Pesan Misterius Dari Dunia Maya

Mulai dari awal
                                    

"Iya jadi. Kenapa, udah kangen yah?"

"Mas...aku tuh serem loh sendirian gini. Tadi ada yang kirim foto kucing hitam, aku tanya maksudnya apa eh dibaca aja nggak pesanku. Terus ada telepon dari nomor yang nggak dikenal gitu, diangkat diem aja. Tapi udah aku blokir sih nomornya."

"Oh ya? Kamu nggak apa sendirian malam ini? Nggak minta siapa gitu buat nemenin kamu?"

"Nggak ah, males. Doain aja malam ini nggak ada gangguan apa-apa. Pokoknya besok Mas udah pulang, aku udah lega."

"Iya. Mas usahain pulang lebih awal besok. Oh, itu udah pada mau berangkat. Udah dulu yah Sayang. Love you..."

"Love you too."

Beginilah nasib jauh dari keluarga. Begitu suami harus ke luar kota terpaksa aku memberanikan tinggal sendiri di rumah. Padahal tuh aku rada penakut. Apalagi saat menjelang tidur, seringkali terbayang hal-hal yang bikin merinding.

Duh, sepertinya malam ini bakal imsomnia deh. Kuambil gawaiku. Akan kuhapus saja foto-foto kucing hitam dari galeri gawaiku. Kucari chat dengan temanku tadi siang. Tapi kok nggak ada yah. Kuarah ke atas dan ke bawah, tetap nggak ketemu. Aneh. Seingatku, aku belum menghapus chat itu, kok bisa nggak ada sih. Aku merinding. Hari ini terlalu banyak keanehan yang terjadi.

Aku mulai ketakutan sendiri. Mulai membayangkan yang tidak-tidak. Kulihat jam di dinding, belum jam delapan. Apa masih sempat meminta Mbak Iroh, pembantu sebelah rumah untuk menemaniku malam ini. Kucoba menghubungi Vania, tetanggaku.

"Halo..."

"Vania. Maaf, aku gangguin kamu malam-malam begini. Ehm, aku boleh pinjam Mbak Iroh nggak malam ini. Aku agak takut sendirian malam ini."

"Wah, maaf juga Mi. Kita sekarang lagi menginap di rumah Mama, buru-buru tadi sore perginya. Nggak sempat ngasih tahu kamu. Mamaku tadi terpeleset di depan rumah. Keburu panik langsung pergi aja."

Duh, mati deh.

"Eh, gitu yah. Ya udah nggak apa-apa. Semoga Mamamu cepat sembuh. See you Nia."

Celaka ini namanya. Vania, satu-satunya yang bisa kumintai tolong di sini. Tetangga yang lain kebanyakan adalah mess atau indekos karyawan dan aku tak terlalu mengenal mereka. Tidak mungkin meminta tolong pada mereka.

Buru-buru kumatikan tv, lalu menggosok gigi dan mencuci muka. Lalu bergegas masuk ke kamar dan naik ke tempat tidur. Berdoa dengan khusyuk dan mungkin ini doa terkhusyuk yang pernah kupanjatkan padaNya. Aku sungguh diliputi rasa takut yang tak bisa kubendung. Saat ini hanya Dia tempat aku berharap dapat melewati malam ini.

Biasanya aku lebih suka tidur dalam gelap, tapi tidak malam ini. Aku lebih memilih lampu yang menyala terang benderang untuk menemaniku malam ini.

Tapi ini masih jam 8, aku tak terbiasa tidur cepat. Sayang tidak ada tv di kamar, seandainya ada, tentu bisa jadi teman sembari menunggu kantuk datang. Aku jadi gelisah sendiri. Akhirnya kuputuskan mendengarkan lagu-lagu rohani yang kuharap bisa menenangkan hati. Mungkin ada sekitar 1 jam lebih, mataku mulai terasa berat. Perlahan akupun mulai memasuki tidur lelapku.

Antara sadar dan nggak sadar, rasanya aku mendengar suara kucing mengeong. Tapi aku tetap tertidur dengan pulas. Sampai suara serupa berbunyi berulang dengan keras keesokan paginya. Aku terkaget-kaget saat gawai di tanganku bergetar sekaligus berdering dengan bunyi kucing mengeong. Aku bingung, kok bisa nada dering beker di gawaiku seperti itu. Karena aku tidak pernah menyetel suara kucing sebagai nada deringnya. Untung saja hari sudah mulai terang meskipun baru jam 5 lewat. Di Malang, matahari lebih cepat terbit menurutku. Karena sebelumnya aku aku tinggal di Jakarta dan biasanya matahari baru akan terlihat menjelang pukul 6 pagi.

The Unexplained StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang