❁ཻུ۪۪⸙͎━━━━━━━━━━━━━━━╮
ʑ
Something Different
╰━━━━━━━━━━━━━━━❁ཻུ۪۪⸙͎
•
•
•
Bagaimana jika kamu merasa bahagia hidup dikeluarga kecil kalian. Namun di sisi lain, kamu menjerit ketika sadar seolah ada garis yang mengatakan bahwa kalian berbeda.
Zidan Aridylan, seorang pria berusia 16 tahun yang harus ikhlas menjalani hidup dengan takdir yang sudah Tuhan tulis. Rasanya dia ingin mengeluh kepada Sang Pencipta jagat raya, tentang sebuah takdir yang sudah Dia tulis dengan tinta yang tidak mungkin bisa dihapus. Namun, apakah Dia sudi menjawab hamba-Nya yang sudah berlumuran dosa?
Jika diberi dua pilihan, mungkin Zidan akan memilih berbeda fisik dengan keluarganya daripada harus berbeda keyakinan seperti ini. Setiap minggu Zidan pergi dengan ayahnya ke Gereja untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, sedangkan ibu dan adiknya beribadah di Masjid ataupun di dalam rumah 5x sehari.
Terkadang, Zidan ingin mencakar dadanya disaat rasa sesak hadir ketika melangkah berdua dengan ayahnya pergi ke tempat suci itu tanpa ibu dan adiknya.
Mereka tinggal dirumah yang cukup besar, dan dihuni oleh dua keluarga. Karena, Mega—ibu dari Zidan—memiliki seorang kakak kembar yang bernama Nisa, dan mereka berdua memutuskan untuk tinggal bersama di Bandung setelah memutuskan menetap di Bogor beberapa tahun yang lalu, dan disetujui oleh suaminya masing-masing.
Ketika Zidan masih kecil, dirinya kesulitan menebak yang mana ibu dan mana tantenya, begitu juga dengan Nanda—Anak kedua dari Nisa— yang selalu menyangka jika Mega adalah ibunya.
Nanda bukan hanya sekedar sepupunya saja, tetapi Zidan sudah menganggap dia sebagai kakaknya sendiri, karena Nanda selalu membela Zidan ketika dia dimarahi oleh ibunya.
Sampai tiba saatnya, dirinya ingin menjadi Nanda yang memiliki keluarga yang sempurna, tidak seperti dirinya. Setiap kali melihat Nanda dan keluarganya beribadah bersama di dalam rumah, mereka tampak sangat bahagia. Zidan tidak tahu rasanya bagaimana, hanya rasa sesaklah yang selalu menemaninya.
Lamunannya buyar ketika kedua orangtuanya datang ke kamarnya, tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Mega langsung duduk disamping putranya, sedangkan Jordan—Ayah Zidan— duduk dibibir ranjang milik putranya.
Kemudian, Mega mengusap-ngusap rambut indah putranya dengan lembut. Zidan hanya diam diperlakukan seperti itu oleh Mega, karena Mega selalu sibuk dengan pekerjaannya, sampai jarang meluangkan waktu untuk kedua putranya.
"Zidan ... Mamah sama papah disuruh kakek ngelola perusahaan yang ada di Los Angeles," ucap Mega membuka suara. Mega melihat raut wajah Zidan berubah setelah mendengarkan ucapannya barusan.
Sebenarnya, Jordan sudah melarangnya yang terus-terusan terjun kedunia pekerjaan. Terlebih Mega mudah terserang penyakit tifus yang tidak boleh kecapean, namun Mega enggan mendengarkan ucapan suaminya, dan tetap ingin membahagiakan kedua putranya dengan menghasilkan uang.
"Kalian mau ninggalin aku sama Arka lagi?" tanya Zidan. Ia tak sanggup jika harus ditinggal orangtuanya ke Amerika. Selama ini, mereka selalu sibuk dengan pekerjaannya yang selalu pergi keluar kota. Walaupun ia tidak pernah kekurangan uang, tetapi tetap saja itu semua terasa kurang, jika tidak ada dekapan hangat dari ibunya setiap hari ataupun obrolan hangat dengan kedua orangtuanya.
"Papah putusin buat menetap di sana, kita semua," sahut Jordan. Sekuat-kuatnya hati seorang ayah, Jordan merasa sangat lemah jika berada jauh dengan kedua putranya. Maka dari itu, Jordan memutuskan untuk mengajak kedua putranya tinggal di Los Angeles. Dengan seperti itu, keluarganya akan tetap utuh dan tidak ada lagi rasa cemas dipikirannya.
YOU ARE READING
Z Something Different
RandomKini kita berdua kembali bertemu, setelah beberapa tahun memutuskan untuk saling menjauh. Temu itu pun, bukan karena kita berdua adalah jodoh. Melainkan, karena kita berdua adalah dua orang sahabat yang pernah membuat kisah. Dan tentunya, bukan kare...
