Hari ini merupakan ulang tahun ke-17 dari putra bungsu kerajaan Towa. Seluruh kerajaan bersorak sorai atas bertambahnya usia pangeran yang mereka cintai itu. Sang raja dan ratu juga tidak segan-segan menyelenggarakan pesta yang begitu besar dan megah.
Terlihat sang pangeran termenung di jendela kamar miliknya menatap gelapnya malam itu. Pakaian yang dikenakannya begitu indah hingga menambah kecantikannya hingga dua kali lipat. Tiba-tiba pintu dibuka dari luar dan seorang wanita cantik masuk dan berjalan menuju pria itu.
"Sudah waktunya putraku, mari kita keluar!" ujar sang ibu. Di tangannya juga terdapat banyak sekali surat-surat.
"Apakah itu surat lamaran dari mereka lagi bu?" ujar pria cantik itu melihat surat yang dibawakan sang ibu.
Wanita itu hanya tersenyum. Ia menghampiri putra bungsunya itu, mengelus kepalanya dan berkata, " tidakkah ini waktunya untukmu memilih pasangan hidupmu putraku?" ujar sang ibu.
"Lupakan saja bu. Buang seluruh lamaran itu dan katakan aku menolak lamaran mereka." ujar Miku lagi. Kali ini ia memeluk pinggang sang ibu dan merebahkan kepalanya ke perut wanita itu.
"Aku lelah dengan semua lamaran ini bu. Tidak bisakah aku untuk tidak menikah?" lanjut pria itu.
"Jangan berbicara seperti itu. Apa yang akan dikatakan oleh rakyat jika mereka melihat pangeran kesayangan mereka menjadi perawan tua." ujar sang ibu menggoda putranya itu.
"Ibu..!" ujar sang anak sedikit kesal. Jika menyangkut rakyatnya ia tidak bisa mengatakan tidak. Ia sangat mencintai rakyatnya, tapi untuk masalah kali ini ia memang belum siap.
"Baiklah jika itu yang putra kesayangan ibu mau. Ibu akan katakan kepada baginda raja untuk menolak semuanya." ujar sang ibu. Sebuah senyuman indah muncul di wajah putra bungsunya itu. Bagaimana tidak? Ia puas dengan perkataan sang ibu.
"Bagaimana? Putra ibu sudah lega kan?" ujar sang ibu yang dilanjutkan dengan anggukan putra bungsunya itu.
"Mari kita ke aula, semua orang sudah menunggu." ujar sang ibu. Miku hanya menurut dan mengikuti sang ibu dari belakang.
Sesampainya di aula ia melihat sang ayah dan keenam kakak laki-lakinya yang sedang bercakap-cakap sembari menunggu kedatangan mereka.
"Salam untuk baginda raja dan kakak. " ujar Miku membungkukkan badannya memberikan penghormatan san salam kepada sang ayah dan kakaknya. Sang ayah dan kakaknya tersenyum dan menarik sang adik untuk segera berkumpul bersama mereka.
Suara lantunan lagu terdengar di seluruh penjuru istana dan para penari latar yang cantik-cantik juga menghibur mereka. Para tamu-tamu juga bersorak sorai untuk pangeran mereka.
"Bagaimana dengan lamaranmu?" ujar kakak tertua yang merupakan putra mahkota kerajaan Towa.
"Aku tidak tertarik!! Lagi pula kenapa kakak membicarakan soal itu sih?" ujar Miku kesal.
"Lagian kakak yang sepantasnya sudah harus menikah. Kakak sudah cukup umur, dan jangan membuat ayah dan ibu menunggu lama untuk menimang cucu." lanjut Miku.
"Husshh.. Kok jadi ngomongin kakak. Kan kamu yang dapat lamaran." ujar sang kakak tak ingin kalah dengan sang adik.
"Tapi kakak juga sudah mendapat banyak lamaran dari putri negeri tetangga kita."
Sang kakak hanya terdiam, ia bergidik ngeri membayangkan putri-putri yang mengajukan lamaran kepadanya. Sementara saudara yang lainnya hanya tertawa mendengar ucapan sang adik. Memang benar, Miku yang merupakan adik yang paling bungsu di antara mereka dan mereka sangat memanjakannya.
YOU ARE READING
The Queen of Bagya Kingdom
RomanceMiku, seorang pangeran cantik yang merupakan pangeran ketujuh dan putra bungsu dari kerajaan Towa. Ia sangat disayangi oleh kedua orangtua dan keenam kakaknya. Keenam pangeran itu sangat memanjakan adiknya itu. Miku selalu mendapat yang ia mau te...