My Love

993 119 169
                                    

Hallo gais, kembali lagi bersama saya GREY ACKERMAN😁

Maaf banget, udah beberapa minggu bahkan bulan aku gak pernah up cerita apa pun karena yaa... beban aku sebagai anak kuliah makin gede huhuhu😭

Tapi, sekarang aku kembali dengan sebuah oneshot yang mungkin sangat-sangat absurd😂

Oneshot ini aku dedikasikan untuk ehem... gosip mengenai kematian Levi Ackerman di chp 115. Walaupun sebenernya saya YAKIN husbu saya gak mungkin mati😭

But, gak ada salahnya ye kan???

Sooo...

Don't like don't read yaa karena ini akan mengandung HEAVY ANGST

HAPPY READING
&
HOPE YOU ENJOY


-----*-----

Kicauan burung di pagi hari menyambut bangkitnya Sang Mentari yang bersinar terang. Pagi hari nan indah pun diiringi oleh nyanyian merdu yang meluncur dari bibir seorang lelaki manis bersurai cokelat. Tangan dan kakinya bergerak lincah seolah menari di dapur, untuk menyiapkan sarapan untuk dirinya dan sang suami.

Perut membuncit besar menandakan bahwa lelaki manis itu tengah hamil, tidak menghalangi gerakan lincahnya. Nama lelaki itu, Eren Jaeger atau Eren Ackerman. Dia sudah menikah dengan seorang pria tampan yang sangat dicintainya. Eren memiliki sebuah kelebihan yang sangat mustahil untuk dimiliki oleh laki-laki mana pun.

Eren memiliki rahim, sehingga dia dapat mengandung dan melahirkan seorang anak. Terlebih, Eren memiliki wajah manis dan mata yang indah, sehingga banyak orang yang mengira bahwa dia adalah wanita.

Bagai tertimpa durian runtuh, lelaki manis itu pun memiliki seorang suami dengan ketampanan di atas rata-rata. Seorang laki-laki yang selalu digandrungi banyak wanita, terlebih dengan kekayaaan yang tidak main-main. Beruntung bagi Eren karena hati si pangeran tampan akhirnya jatuh pada dirinya.

"Levi-san, ayo turun. Sarapannya sudah siap!" Eren berteriak dengan penuh semangat memanggil sang suami. Orang yang dipanggil pun mendengarnya dan tersenyum.

"Iya, Mommy!" Levi--nama pria itu--menyahut, dan mengusap sudut bibirnya dengan handuk. Levi memandangi wajahnya yang terpatri di cermin, selama beberapa saat. Tidak lama kemudian, pria itu terbatuk dengan cukup keras.

Levi menutup mulutnya dengan telapak tangan untuk menahan sesuatu yang akan keluar. Pria itu lalu menatap telapak tangannya dengan pandangan nanar. Gumpalan cairan kental berwarna merah pekat menodai telapak tangan pucat pria itu.

Levi kembali membersihkan mulut dan tangannya, lalu mengeringkannya dengan handuk. Pria itu tersenyum getir seraya menatap pantulan dirinya pada cermin.

"Kami-sama, sampai kapan aku bisa bertahan?" gumamnya. Pertanyaan itu terus berputar di dalam kepala Levi. Dia sendiri pun tidak mengerti, kenapa Kami-sama memberikan sebuah penyakit mematikan yang bahkan sangat mustahil untuk disembuhkan kepada dirinya.

Ingin rasanya Levi 'meminta' kepada Kami-sama untuk melepaskan dirinya dari penyakit ini. Levi belum siap melihat wajah sedih dan mendengar tangisan Eren ketika dia memberikan salam perpisahan saat waktunya telah tiba. Bahkan, Levi berharap dia masih bisa menggendong anak yang sedang dalam kandungan sang istri saat ini.

Eternal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang