#2 Perkenalan Perdana

13 0 1
                                    

"Peeps, hello semuanya, minta perhatiannya sebentar dong!"

Entah karena memang semua orang di dalam ruangan itu penurut, atau karena Elok dan segala yang ada pada dirinya adalah mengesankan sehingga semua orang patuh mengikuti perintahnya. Ruangan yang baru Ale masuki itu sekarang mendadak senyap dan semua mata terfokus pada satu tempat. Satu spot di mana ia dan Elok berdiri. Seolah ada lampu spotlight berkapasitas megawatt yang menyoroti tempatnya.

Pagi menjelang Siang, inilah kali pertama Ale merasakan tangannya basah karena gugup, dan jantungnya berdebar tidak karuan menantikan momen yang belum pernah ia alami, namun gilanya dalam hitungan detik akan terlewati.

Ale rasanya ingin memuntahkan semua bubur yang ditelannya sesaat sebelum naik busway tadi. Sebentar lagi! sebentar lagi ia akan dikenalkan pada dunia profesional itu. Batinnya bergejolak.

"Sorry, Ben bisa diem bentar enggak?" Elok agak meninggikan nada suaranya seiring dengan kegaduhan yang bersumber dari kubikel di pojok ruangan. Sosok berkacamata dengan rambut spike pendek itu kontan nyengir.

"Sorry cantik, go ahead!" katanya santai, sorot matanya yang santai jelas menunjukan tidak adanya rasa bersalah di sana. Pada tatapannya yang mengarah ke Elok, Ale sempat merasakan sepasang mata itu mampir ke padanya dalam hitungan kecepatan cahaya sebelum akhirnya Elok mulai angkat bicara lagi.

"Oke, kecuali kalian adalah Ben, please jangan ada yang ngobrol kalau gue lagi ngomong. So, perkenalkan ini Ale, anak baru, bakal bertanggung jawab untuk..." ada jeda di sana, seolah Elok ragu menyampaikannya. Lalu, "Kebetulan Ale ini bertanggung jawab untuk Ale juga." tambah Elok sehati-hati mungkin menahan tawa.

Seperti yang Elok duga, tak dapat dielakkan lagi satu ruangan mendadak ribut karena tawa, seperti baru saja dilempari granat, sangking berisiknya.

"Lee, mending lo cepet-cepet ganti nama deh!" sebuah suara menimpali.

"What a coincidence, akhirnya sang maha-benar telah dipertemukan dengan kembarannya!" Ben yang belum semenit menutup mulut sudah tidak kuat untuk angkat bicara. "Mari kita panjatkan doa untuk nasib anak baru ini!!"

Seolah sama sablengnya dengan Ben, satu ruangan mendadak hening, Ben mengambil alih dominasi di ruangan dengan demonstratif memimpin doa. Khidmat. Seperti sungguhan mendoakan nasib Ale.

"Doa tidak akan pernah berakhir. Aamiiiin!!" ia mengakhiri doa.

"AAAAMIIIIIN!!!!!!" semua orang di ruangan lantas berteriak lantang dan meledaklah tawa itu lagi.

"BEN PLEASE!!" Elok kembali menengahi suasana, mengambil alih dominasi. Kali ini ia cukup marah dengan perlakuan Ben. Rautnya tampak was-was saat mengecek kondisi anak baru di sampingnya yang cuma meringis-ringis tanpa tahu apa yang sedang ditertawakan.

"Oke, oke, Sorry." Ben angkat tangan sambil melompat keluar dari singgah sananya untuk menyambangi tempat Ale berdiri.

"Ben!" katanya, dengan percaya diri mengambil tangan Ale yang masih bertaut karena gugup dan menjabatnya dengan penuh keteguhan.

"Welcome to the jungle!" sambutnya dengan hangat dan lantas semua orang mengikuti apa yang dilakukan Ben dan mulai memperkenalkan dirinya masing-masing dan jabatannya di ruangan tersebut.

"Ridho, architecture engineer."

"Sita, architecture engineer."

"Simo, civil engineer."

"Kalid, civil engineer."

Selesai dengan itu, Elok memboyong Ale menuju sebuah kubikel dekat ruangan bertuliskan professional yang menggantung di pintunya.

"Ini Meja kamu, terus ini ruangan bos sekunder kamu. Pak Ale."

Ale manggut-manggut paham sambil mengelus-ngelus calon kubikelnya.

"Oh iya, Le. Sekedar informasi, bos utama kamu itu namanya Pak Sarwono, untuk komunikasi dengan beliau kamu bisa lewat pak Ale, atau biasanya juga bisa via telpon."

Ale manggut-manggut lagi. Nggak sabar ingin segera duduk dan mengklaim teritorinya.

"Terus hari ini saya ngapain Kak?" ini adalah kalimat tanya pertama yang keluar dari mulutnya dengan penuh kesadaran setelah beberapa peristiwa terlewati dengan kepala pusing karena kebingungan.

"Today? hmmm kamu kenalin aja lingkungan kamu. Bisa mingle sama yang satu divisi, selagi nunggu atasan kamu. Hari ini belum ada kerjaan apa-apa, soalnya dua bos kamu lagi nggak ada di tempat."

Ale masih menelan mentah-mentah semua informasi itu.

"Mungkin besok atau lusa kamu baru mulai aktif. Jangan khawatir! Nanti saya kenalkan kamu ke dua bos kamu. Sudah tugas saya."

"Terimakasih Kak." kata Ale, percis anak kecil.

"With my pleasure. Enjoy aja ya Le, kalau mau makan siang bisa ke bawah, atau kalau bingung kamu bisa tanya ke Ben yang satu ruangan. Kebetulan saya ruangannya di lantai bawah."

"Welcome to the jungle!'

Ale merapal kalimat yang sudah dikatakan dua kali dalam setengah hari itu. Welcome to the jungle! waktu pertama dia masuk kuliah, seniornya juga pernah mengatakan ini. Jadi apakah berpetulang di hutan baru ini akan sama rasanya dengan hutan-hutan terdahulu?

The Perk of being Young AdultWhere stories live. Discover now