"Bukannya gamau kasih dia kepastian. Gue cuma takut hal yang sama ke ulang lagi. Jadi lebih baik sekarang gue sama dia kaya gini aja dulu," ucap Fathan.

"Berarti kalo suatu saat nanti Andra sama orang lain, lo ngga keberatan kan?" tanya Satya yang langsung membuat Fathan menatapnya sinis.

"Ya iyalah than, masa lo ngga terima. Andra kan bukan siapa-siapa lo lagi," sahut Budi.

Satya menepuk pundak Fathan,
"Kalo lo gamau Andra sama orang lain, ya lo perjuangin hubungan lo. Apapun rintangannya kalo kalian emang takdirnya jodoh, ngga akan bisa pisah."

Fathan menghela nafas,
"Gue ikutin alur ceritanya aja."

♢♢♢

Hari ini kelas Andra mendapatkan pembagian kelompok belajar. Mereka semua dibebaskan untuk memilih teman sekelompoknya, tentu saja Andra akan memilih untuk bersama Rosa dan Tania.

"Kurang satu nih anggotanya," bingung Tania.

"Hm.. tan," panggil seseorang dari belakang.

"Eh, ran. Kenapa?"

"Gue boleh masuk kelompok lo ngga? Soalnya gue belom akrab sama yang lain."

"Boleh kok boleh, santai aja kali," jawab Rosa antusias.

Randy tersenyum senang,
"Makasi ya."

Akhirnya mereka berempat duduk membuat lingkaran. Mereka mulai membicarakan tentang pekerjaan kelompok tersebut, tapi hanya Rosa yang selalu gagal fokus.

"Jadi nanti siapa yang mau cari buku ke perpus?" tanya Tania.

"Gue aja," jawab Andra dan Randy bersamaan.

"Wah, kayanya bakalan seru nih," ucap Rosa.

Tania menggeleng tidak percaya,
"Udah kompak aja kalian. Yaudah berarti nanti kalian berdua cari bukunya, biar gue sama Rosa yang bikin power point."

Andra hanya mengangguk-anggukan kepala.

"Mau cari kapan bukunya?" tanya Randy.

"Pulang sekolah aja gimana?" tanya Andra balik.

Randy mengangguk antusias,
"Bisa kok bisa."

"Sekalian anterin pulang tuh Andranya.." sahut Rosa.

"Eh apaansi ros. Ngga us-"

"Gapapa, masa gue ngebiarin lo pulang sendiri. Gue bawa mobil kok," sekat Randy.

Rosa dan Tania langsung menganga mendengar perkataan Randy barusan, ternyata Randy membawa mobil kesekolah.

♢♢♢

Fathan dan Budi sedang berada diperpustakaan. Mereka sedang mencari beberapa buku untuk di analisa, sedangkan Satya sudah pulang bersama Rosa.

"Dasar si Satya, bucin terus," kesal Fathan.

"Iri aja si lo. Makanya gausah putus," balas Budi ketus.

Tak lama kemudian, terdengar suara pintu perpustakaan terbuka. Sontak mereka berdua langsung menoleh kearah sana.

"Waduh panjang umur banget anj-"

Kata-kata Budi langsung terhenti ketika melihat Randy yang mengikuti Andra sambil tertawa. Lebih tepatnya mereka berdua sedang tertawa, dan terlihat sangat bahagia.

Budi menggelengkan kepalanya tidak percaya,
"Gc banget Andra udah punya yang baru. Sedangkan lo.. masih terus mengenang masa lalu."

Fathan sama sekali tidak menggubris perkataan Budi. Ia justru langsung menghampiri Andra dan Randy.

"Hai," sapa Fathan.

Andra menoleh kebelakang,
"Eh- hai kak."

Fathan melemparkan tatapan sinis kepada Randy, sedangkan Randy justru memberikan senyuman hangat.

"Dih sok kalem banget ni anak," batin Fathan.

"Nanti pulang bareng ya ndra," ajak Fathan.

"Tapi Andra udah saya ajak duluan kak," sahut Randy tanpa rasa bersalah.

"Wah perang dunia ini mah," ucap Budi yang langsung datang menghampiri Fathan.

"Ya tapi Andra maunya sama g-"

"Sorry kak, tapi gue bakal pulang bareng Randy," sekat Andra yang sebenarnya terpaksa.

Fathan terdiam sejenak. Hatinya merasa sangat terpukul. Jika ia tahu bahwa Andra akan lebih memilih laki-laki itu, ia tidak akan pernah berbicara seperti itu dan mempermalukan dirinya sendiri.

"Ohh, yaudah kalo gitu. Ati-ati ndra."

Fathan langsung pergi begitu saja dari perpustakaan tanpa menunggu jawaban dari Andra. Ia sudah tidak peduli, harga dirinya sudah hilang ntah kemana sekarang.

Budi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal,
"Yaudah ndra, duluan ya."

"WOI THAN TUNGGUIN!!" teriak Budi saat sudah keluar perpustakaan.

Andra terkekeh,
"Dasar kak Budi."

"Yang tadi itu.. siapa ndra?" tanya Randy.

"Ya.. pokoknya dia bagian dari hidup gue dulu. Udahlah gausah dipikir, yuk cari bukunya."

Andra meninggalkan Randy yang masih mencerna jawaban Andra tadi, ntah kenapa hal ini justru semakin membuat Randy ingin tahu lebih banyak tentang Andra.

Randy mengkerutkan keningnya,
"Mantannya Andra? Kok tengil sih keliatannya?"

♢♢♢

Sedangkan sekarang, Budi sedang berusaha mengejar Fathan dengan langkah panjang.

"Than! Anjir deh lo," panggil Budi sambil terengah-engah.

Fathan berhenti dan menoleh kebelakang dengan tatapan sinisnya,
"Apaansi!"

"Harusnya gue yang kesel sama lo. Ninggalin gitu aja. Kesel kan lo pasti denger jawaban Andra tadi?"

"AARGH!" teriak Fathan sambil menendang tempat sampah disampingnya.

"Anjing!"

"Malu banget gue bangsat!" ucap Fathan yang terus menerus bersumpah serapah.

"Kan gue udah bilang than sama lo, kalo lo ngga rela Andra sama yang lain ya lo pertahanin dia. Sekarang kalo kaya gini, lo ngga punya hak apapun mau marah ke dia."

"Lo pikir gampang ada di posisi kaya gue? Taruhannya banyak bud. Terakhir kali gue coba untuk bertahan sama Andra, nyawa dia terancam. Gue ngga akan ngebiarin itu terjadi lagi, tapi gue juga ngga mau kalo Andra nyaman sama orang lain," bantah Fathan.

"Kalian itu seperti dua orang yang masih memiliki rasa, tapi berusaha untuk menyembunyikannya," ucap Budi bijak.

"Anjir kesambet apaan gue barusan," bingungnya pada diri sendiri.

Budi langsung merangkul Fathan,
"Udah than, sekarang lo tenangin diri lo dulu. Kalo jodoh ga kemana kok."

Fathan hanya menghela nafas dan berjalan menunduk. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi dengan perasaannya saat ini. Apakah Fathan termasuk egois?

Yeaayy update
Akhirnya bisa update lagi...
Gimana part ini? Apa yang kalian rasain?
Maaf yaa kalo updatenya lama, harus memperbaiki hati yang remuk dulu *etttt
Vomment jangan lupa yaa ❤❤

Only You [Sequel of My Bad Boy Senior]Where stories live. Discover now