18.🍃Origami Cinta🍃

30.2K 1.6K 61
                                    

Setelah mendapat dukungan dari teman-teman. Aira memberanikan diri untuk mengklarifikasi perihal surat yang ditujukan padanya saat itu. Karena teman-teman tahu Aira suka grogi dan gugup jika berhadapan dengan ustaz Fadly. Maka mereka dengan suka rela menemaninya. Bahkan ustaz Fadly sendiri merasa terkejut saat mereka ramai-ramai mendatanginya ketika pelajaran jam kedua berlangsung.

"Jadi surat itu bukan dari santri putra, Taz." Rosida berkomentar.

"Leres, Taz. Semoga dengan adanya kebenaran ini bisa dipertimbangkan lagi kasusnya." Keysa juga turut berucap. Sebagian dari mereka sampai mengelilingi ustaz Fadly,seolah ia yang menjadi sandera mereka.

Aira? Ia hanya diam dan mengangguk yakin ketika teman-temannya bersuara. Jika itu bukan ustaz Fadly, mungkin masih biasa saja baginya. Masalahnya ustaz lajang itu sampai sekarang enggan pergi dari hati dan pikirannya. Mengusir pun juga sia-sia.

"Nggeh, baik. Insyallah nanti saya diskusikan lagi dengan pihak atasan," kata ustaz Fadly mendadak kikuk saat diserbu oleh santri putri. Lalu dengan sikap yang tenang juga santai kemudian menyuruh mereka untuk kembali ke tempat masing-masing dan melanjutkan pelajaran.

"Terima kasih, Ustaz,"ucap Aira sebelum melangkah kembali menuju bangku. Sebenarnya ia masih sangat malu berhadapan dengan ustaz Fadly. Apalagi setelah ia ketahuan telah menelponnya sewaktu liburan. Oh, andaikan ada baskom tebal saat itu juga, mungkin Aira langsung menutup wajahnya.

Ustaz Fadly hanya merespon dengan anggukan kecil. Dalam sudut hatinya ia merasa lega karena kasus tersebut hanyalah fitnah.

Pelajaran jam kedua kembali berjalan , mereka fokus mengerjakan tugas pada lembar kerja siswa. Sebagian sudah merasa kantuk kian menyerang, lalu sebagian diam-diam mengunyah buah blimbing wuluh yang sengaja ia ambil dari halaman pesantren guna menangkal rasa kantuk. Yah, meski rasanya asam bukan main.

"Nyari apa, sih?" tanya Keysa, ia melirik sahabatnya itu tengah kebingungan.

"Origamiku? Kok nggak ada?"

"Kerjakan dulu, dilihatin ustaz Fadly tuh!" Aira spontan menatap pada ustaz pengganti itu yang sekilas tadi melihatnya, lalu pandangan itu mengedar pada Keysa juga beberapa teman yang cukup berisik. Dipantau dengan seksama olehnya.

Mereka kemudian fokus kembali mengerjakan.

"Bantuin nyari, Key."

"Origami yang mana? Bentuk mawar? Bebek? Bangau?" Keysa memang hafal kebiasaan Aira, ia sering menulis coretan-coretan atau bahkan puisi dalam kertas origami, lalu ia lipat dengan berbagai macam bentuk.

"Bukan, bentuknya kodok, Key." Tanpa sadar Keysa tertawa lirih, saat ia sadar tengah kembali diamati oleh ustaz Fadly ia kembali fokus mengerjakan tugas.

"Ntar aja dicari. Nggak penting juga kan isinya?" Kali ini Keysa berkomunikasi melalui tulisan pada lembar kertas, ia sodorkan pada Aira.

"Nggak penting gimana? Itu puisi tentang ustaz Fadly!" Tulis Aira dalam kertas itu lalu menyerahkan perlahan pada Keysa melalui bawah meja.

"Nanti aku bantu cariin." Obrolan melalui kertas itu berakhir ketika sebuah salam terdengar dari ambang pintu. Mereka menoleh seketika. Seorang perempuan berseragam sama dengan ustaz Fadly menciptakan tanya di benak mereka, tapi tidak bagi sebagian murid di kelas itu yang sudah mengetahui siapa perempuan bermata sebening kristal tersebut.

Ustadz, Aku jatuh Cinta [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang