BAB 30 : Dating Agency

Start from the beginning
                                    

"Biar motor lo gue yang bawa aja, Bang, lo anterin Salsha pake mobil Bastian," kata Iqbaal akhirnya.

Salsha menoleh pada lelaki itu dengan pandangan tak enak. Gadis itu merasa bersalah karna seolah menolak untuk bersamanya. Walau sebenarnya iya.

"Lo mau gue dimarahin bokap lu? Terakhir lo pake motor model ban tahu krispi begitu jatuh di komplek depan. Tuh jahitan masih bekas. Mau nambah lagi?" tukas Bastian tak setuju.

Salsha otomatis menoleh menilik wajah Iqbaal yang sialnya lelaki itu malah mempergokinya. Otomatis Salsha membuang arah pandangnya.

"Yaudah gue sama Iqbaal aja," kata Salsha pelan.

"Hah?"

"Apa Sha? Ngomong apa tadi?"

"Gue pulang sama Iqbaal aja," ulangnya sedikit keras.

Diam-diam Aldi, Steffi, Bastian, Jeha, dan Kiki mengulas senyum tipis tersembunyi.

Rencana kedua berhasil, batin mereka.

***

Salsha tak pernah merasa canggung selama sejarah dia hidup di dunia kecuali pada satu momen ini. Rasanya aneh dan asing ketika kita harus berada di ruang sama bersama seseorang yang pernah menghilang.

Meski banyak ratusan pertanyaan yang hendak ia katakan, Salsha memilih bungkam dan menatap lurus ke depan.

Sebenarnya dia ingin mencuri pandang ke arah lelaki berhoodie grey yang tengah mengemudi ini. Tetapi dia terlampau gengsi. Takut jika ketahuan mengagumi Iqbaal yang semakin tampan.

"Kamu sekarang gimana?" pertanyaan ambigu itu keluar dari mulut Iqbaal setelah sekian menit mereka saling diam.

"Gimana apanya?"

"Bukan kabar tentunya karna aku lihat kamu baik dan masih seperti Salsha yang aku kenal dulu, lagi sibuk apa sekarang?"

Salsha tersenyum tipis. Baik ya? Padahal tidak sebaik seperti kelihatannya. "Lagi bantuin Kak Al sama progress bisnis kecil-kecilan."

"Gimana kabar Kak Al? Kata Aldi udah tunangan ya sama Kak Yuki?"

"Iya, lima bulan lagi mau nikah kalau gak ada hambatan."

"Kamu kapan?"

"Hah?"

"Kamu kapan nikah?"

Ya kamu kapan ngajakin? Ups. Salsha hanya mampu membatin dalam hati walau pada nyatanya dia ingin berkata demikian.

"Kamu duluan aja, nanti biar aku yang jadi bridesmaidnya," jawab Salsha diselangi tawa.

"Gimana kalo kamu yang jadi bridenya?"

"Hah?" tanya Salsha linglung akibat pernyataan mengejutkan ini.

"Lupain, udah jalan berapa tahun sama Mark?"

"Maksudnya?"

"Hubungan kalian? Udah lama ya kayaknya?"

"Sama Mark? Udah lama sih, dari kecil juga udah kenal tapi lebih deket karna pas di Canada kita satu sekolah. Eh dianya ngikut kesini."

Iqbaal hanya mengangguk sok memahami meski dalam hatinya ia merasa patah hati. Lelaki itu pasti menjaga Salsha dengan baik. Harusnya ia tak perlu khawatir apalagi sampai berpikir buruk tentang Salsha selama lima tahun ini. Iqbaal memaklumi, ini bukan salah Salsha karna semuanya murni karna dirinya.

"Mark orangnya asik ya, humble gitu," kata Iqbaal lagi.

"Asik sih, tapi nyebelin. Ya gak seasik kelihatannya. Dia cerewet, bawel, dan suka ngejahilin aku."

Salsha tak pernah meminta dia untuk menunggu. Salsha pun tak pernah memastikan kapan hatinya akan kembali menjadi milik Iqbaal. 

Iqbaal mengaku, dia terlalu percaya diri jika dirinya masih menjadi satu-satunya nama di hati si gadis.

"He treat you so well, right?"

"All of i want, he will give to me. Gak tau lagi, dia baik banget sama aku."

"Dia pasti berharga untuk kamu."

Salsha memandang Iqbaal yang menatap lurus ke depan. "Ya." walau tak seberharga kamu.

***

"Gimana kemarin pulangnya sama Iqbaal? Udah nostalgia sampe tahap balikan gak?" Pertanyaan Steffi yang menurutnya menohok ini membuat wajah Salsha merubah ekspresi. Gadis yang tengah bersantai di atas ban karet unicorn yang mengapung di kolam renang itu membuat mimik wajah mengerucut.

"Dia bahas Mark mulu, sebel," katanya pada di depan layar ponselnya.

Ketiga gadis berbeda kegiatan ini tampak saling menghubungi lewat video call. Aksi meminta traktiran yang berhujung pada aksi kepo Steffi dan Jeha tentang Iqbaal.

"Emang dia bahasin Mark mulu, masa gak nanya tentang lo sih?" tanya Jeha sembari mengetik sesuatu di atas keyboard laptop.

"Ya tanya sih, tapi kan sebel masa ya harus banget ngebahasin Mark disaat kita udah lima tahun gak ketemu."

"Kepo kali dia sama si Mark."

"Mana gue tau," jawab Salsha yang masih terbawa suasana tak enak. Gadis itu menyedot jus melonnya sekedar melegakan tubuhnya yang gerah atau mungkin hatinya yang panas?

"Nanti malem jalan kuy, kita dinner bareng-bareng," ucapan Steffi tersebut membuat  Jeha yang tadi sibuk dengan laptopnya mengalihkan pemandangannya.

"Nah gini dong, ditungguin juga dari semalem."

Steffi memutar bola matanya, gadis berhidung mancung itu menangkupkan pipinya kemudian berkata, "Yakali gue ngabarin lo subuh-subuh. Udah pokoknya ntar malem kumpul di restonya si bebeb."

"Kok di restonya Aldi? Gak tekor dong kalian?" tanya Salsha memprotes.

"Gak ada protes yaa, Sha, ntar ajak si Mark juga kalo si Lucas mau juga boleh."

Salsha memicingkan mata, "Inget Aldi ya lo! Lucas gak nafsu sama modelan kaya lo."

"Sialan!"


***


Beberapa chapter lagi bakal end. Oh ya, disini ada grupchat Iqsha kah? Kalau ada mau dong aku join, ehehehe.

What do you think about this part?

Cium beceq
sels.

My Sweetest ExWhere stories live. Discover now