!" katanya dengan girang.

Setelah beberapa saat, akhirnya aku mulai mengingat nama mereka. Pertama, rambut yang panjangnya selangit berwarna cokelat bermata hijau terang. Namanya adalah Ainaba Ayamaki.

Kedua adalah Hari Chinarari. Dia ini orangnya pemalu, entah apa karena dia yang paling kecil atau emang bawaan nya. Dia berambut biru muda seperti es dan memiliki warna mata biru muda yang tak kalah cerahnya. (malah menurutku kalau malam - malam serem liatnya)

Ketiga, Mochiwara Arise. Dia yang paling tua disini, berambut putih agak kebiru - biruan seperti warna awan dan bermata ungu cerah.

Dan yang terakhir adalah Tenshi, Yasuzaki Tenshi. Rambut hitam ke ungu - unguan bermata biru muda yang hobinya adalah berteman dengan semua orang. Dia memang orang yang ingin sekali berteman dengan semuanya.

Lalu di sinilah aku, lelaki berambut hitam dan bermata biru yang dulunya seorang gamer sekarang menjadi seorang pelayan di kafe terkenal.

Namun ada baiknya aku bekerja di sana, karena merekalah yang merawatku dan memperkenalkanku tentang kota ini. Ingin sekali aku mengucapkan terima kasih kepada mereka semua. Namun, kurasa rasa terima kasih saja tidak cukup untuk membalasnya.

"Kalau begitu, aku akan membuat mereka semua bahagia!" ucapku dengan semangat.

Tekadku sudah bulat, kuyakin aku pasti akan membuat mereka bahagia dengan segala cara. Meskipun aku belum tahu tentang identitas si orang misterius itu, kurasa kusingkirkan dulu masalah itu. Karena ada yang lebih penting.

Percayalah, hidup tanpa siapapun itu berat (biar aku saja^_^). Jika kita tidak mau berteman dengan seseorang, maka aku yakin sekali, hidupmu akan selalu sengsara. Jika kau mengatakan bahwa kau baik - baik saja, maka tunggulah dan saksikanlah. Berjuang sekeras apapun itu sulit jika sendiri, namun jika berjuang bersama - sama maka itu akan menjadi mudah seperti membuka kuaci. (mungkin)

            ~ ~{(To be continued)}~~

Shi-Ri no majutsu-shi to kafe ni sunde imasu ka?Where stories live. Discover now