B a b 1 : Terbebas Dari Sangkar Emas

26.8K 1.7K 53
                                    

Yuhuuu, ini cerita baru. Judulnya JENAKA. Yang pemberitahun di Mental Disease kalo si adik bakal jaga cowok inceran kakaknya, ternyata kebalik gaes:b Saya lupa, wakakaak. Update sepekan sekali.
Mohon dukungannya, butuh bantuan koreksi jika ada typo(s).
Vote dan komen ya kawan.
Share (rekomendasikan) juga cerita ini kepada kawan-kawan yang lain.
Terima kasih.
Semoga terinspirasi dengan cerita satu ini.
Dan dapat memberikan fukungan positif bagi semua yang baca.
~ ~ ~ SELAMAT MEMBACA ~ ~ ~

Author POV

"Kak, jaga Aro selama aku pergi ya? Jaga Aro untuk aku, jangan biarin cewek-cewek genit deket-deket sama Aro. Oke, Kak?"

Jenaka yang duduk berhadapan dengan Syakeela di atas ranjang tertawa. "Aku?"

"Iya, pokoknya jagain Aro. Aku percaya kalau kakak bisa jaga Aro untuk aku."

"Keel, bisa aja kan di sana kamu suka sama orang dan lupain Aro?" tanya Jenaka berandai jika di negeri sana, adiknya menemukan sosok pria yang dapat menggantikan posisi Aro sebagai pangerannya saat ini.

"Enggak! Aku bukan tipe cewek yang gampang suka sama orang."

Jenaka mengangguk-anggukan kepala. Ia memandang ke arah jendela yang mengarah langsung ke kamar pria yang baru saja mereka bicarakan. Jenaka sangat yakin jika si pemilik kamar masih asyik menggulung tubuh di bawah selimut walau jam sudah menunjukan pukul sepuluh pagi. Syakeela memainkan ponselnya, ia menelepon Aro.

"Arooo, mandi sana. Bau kamu sampai ke kamar Kak Jeje." katanya meledek saat Aro mengangkat panggilannya.

"Masa sih? Huum, lo ada di kamar Jeje ya?"

Syakeela memang sengaja meloudspeaker.

"Iya, ini Kak Jeje lagi liatin kamar kamu. Dia kebauan kayaknya, hahaha."

Syakeela tertawa hambar membuat Jenaka mengalihkan pandangan dari kamar Aro. Jenaka berdeham pelan sebelum bangkit dari duduknya, ia berjalan keluar dari kamarnya. Sengaja memberi ruang privasi antara sang adik dengan Aro, tetangga mereka yang menjelma sebagai pemilik hati.

"Mau ke mana, Kak?!"

"Makan, laper." balas Jenaka dibalas anggukan oleh Syakeela.

"Jeje pergi ya? Dia belum makan?" tanya Aro cepat.

"Udah, mungkin lapar lagi. Eh, Aro, nanti malam kamu nganterin aku 'kan ke bandara?"

"Iya, Keel. Ya udah, gue tutup ya. Bye!"

Syakeela cemberut karena Aro sudah mematikan teleponnya tanpa menunggu dirinya menjawab. Syakeela menyusul Jenaka yang ternyata malah nyasar di ruang keluarga bersama adik mereka yang selisih umur enam tahun, Ardan.

"Kak, gak jadi makan?"

"Kak Jeje udah makan kali, mana mungkin makan lagi. Nanti pipinya jadi gendut kayak kak Keela. Gini nantinya," ledek Ardan lalu membuat pipinya di kembangkan, matanya menyorot jahil pada sang kakak.

Syakeela mempunyai pipi yang chubby, maka dari itu Ardan senang sekali menyebutnya gendut. "Aku gak gendut!"

"Pipi gendut."

"Ihh! Kamu minta kakak jambak, hah?!" kesalnya dibalas gelak tawa Ardan.

Ardan memeluk Jenaka yang duduk di sebelahnya. "Ish, lepas." risih Jenaka membuat Ardan langsung melepas pelukannya. Ia menyengir dan memberi huruf v melalui dua jarinya kepada Jenaka, yaitu jari telunjuk dan tengah.

"Kak, jalan yuk! Aku bosen di rumah." ajak Ardan pada Jenaka.

"Ikuuut!" Syakeela menyahut.

"Gak, panas." Jenaka menolak setelah sahutan Syakeela.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 06, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

JENAKAWhere stories live. Discover now