Kamu terlambat...

4 0 0
                                    

Kira bergegas keluar kelas. Berupaya keras melepaskan diri dari ajakan teman-temannya untuk berkumpul di selasar kampus, membahas tugas. Sudah pukul 17.30. Sepanjang hari ini Kira hanya ingin sore segera tiba, dan Ia bisa berjumpa Ivan lagi.

Dari kejauhan, Kira bisa melihat sosok lelaki itu duduk di atas motornya, menunggu.

"Hai.. maaf terlambat. Kelasnya tadi.." Kira berhenti sejenak menata nafasnya.

"Astaga, tak usah lari-lari gitu Kira.. tak apa-apa.. Aku tahu kok jadwal kuliahmu. Lagipula aku juga baru datang.." senyum Ivan seperti segelas es teh jeruk di tengah dahaga.

Kira menyimpan keterkejutannya karena Ivan tahu jadwal kuliahnya. Wow.. amazing boy.. biarlah, berbincang banyak hal dan bersenda gurau dengannya sudah membuat seluruh pori-porinya seperti dialiri energi.. membuat Kira ingin terus tersenyum tanpa alasan.

"Aku senang sekali melihatmu tersenyum, Kira.. " Ivan menatap gadis dihadapannya yang pipinya langsung memerah. "Dari SMP kamu tak pernah berubah.."

"Halah gak usah gombal..." Kira gugup. Kamulah yang membuatku terus tersenyum Ivan.. ucapnya dalam hati.

"Jangan lupa besok sore kutunggu di sini ya.." Ivan berpesan kembali sebelum Kira meluncur dengan motornya saat Magrib telah hadir.

**********

"Kamu selalu parkir di Bahasa Ki?" Tommy bertanya heran.

"Yup" Kira membereskan buku-bukunya.

"Jauh amat. Kenapa tak parkir di fakultas kita?"

"Mmmm... ada deh.." Kira tersenyum misterius. Setengah berlari ia meninggalkan kelas. Hari ini dosennya terlalu asyik, sehingga baru bubar nyaris pukul 18. Ivan pasti menunggu. Sudah 4 hari ia menghabiskan senja bersama Ivan. Dan lagi-lagi malam harinya baru Kira sadar, bahwa mereka selalu lupa bertukar nomer ponsel. Kami berdua memang pelupa.. huh! Kira merutuk kesal.

Parkiran Lab Bahasa sudah gelap. Cahaya lampu gedung malah membuatnya temaram penuh aura misterius. Di halaman itu, tinggal motor Kira saja. Dan.. tidak ada Ivan di sana. Kira merasakan ada yang berlubang tiba-tiba di hatinya. Tapi ia tak bisa lama-lama muram dan kesal di situ, suasana temaram, dengan bayang-bayang pohon yang makin gelap, sudah mendirikan bulu roma. Selama ini ia di sini bersama Ivan, dan tak pernah menyadari suasananya ternyata seseram ini. Setengah gugup bercampur takut, dihampiri motornya. Tapi astaga.. entah kenapa motornya tak mau menyala ketika di starter? Aduhh...

"Kira.." Ivan muncul entah dari mana, nampak terengah-engah. "Maaf aku telat.."

"it's okay, Van.. aku.." Ivan mengusap pipi Kira Yang basah. Rupanya Kira tanpa sadar menangis.

"Maafkan aku ya..." Ivan nampak merasa bersalah. Kira tersenyum sangat lega. Mungkin dosen Ivan juga terlalu larut memberi materi. Tapi cukuplah ia hadir di sini, aku sudah bahagia.. Kira membatin.

Ivan menyalakan motor Kira, "Ayo mau magrib, kita harus segera pulang..". motor itu menyala dengan segera.

"Kamu saja yang mengemudi..." Ivan menggeser duduknya.

"Lho?" Kira menatap Ivan sembari mengambil alih kemudi.

"Aku masih trauma.. maaf.." Ivan nyengir. Kira mengangguk meski tak paham.

"Ayo cepat Kira. Sudah mau magrib. Bahaya di sini.." Ivan setengah berseru gelisah.

**

Ivan minta Kira menghentikan motornya di gerbang depan kampus.

"Aku cukup sampai sini. Kamu hati-hati berkendara pulang ya.. jangan ngebut.. sampai jumpa besok.."

Kira tak bisa berdebat. Ivan menyentuh pipinya. Tangannya terasa dingin..

"Jangan difikirkan. Aku akan selalu bersamamu Kira.. aku janji.. aku sungguh berjanji.. aku mohon, jangan menangis lagi ya.. "

"Hah?" Kira merasa pipinya memerah. Ia tersipu hingga kehilangan kata-kata.

"Hihi.. Tak apa-apa.. Orangtua dan adik-adikmu pasti sudah gelisah menunggu di rumah.. Sudah magrib, kamu harus pulang.. hati-hati di jalan. Jangan ngebut.." suara Ivan yang hangat, menggema di telinga Kira sepanjang jalan.

DejavuWhere stories live. Discover now