Chapter 1

445 49 44
                                    

Seorang pemuda berseragam SMA tengah asyik mengendap-endap. Kepalanya menengok kekanan dan kekiri memperhatikan sekitar. Terkadang juga melompat kesana-kemari sambil berlindung dipilar-pilar penyangga depan ruang kelas agar tubuh semoknya tidak terlihat. Katanya sih biar seperti mata-mata begitu. Padahal mah mukanya maling-able sekali. Jauh dari kata mata-mata keren seperti Pakde James Bond yang suka wara-wiri di tivi pas libur lebaran.

"Disana aman, disini aman. Ditengah-tengahnya ada-- eh? kok malah pantun? tuman!!" ujar pemuda tersebut sambil menampol pilar tak bersalah didepannya. Poor you pilar tak bersalah. Maklumi saja.

Seperti biasanya, pemuda tersebut terlambat datang ke sekolah. Jadi sebisa mungkin dia menghindari guru piket botak yang biasanya berkeliaran seperti tidak punya kerjaan. Padahal kan lebih enak duduk sambil ongkang-ongkang kaki daripada muterin sekolahan. Kalau keadaan memungkinkan sih lebih enak lagi sambil nonton bokep Tayo yang lagi dient*t sama bus malam jurusan Malang-Cilacap. Mantap!!

"Tumben si botak gak kelihatan? ah, tapi masa bodoh. Males banget ketemu dia. Mukanya sengak banget" ujar pemuda semok tersebut.

Setelah dirasa aman, pemuda tersebut menegakkan tubuhnya dan berjalan dengan santai. Senyum manis terpatri diwajah yang katanya sebelas duabelas dengan maling sempak tersebut. Langkahnya begitu ringan seakan-akan baru saja terlepas dari belenggu beban hidup. Maklum saja, dia malas berurusan dengan guru piket botak yang sok garang itu. Kalau lagi marah sambil teriak-teriak ilernya ikutan muncrat. Untung saja anunya yang lain gak ikutan muncrat. Anu yang mana woi? jangan ambigu.

Pemuda yang mengaku sebagai berandalan sekolah tersebut berjalan dengan lagaknya menuju kantin. Sepatu tidak sesuai standar, baju tidak dimasukkan, lengan seragam digulung, tidak memakai sabuk, tidak memakai dasi, tidak memakai sempak, eh? pokoknya gaya pemuda semok itu benar-benar seperti berandalan.

Pemuda tersebut berencana untuk membolos pelajaran pertama. Ya, yang namanya berandalan sekolah mah sudah biasa tidak mengikuti pelajaran. Kantin, gudang, dan atap sekolah seakan tempat nongkrong hits buat anak-anak berandalan sekolah. Toilet juga menjadi tempat keramat buat mereka yang lagi kebelet poop. Ya elah, dimana-mana yang namanya poop ya di toilet bos! ya kali poop dipojokan kelas. Nanti kalau poop-nya dijadiin rebutan warga sekolah karena dikira benda wasiat dari jaman purbakala bagaimana? Edan!!

"Laper. Pesen apaan ya?" ujar pemuda tersebut sambil mengelus-elus perut ratanya.

"Kayaknya beli pec--" ucapan pemuda tersebut terpotong saat nama lengkapnya diteriakkan oleh seseorang.

"BEAM BOKONGNYASEMOK!!" teriak seseorang dengan keras.

Ya kali teriak dengan pelan. Kalau pelan mah namanya bisik-bisik semut yang lagi ghibahin Lucinta Lanang. Coba saja dekatkan telinga kalian kearah semut, pasti gak kedengaran mereka ngomongin apa. Dan kalau kalian bisa mendengar suaranya semut, selamat anda memasuki fase gila. Sekali lagi selamat.

"Lah anjir!!" ujar Beam panik. Dalam hati, Beam lebih memilih bertemu dengan Valak dan kawan-kawannya daripada orang yang barusan berteriak memanggil namanya.

Pemuda bernama Beam tersebut langsung melipir pergi dari kantin. Maklum saja, suara cempreng yang memanggil nama lengkap Beam tersebut adalah si guru botak yang lagi piket. Daripada Beam terkena masalah, mendingan dia ngacir pergi dan merelakan pecel favoritnya. Dia masih sayang nyawanya bos. Dia juga sayang kedua orangtuanya. Kalau ke kakaknya sih enggak sayang. Soalnya menurut Beam kakaknya itu resek. Mana suka ngehabisin micin dirumah. Kan Beam jadi gak kebagian micin. Disaat itu Beam merasa menjadi manusia tak berguna bagi bangsa dan negara.

Oh iya, jangan terlalu kepikiran dengan nama lengkap Beam. Dia itu blasteran Jawa-Thailand. Maka dari itu namanya agak sedikit susah dilafalkan oleh orang Indonesia. Entah kesambet setan pohon mana sampai-sampai kedua orangtua Beam menamai anak semata kakinya seperti itu. Bahkan mama Beam sempat melakukan aksi mogok makan paku campur batako dan mengultimatum suaminya agar memberi nama anaknya Beam Bokongnyasemok. Mama Beam berdalih kalau nama adalah doa. jadi mama Beam berharap kalau Beam akan tumbuh menjadi anak yang semok dan montok. Sehingga banyak seme dan om-om diluaran sana yang tergoda dengan anaknya. Memang dasar mama Beam itu edan. Masa anaknya disuruh nge-humu. Papanya Beam mah diam saja daripada wajan yang biasa dipakai istrinya buat goreng ikan asin nyasar ke muka gantengnya. Kan tidak elit kalau mukanya jadi bonyok dan jelek. Nanti kalau tidak ada Seme yang tertarik kedirinya bagaimana? lah, ternyata uke. Lah, sekeluarga edan kabeh!

"HEI! TUNGGU KAMU! JANGAN LARI-LARI. GAK TAKUT TELURMU PECAH YA?!!" teriak guru botak tersebut.

Langsung saja Beam berhenti berlari dan berjalan dengan santai saat mendengar teriakan unfaedah dari pak guru botak tersebut. Beam mana mau telur spesialnya pecah. Asal kalian tahu, dua telur Beam ini sangat spesial dan limited edition. Tidak ada telur cowok lain yang bentuknya unyu dan bercorak unicorn seperti punya Beam. Mana warnanya colorful kayak tembok ruko. Baguskan?

"NAH! KAN ENAK KALAU JALANNYA SANTAI BEGINI. SAYA GAK CAPEK-CAPEK NGEJAR KAMU" teriak pak guru botak itu lagi.

Murid dan Guru piket bodor tersebut kejar-kejaran dengan santai. Malah sama sekali tidak bisa dibilang kejar-kejaran. Orang Beam berjalan santai dan pak guru botak mengikutinya dari belakang. DIkira syuting video klip menghapus jejakmu kali ya?

"KAMU ITU SELALU TELAT!!" teriak pak guru botak itu lagi. Padahal mah jaraknya dengan Beam cuma tiga langkah. Memang dasarnya saja pak guru botak tersebut hobi teriak-teriak. Mungkin waktu kecil dia tak sengaja menelan toa masjid dilingkungan rumahnya.

"YA ELAH PAK. JANGAN TERIAK-TERIAK KENAPA? ILER BAPAK TUH REKREASI KEMANA-MANA!!" balas Beam dengan berteriak.

Beam kesal dibuatnya. Masa dari tadi teriak-teriak melulu. Ih, mungkin guru botak ini sebenarnya adalah mas-mas kredit panci yang suka nawarin dagangannya sambil gedor-gedor pintu rumah.

"ANJIR!! SAYA INI SAYANG LINGKUNGAN. MAKA DARI ITU TANAH GERSANG INI SAYA SIRAMI DENGAN ILER BERKHASIAT MILIK SAYA DAN BERHARAP TANAH GERSANG INI AKAN SEGERA TUMBUH TANAMAN YANG BERGUNA BAGI BANGSA DAN NEGARA. BERIKUT JUGA DENGAN KANTONG SAYA!!" guru botak tersebut masih teriak-teriak.

Aduh, melihat mereka berdua benar-benar berasa sedang melihat film India. Cuma bedanya mereka berdua tidak menyanyi dan menari. Yang ada malah saling memaki. Untung saja tidak sambil membangun rumah. Iya, rumah. Rumah tangga mereka berdua. Eaaaa!!!!

Beam menghentikan langkah kakinya. Dan pak guru botak tersebut ikut-ikutan berhenti. Beam memutar tubuhnya dan menatap tepat kearah kepala botak pak guru tersebut. Eh maaf, maksud saya ke kedua mata guru botak tersebut. Ya maklum, kan kepala botak guru piket tersebut adalah daya tarik utamanya. Jangan lihat mukanya, nanti takutnya adik-adik sekalian mendadak sawan. Waspadalah! waspadalah!

"Kamu kenapa berhenti? saya belum puas" tanya guru botak tersebut ambigu. Langsung saja Beam menutupi selangkangannya. Beam kan jadi memikirkan hal yang iya-iya. Ih, dasar guru mesum.

"Bapak belum puas?" tanya Beam dengan raut --lo masih kuat berapa ronde?--

"Iya" jawab pak guru tersebut sambil mengelus kepala botaknya.

"IH! MESOOOM!!" teriak Beam kemudian.

"Lah? maksud saya belum puas mengejar kamu" ralat pak guru botak terjembut. eh, maksudnya tersebut. Maaf barusan typo. Tapi disengaja sih.

Langsung saja Beam lari secepat geledek untuk menjauh dari pak guru botak tersebut. Dia tidak peduli jika telur miliknya pecah. Yang penting dia segera terbebas dari pak guru botak yang kebotakannya bisa bikin bidadari lupa diri tersebut.

"WOI!! JANGAN LARI!!" teriak pak guru botak tersebut.

Akhirnya mereka berdua kejar-kejaran lagi. Sharukhan sama Angelie mah kalah. Lihat itu, bahkan saat berlarian mereka berdua sampai mengeluarkan jejak api saking cepatnya mereka berlari.


********************

Author in Charge : officialatim6

Cinta SMa (Sebelum Masehi) - [TEAM UREA05]Where stories live. Discover now