Kamu Kemana?

2 0 0
                                    

Hari ke enam.. Lamat suara azan bergema di masjid. Kaki kira baru sampai di pelataran parkir. Tak ada siapa-siapa. Hanya motornya. Ivan juga tak nampak. Apakah ia akan terlambat seperti kemarin? Bukankah ia berjanji akan selalu bersamaku? Kemana ia?

Ketakutan kembali menyergapnya, saat ia ingat ini malam jumat. Motor kesayangannya entah mengapa ikut berulah, lagi-lagi tak mau menyala. Padahal pagi tadi sudah ia cek busi dan akinya. Kira beranjak enggan, berharap ada Ivan yang tiba-tiba muncul seperti kemarin. Tapi rupanya sia-sia. Sedikit gemetar karena bergidik, di dorongnya motornya. Sembari berharap bengkel motor dekat tukang ojek di gerbang kampus, masih buka.

"Mogok non?" Suara serak yang menyapa, membuat Kira melonjak kaget. Astaghfirullah.. Kira menarik nafas. Sesosok pria setengah baya berpakaian satpam berdiri tak jauh dibelakangnya. Tapi kini bulu kuduknya makin meremang. Tiba-tiba di kepalanya melintas banyak berita tentang cerita satpam-satpam jahat yang menganiaya mahasiswi, walau bukan di kampus ini. Hiyyy...

Satpam itu mendekat. Di keremangan senja, Kira tak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena terhalang bayangan topi. Ada guratan panjang dari pelipis kiri sampai dagu. Ya Tuhan.. tolong saya... Kira menatap waspada.

Satpam itu menepuk motornya, "Sudah magrib, kamu harus pulang.. hati-hati di jalan. Jangan ngebut..". motor Kira menyala tanpa di starter. Kira melongo. Bukan soal motornya yang bisa menyala sendiri. Tapi kalimat satpam itu seperti copas dengan kalimat Ivan, hanya berbeda nadanya.

"Sana, sudah magrib. Bahaya di sini..." mata satpam itu nampak menyala di kegelapan. Bulu kuduk Kira meremang.

"Ya pak, terimakasih..." Kira memacu motornya. Sekilas ia melirik ke spion, lapangan parkir dibelakangnya nampak gelap. Tak ada tanda-tanda seorangpun di sana..

***

"Ki....!!!" tubuh jangkung itu melambaikan tangan dekat gerbang kampus. Kira menghentikan motornya. Ah, bukan Ivan. Itu Andi, teman seangkatannya. "Kok ngebut, kaya dikejar setan aja.. ikut dong.."

"Gak ada helm Ndi.." Kira tertawa. Ia tahu, Andi cuma bercanda.

"Hehe iya. Aku naik bus aja.." Andi tertawa. Ia tadi memang iseng menggoda Kira.

"Kamu selalu menunggu bus di sini Ndi?"

"Hmmm.. ya.. lebih enak. Banyak kawan mahasiswa yang menunggu angkutan di sini."

"Ada yang mahasiswa tehnik..?"

"Ya adalah Kira... kamu cari seseorang?"

Kira ingin menyebutkan sebuah nama. Tapi ia urung. Suara Ivan seolah menggema di telinga, "Sudah magrib, kamu harus pulang, hati-hati di jalan. Jangan ngebut.."

"Aku pulang duluan Ndi.."

DejavuWhere stories live. Discover now