Untuk pertama kali, pria itu tampak sangat berwibawa di mataku. Untuk pertama kali pula, aku terpanah pesonanya. Terkagum-kagum pada rahangnya yang tegas, matanya yang tajam, dan wajahnya yang selalu memasang air muka serius.

“Yang Mulia Raja Charlie Roxsy Alexan!” seru tetua vampir yang ada di sana. Yang lainnya pun menimpali dengan cepat, “Yang Mulia Raja Charlie Roxsy alexan, cahaya penerang kerajaan!!!”

Charlie yang masih mengangkat pedangnya, kini mulai menoleh padaku. Menoleh pertama kali setelah kami sah menjadi sepasang suami-istri.

Dengan perlahan, pria jangkung itu menurunkan pedangnya, kemudian menyerahkannya pada salah seorang tetua di sebelahnya.

Di tengah-tengah suara riuh, Charlie mendekat padaku. Dia menatap  kedua mataku tanpa berkedip, kemudian terdiam saat menyadari tanganku yang gemetar karena merasa ketakutan.

Charlie mendekatkan kepalanya ke leherku. Membuat rasa takutku berganti menjadi gugup. Napasnya bahkan terasa membelai leherku saat ini.

Ah, inikah saat dimana dia akan menghisab darahku?

“Ini tidak akan sakit. Aku janji,” bisiknya di telingaku.

Aku kesulitan meneguk saliva ketika merasakan sesuatu menusuk masuk ke dalam leherku. Taring Charlie serasa merobek kulit leherku. Membuatku merintih kesakitan, bahkan ingin menangis.

Aku merasa seakan inti kehidupanku telah dihisab. Ditarik keluar dari tubuhku. Itu terjadi cukup lama hingga membuat kepalaku terasa pening. Sebagai penutupan, Charlie menjilati bekas gigitannya, kemudian menangkup pipi kiriku dengan jemarinya yang dingin. Matanya menatapku dalam, membuatku mendadak canggung.

Hal itu hanya berlangsung sesaat. Selanjutnya, Charlie menjauhkan wajahnya dariku. Dia berjalan ke arah Paman James yang saat ini sedang tersenyum bangga. Bersamaan dengan itu, nyeri yang ada di leherku menghilang. Pria jangkung itu pasti telah menyembuhkannya.


*****

Charlie POV

“Aku masih Raja yang sah!” Pria itu berteriak dengan sombongnya, lalu menepis tangan beberapa vampir yang bergelar sebagai prajurit kerajaan.

“Maaf, tapi Anda sudah bukan raja lagi. Yang mulia Charlie memerintahkan agar Anda ditahan bersama istri Anda,” ujar seorang tetua kerajaan yang berdiri tepat di sampingku.

“Kau! Berikan mahkotaku sekarang juga! Anak tidak tahu diuntung! Karenamu lah Ibumu meninggal. Kau memang pembawa sial!” Pria itu melompat ke arahku. Hampir menerkamku.

Tindakannya itu membuatku mengingat suatu kejadian. Kejadian saat usiaku menginjak 8 tahun. Kejadian yang tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku, yaitu saat dimana dia memukuliku. Tempatnya pun sama seperti saat ini. Sama-sama di lorong penjanjara.

“Ini seperti déjà vu,” kataku sambil tersenyum senang.

Dia ayahku. Dia disebut kegelapan dan kesuraman bagi kerajaan kami. Garis hitam di bawah matanya menunjukkan bahwa dia pasti sudah gelisah beberapa hari ini. Melihatnya seperti itu membuatku semakin senang.

“Aku berubah pikiran,” ucapku sambil memandangi wanita yang dari tadi diam di samping ayahku. Bibiku, vampir licik yang meracuni ibuku dan penghasut Ayahku.

“Aku sudah bisa melakukannya, kan?” tanyaku pada tetua di sampingku. Ia pun mengangguk. Ia mengerti maksudku.

“Atas gelar raja vampir yang aku pegang. Dengan di saksikan tetua bangsa moroi selama berabad-abad. Aku, Charlie, atas penderitaan rakyat selama ini, atas kematian ibuku, Ratu Rossa Alexan, atas pengasinganku yang sudah jelas menyalahi aturan. Kau, Rose! Dengan ini kukirim kau ke neraka dan tak akan pernah bisa kembali ke dunia!!!” Seketika, suasana disini mendadak mencekam. Angin berdesir, membuat hawa menjadi dingin.

Seketika itu pula, Rose, bibiku tiba-tiba lenyap menjadi abu.
Dia berhamburan mengikuti arah angin yang semakin kencang. Membuatku menyeringai karena terlalu senang. Aku sudah menunggu waktu ini selama puluhan tahun.

Kemampuan raja vampir yang sah untuk mengirim seseorang ke neraka adalah kekuatan yang paling aku sukai. Betapa mengagumkannya saat aku bisa menghancurkan vampir yang tidak aku sukai menjadi abu.

Setelah puas memandangi abu Rose dan tangisan histeris  ayahku, aku berjalan meninggalkan ruangan itu untuk menemui Kiara. Aku penasaran apa yang dilakukan Kiara saat ini, maksudku istriku. Entah mengapa sedikit aneh menyebutnya begitu sekarang. Mendadak, perasaanku menghangat. Aku jadi ingin buru-buru menemuinya.

Dari kejauhan, aku mendengar ayahku berteriak, dia sedang mengutukku. “KAU PASTI JUGA AKAN MERASAKAN APA YANG AKU RASAKAN. DIKHIANATI, DITIPU, DAN DIHASUT. AKU MENGUTUKMU, CHARLIE!!”.

Bajingan itu membuatku semakin kesal saja!

Aku memutuskan untuk menahan amarah dan terus berjalan menjauh. Kutukannya tidak akan pernah jadi nyata karena aku tidak akan pernah terperdaya seperti dirinya. Aku tidak bodoh!

Kakiku terhenti tepat di depan pintu kamar Kiara. Tanganku mengepal kala mataku melihat seseorang yang menyebalkan tengah berbincang dengannya saat ini, yaitu Duke Abelano. Entah apa yang dilakukan bangsawan murahan itu disini.

I'm a MIXED BLOOD [TAMAT]Where stories live. Discover now