Zhu-Zhu Pet

215 19 5
                                    

maret 2009

Hari-hari sekolah adalah hari-hari terberat dalam hidupku. Selalu.

Kenapa?

Karna aku harus sekolah.

Lebih parahnya, di sekolah dilarang keras buat nyimeng. Bagaimana aku tahu?

Karna pernah suatu hari aku digrebek guru BK-ku dan disenterin di jidat sambil disodok-sodok sesekali plus dihujani jigong selama seperempat hari gara-gara tertangkap basah sedang menarik ingus mencurigakan, katanya. Padahal aku kan cuma nyedot bubuk mecin, apa salahnya coba:(

Lagipula juga itu kulakuin bukan buat gaya-gayaan kok, sebab kalo aku ga nyimeng, aku bakalan liat setan terus.

Dan arwah-arwah ga tenang itu, mereka semua sadar kalo aku bisa liat mereka, jadi seringkali mereka menggangguku baik dengan mencolek jenggot tipisku yang seksi atau sekedar melototin awkward di depan mukaku untuk mengatasi rasa kesepian mereka. Kan susah juga kalo w lagi kebelet boker, mana bisa konsen kalo diliatin gitu. Jadi grogi kan ee nya buat keluar.

"Wasap bro" sebuah suara tiba-tiba membuyarkan lamunanku.

sialan.

w hapal bener ini suara.

bau menyan.

ada dingin-dingin di bulu kuduk.

ga salah lagi...

Dengan perlahan-lahan aku menengok ke kanan dan kiri. Tak ada makhluk. Lalu dengan agak ragu aku melihat ke bawah. Pasti benar dugaanku. Secara tiba-tiba aku melongokkan kepalaku dan mengumpat ke kolong meja, "woy njeng bisa diem ga sih lu?! Brisik banget ga bisa liat orang idup tenang apa mentang-mentang udah mati?"

"Gua di belakang lu astatang, dikira curut apa cari nafkah di dalem kolong"

"Bodo amat lah njing pokonya diem gausa bcd. Pening w dengernya"

Ben cemberut. Walaupun sudah mati, aku pun masih bisa melihat raut sedihnya yang buruk rupa, bahkan ketika dia ada di balik punggungku. "Sepi banget cui, gabut nih gue," rengeknya.

"Ya ngobrol kek sama sebangsa lu. Banyak banget noh, noh," aku menunjuk ke segala arah, gapeduli yang ketunjuk orang atau bukan "noh ada yang cakep noh"

"Lah mana bisa pe'a, gue kan ga mati dalam keadaan punya indra keenam gimana sih ih bego ya lu. Lagian susah bener sih chitchat ama brother sendiri, ga kangen apa? Lu juga entar ke alam baka bakal minta contekan ke gua kan buat jawab kuis-kuis malaikat"

Aku mendesah sebal. "Ben plis ini gue bentar lagi kelas ben–" tiba-tiba seseorang memotong pembisikanku.

"Klaus lu gapapa? Ngobrol ama sapa sih? Ben saha eta euy?" namanya Irene, rambutnya pirang kecoklatan dan bibirnya yang penuh berwarna pink alami, matanya benar-benar jernih. Seumur hidup aku hanya pernah sekali menyebut orang cantik, dan tak salah lagi itu adalah dia.

Pertama kali aku bertemu dengannya, aku tak pernah berfikir kami dapat saling bercengkrama dan menjadi dekat satu sama lain—karna dia muka-mukanya alim baek-baek ga banyak tingkah, sementara w naujubilah, dari orok udah bau mecin hehe. Tapi semuanya berubah ketika suatu hari aku masuk ke sebuah bar dan menemukan dia dan bandnya yang bernama 'DeadBread' membawakan lagu Welcome to the Black Parade di tengah-tengah om-om gondrong moshingan. Gila itu nyali segede ginjal naga ga takut mati konyol apa ya

Dan sejak saat itulah kami dekat dan sering ke bar bersama; dia untuk menyalurkan hobinya untuk hidup seperti Larry, dan aku untuk seplastik barang haram. yang juga diperoleh dari ngutang.

"Klaus lu halu? Astaga plis mending lu cabut dah daripada ketauan mak Ijat lagi" Irene tampak khawatir.

"Apa sih, Ren? Lu kali yang halu orang gue diem-diem bae" ujarku sambik bersiul menatap langit-langit ruang kelas pura-pura bodoh, padahal aslinya aku pintar sejagad raya tak ada tandingannya.

Irene bingung rada-rada panik takut dia yang beneran halu. "Hehe canda beb aku cuman ngerjain kamu kok" ucapku cengengesan.

"Babi kirain w halu beneran ta–" ia berhenti di tengah sumpah serapahnya. "sialan apaan tu njir?!"

Mendengar nada bicaranya yang paniqué lagi aku jadi heran. "Apaan?"

"Lu bawa peliaraan ya?!"

"Iya" kemudian aku mencerna kata-katanya. "HAH? PELIARAAN MANA WOY"

"Itu tas lu–" ia menunjuk ke arah tasku di lantai dengan agak gemetar.

"Makhluk mana lagi ini ya Tuhan..."

"Yang pasti bukan gue" sahut Ben. Aku melotot ke balik punggungku.

"Ya liatin dong hih lu gimana sih Klaus punya nyali ga? Cemen banget sih"

Aku membalikkan kepalaku lagi dan menatap Irene dengan takjub. Ni anak ngegasnya kenceng bener kalo lagi panik anjir, ga nyangka yang jadi future husbandnya dia tiap hari gimana idupnya pas uda nikah.

"TELOLET KLAUS TELOLET"

"IYE REN IYE ASTAGA" aku pun memberanikan diri mendekat ke tasku yang tergeletak di bawah. Dengan ngeri dan jijik aku menendangnya ke seberang ruangan.

Sayangnya kepala Joni yang menjulang menghalangi jalur terbang tasku, ia pun terjengkang ke depan dan tasku jatuh hanya beberapa senti dari tempat asalnya. Secara tak diinginkan, makhluk bergerak tadi keluar dari sana. Dan ternyata....

"YAAMPUN BAMBANG" aku terkejut melihat marmut sebiji alpukat itu muncul dengan kliyengan, segera aku mendekatinya dan mengangkatnya. "Kamu gapapa kan? Aduh mampus gua"

"Klaus astaga lu ngapain sih bawa-bawa curut ke kampus? Mana digendong-gendong lagi" Irene menunjukkan tatapan jijik.

"Mata lu mines lima kilo? Ini marmut Ireeeene, peliaraan uncle gue, yang gue ceritain ke elo gue urusin tiap senen kemis"

Iya, aku memang bekerja part time mengurus marmut pakdeku setiap Senin dan Kamis karena hari itu ia bekerja di kantornya yang di luar kota.

Belum sempat Irene komentar, mak Brodjo sudah masuk ke kelas. Kami cepat-cepat duduk di tempat masing-masing.

Tiba-tiba seperti mencium bau si Bambang, mak Brodjo menatap ke arahku dan melihat Bambang di tanganku. "Jabrik, kamu tau kan aturan di sekolah? Dilarang membawa binatang peliharaan ke sekolah! Sekarang cepat kamu ke ruang BK!"

Mampus mampus mampus. Ogah bat gua ke BK, yang ada jidat gua tambah penyok disodok-sodok mulu pake senter doraemon pak Manto.

"B-bukan bu! Ini bukan peliharaan, adek saya kayanya salah masukin zhu zhu petnya ke tas saya, pasti dia nyariin nih sekarang" jawabku ngeles.

Dengan memutar otak, mak Brodjo terus menatap tajam kepadaku. Sepertinya ia tak menemukan argumen yang bisa menjebloskanku ke lubang buaya itu lagi. "Ya sudah, cepat masukkan itu ke dalam tas!"

Aku menjejalkan Bambang ke taperwerku yang bau jigong karena sudah 2 minggu belum dicuci dan kelas pun dimulai. Hari ini mapel PKn terasa sangat lambat bagiku.

***

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 24, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Four.Where stories live. Discover now