[kidung-kidung maskumambang]

835 58 1
                                    


[kidung-kidung maskumambang]


dwinetra sang puan berhalimun,
relung hati pun sesak, tercekat,

senyap mengukung raganya konstan,
sedang atmanya terjebak kaleidoskop,

sang puan meracap doa,
pada tuhan yang senantiasa mendengar,

tuhan, kenankah tuanku kembali?
harap timbul dari puan yang putus asa,

naas, sewarsa berlalu,
tuan raib tertelan butala,

puan kehilangan baskaranya,
tuan menemukan candra barunya,

tuan, mengapa raib?
tiada mengucap pamit pula,

kau tinggalkan puan,
bersama kidung-kidung melankolis,

jemarinya menggores aksara duka,
yang hadir mustabab tuan yang hilang,

maskumambang hadir pula,
memperjelas lara yang bersembunyi,
warna binasa, monokrom berkuasa,

hidup puan monoton,
tatkala tuan memilih mati,
kidung-kidung berisi tuan,
pun sekarat, melawan realita.

b a g a i m a n a p u n,
tuan haruslah tetap hidup,
walau hanya terkurung kidung,
sarat imaji.

maaf tuan, puan belum berlapang.

[]

Maaf, kalau gagal. Puisi eksperimental ini saya buat hanya semata-mata mencoba mengaplikasikan kosa kata baru yang saya pelajari.

Bila ada yang tidak diketahui, jangan sungkan untuk bertanya^^

[28/03/19]

,

terasing Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang