"Selamat untuk Airin yang berhasil mendapatkan buket bunga pengantin. Semoga Airin bisa segera menyusul kedua mempelai untuk membina rumah tangga," teriak si MC diiringi tepuk tangan juga ucapan selamat dari tamu undangan. Sedangkan Airin hanya bisa terbengong mencerna kehebohan di sekelilingnya tersebut.

"Hmm... berarti bentar lagi kakak nikah dong," ucap Alana dengan girangnya mengguncang tubuh Airin. Airin menggelengkan kepalanya sembari menatap horor buket bunga di tangannya.

"Ini cuma mitos... cuma mitos...," gumam Airin berkali-kali. Airin kembali mendoangkkan kepalanya menatap kerumunan orang yang sudah melupakan buket bunga yang ada di tangan Airin. Saat cewek itu mengalihkan pandangannya, tanpa sengaja kedua bola matanya bertemu pandangan dengan kedua bola mata Nino. Dan cowok itu tampak tersenyum penuh makna melihat Airin dan buket bunga yang dipegang oleh cewek itu.

 Dan cowok itu tampak tersenyum penuh makna melihat Airin dan buket bunga yang dipegang oleh cewek itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sial! desis Airin dalam kepalanya. Refleks, ia menyerahkan buket tersebut pada Alana dan pergi meninggalkan ballroom tersebut. Membuat Alana hanya bengong melihat tingkah kakaknya tersebut.

***

"Airin...," suara Risé menarik perhatian Airin dari layar ponselnya.

"Iya mbak? Kenapa?" tanya Airin. Biarpun Risé ini lebih muda dari Airin, ia tetap memanggil Risé dengan sebutan 'mbak' karena secara silsilah Risé tetaplah mbak ipar Airin.

"Kamu... kenal sama Elnino?" tanya Risé dengan suara lembut khasnya.

"Tahu. Tapi nggak begitu kenal. Kenapa?" jawab Airin apa adanya.

Risé tersenyum sesaat. "Aku nggak sengaja lihat kamu ngobrol sama dia kemarin. Lalu, sebelum dia pulang, aku tanya apa dia kenal kamu. Lucunya... dia malah bilang minta dikenalin ke kamu. Padahal aku jelas lihat kalian ngobrol sebelumnya," cerita Risè.

Airin mengerutkan keningnya. "Lalu?" tanya Airin dengan polosnya.

"Yah... maksud Elnino, dia minta dicomblangin sama kamu. Kamu mau?"

Kedua bola mata Airin membulat sempurna mendengar penuturan Risé. Yang benar saja! Bisa-bisanya Nino mengutarakan maksud seperti itu kepada mbak iparnya ini. Lagipula, si Nino ini kan sudah punya tunangan! Kenapa masih ngusik Airin sih?!

"Nggak mbak! Jangan!" tolak Airin serta-merta.

"Kenapa? Airin udah punya pacar?"

Airin menggeleng pelan. "Bukan gitu... cuma...,"

"Udah kenalin aja, Ri... si Airin tuh jomblo...," suara mamih memotong ucapan Airin.

"Mamih...," protes Airin.

"Jadi siapa temen kamu yang mau kenalan sama Airin?" tanya Mamih pada Risé. Sebelum Risé menjawab, Airin menggelengkan kepalanya pelan memberi sinyal untuk tidak menjawab pertanyaan tersebut.

"Tante udah kenal deh kayaknya sama temen Risé... Bahkan sepertinya udah kenal sekali sama keluarganya temen Risé ini...," jawab Risé.

Mamih mengernyitkan keningnya tampak berpikir. "Duh... temen kamu kan banyak Ri. Mana inget tante,"

Risé tersenyum sopan. "Nanti tante tahu sendiri kalau temen Risé emang mau serius sama Airin dan Airin juga mau sama dia," ucap Risé.

"Ih kamu ini... bikin tante jadi penasaran deh,"

"Mamih apaan sih... udah deh sana temenin Alana aja," ucap Airin sembari mendorong tubuh mamih agar meninggalkan dirinya dan Risé berdua saja. Mamih hanya berdecak pelan sembari berjalan mendekati anak bungsunya.

"Elnino baik loh orangnya... dia kalau sayang sama cewek, sayang pakai banget," ucap Risé lagi begitu mamih Airin menjauh.

"Mbak... Airin nggak mau sama temen mbak itu," sahut Airin.

"Pasti kamu skeptis duluan yah karena muka Elnino kelihatan kayak 'cowok brengsek'?"

Airin menggeleng pelan. "Bukan mbak. Bukan karena muka dia. Tapi emang sikap dia beneran 'brengsek'...,"

Kedua alis Risé bertautan menunjukkan ekspressi penuh tanya. Hingga kemudian sebuah senyum terukir di wajah cantik Risé. "Ternyata kalian udah kenal lebih dari sekedar tahu...," gumam Risé.

"Kak... buruan yuk... setengah jam lagi boarding nih...," Alana menghampiri Airin. "Kita balik dulu ke Jakarta yah mbak... buruan main ke Jakarta," ucap Alana sembari menyalami tangan Risé.

"Iya... kalau mas Catur terbang ke Jakarta dan mbak bisa cuti, nanti kita main ke rumah Alana,"

"Balik dulu yah mbak...," ucap Airin sembari bersalam semut dengan Risé.

"Hati-hati yah Airin...,"

Setelah berpamitan dengan seluruh keluarga yang mengantar mereka ke bandara, Airin dan Alana pun segera berjalan masuk menuju boarding room mengikuti Mamih dan Papih.

"Ngobrolin apa sih sama Airin?" tanya Catur pada istrinya itu.

"Elnino. Inget kan semalem kita bercandain dia? Tadi aku bahas Elnino ke Airin. Kayaknya mereka udah kenal satu sama lain deh... lebih dari yang kita kira,"

Catur menatap tak percaya. "Serius kamu? Yaudah kita jodohin aja deh mereka...,"

Risé tersenyum. "Tapi adik kamu itu nggak mau sama Elnino... jadi kita nggak bisa asal nyomblangin mereka...,"

Catur berdecak pelan. "Duh... sepupu aku satu itu emang susah banget suka sama cowok. Gengsinya tinggi. Tapi sekalinya suka langsung bucin eh sialnya ditinggal nikah duluan. Jadi gagal move on dia...,"

Risé menggamit lengan Catur. "Jangan gitu... namanya juga cewek kan banyak pake perasaan... kalau emang Elnino sama Airin jodoh... yah tanpa kita comblangin juga pasti mereka bakal jodoh dengan sendirinya. Iya kan?"

"Doa aku sih... siapa pun nantinya yang mau serius sama Airin, semoga orang itu bisa jaga perasaan Airin," sahut Catur.

**************************************************************************************************

HOLA...
Setelah libur panjang...
Akhirnya kembali lagi...
Maaf kan aku yah...

Vote and Comment as always yah...


XoXo, NonaTembam

Hello, You ! [COMPLETED]Where stories live. Discover now