Chapter 1

17.2K 1.1K 93
                                    

Hari ini merupakan ulang  tahun  ke-17 dari putra bungsu kerajaan Towa. Seluruh kerajaan bersorak sorai atas bertambahnya usia pangeran yang mereka cintai itu. Sang  raja  dan  ratu juga  tidak segan-segan menyelenggarakan pesta yang begitu  besar  dan megah.

Terlihat sang pangeran termenung di jendela kamar miliknya menatap gelapnya malam itu. Pakaian yang dikenakannya begitu indah hingga menambah kecantikannya hingga  dua kali  lipat. Tiba-tiba pintu  dibuka dari luar dan seorang  wanita cantik  masuk dan berjalan menuju pria itu.

"Sudah  waktunya putraku, mari kita keluar!" ujar  sang ibu. Di tangannya  juga terdapat banyak  sekali surat-surat.

"Apakah itu surat lamaran dari mereka lagi bu?" ujar pria cantik itu melihat  surat yang  dibawakan sang  ibu.

Wanita itu hanya tersenyum. Ia menghampiri putra bungsunya itu, mengelus kepalanya  dan berkata, " tidakkah ini waktunya untukmu memilih pasangan hidupmu  putraku?" ujar sang ibu.

"Lupakan saja bu. Buang  seluruh lamaran itu dan katakan aku menolak lamaran mereka." ujar Miku lagi. Kali ini ia memeluk pinggang  sang  ibu dan merebahkan kepalanya ke perut wanita itu.

"Aku lelah dengan semua lamaran ini bu. Tidak bisakah aku untuk tidak menikah?" lanjut pria itu.

"Jangan berbicara seperti itu. Apa yang akan dikatakan oleh rakyat jika mereka melihat pangeran kesayangan mereka menjadi perawan tua." ujar sang ibu menggoda putranya itu.

"Ibu..!" ujar sang anak sedikit kesal. Jika menyangkut rakyatnya ia tidak bisa mengatakan tidak. Ia sangat mencintai rakyatnya, tapi untuk masalah kali ini ia memang  belum siap.

"Baiklah  jika itu  yang putra kesayangan ibu mau. Ibu akan katakan kepada baginda raja untuk menolak semuanya." ujar sang ibu. Sebuah senyuman indah muncul di wajah putra bungsunya itu. Bagaimana tidak? Ia puas dengan perkataan sang ibu.

"Bagaimana? Putra ibu sudah  lega  kan?" ujar  sang  ibu  yang  dilanjutkan dengan anggukan putra bungsunya  itu.

"Mari kita ke aula, semua orang sudah menunggu." ujar sang  ibu. Miku hanya menurut  dan mengikuti sang  ibu  dari  belakang.

Sesampainya  di aula  ia melihat sang ayah  dan keenam kakak laki-lakinya  yang  sedang bercakap-cakap sembari menunggu  kedatangan mereka.

"Salam untuk baginda raja dan kakak. " ujar Miku membungkukkan badannya memberikan penghormatan san salam kepada sang ayah  dan  kakaknya. Sang ayah  dan kakaknya  tersenyum dan menarik sang adik untuk segera berkumpul bersama mereka.

Suara lantunan  lagu terdengar di seluruh penjuru istana dan para penari latar yang cantik-cantik juga menghibur mereka. Para tamu-tamu juga bersorak sorai untuk pangeran mereka.

"Bagaimana dengan lamaranmu?" ujar kakak tertua yang merupakan putra mahkota  kerajaan Towa.

"Aku tidak  tertarik!!  Lagi pula  kenapa kakak membicarakan soal itu sih?" ujar Miku kesal.

"Lagian  kakak yang sepantasnya sudah harus menikah. Kakak  sudah  cukup umur, dan  jangan membuat  ayah dan ibu menunggu  lama untuk menimang  cucu." lanjut  Miku.

"Husshh..  Kok  jadi ngomongin  kakak. Kan kamu yang dapat lamaran." ujar  sang kakak  tak ingin kalah  dengan  sang adik.

"Tapi kakak  juga sudah mendapat banyak lamaran dari putri  negeri tetangga kita."

Sang  kakak hanya terdiam,  ia bergidik ngeri membayangkan  putri-putri yang mengajukan lamaran kepadanya. Sementara  saudara yang  lainnya hanya  tertawa mendengar ucapan  sang  adik.  Memang  benar,  Miku yang  merupakan  adik yang paling bungsu di antara mereka  dan mereka  sangat memanjakannya.

The Queen of Bagya Kingdom Where stories live. Discover now