JWTBAM~(8) Mengukir Kasih Kelabu

939 128 72
                                    












































Tangan terikat. Ada bekas luka sayat yang berhasil tertoreh di sebalik ikatan kencang itu. Tidak sedang melupakan fakta bahwa hampir di sekujur tubuhnya terukir lebam kebiruan kentara.

Apa sebetulnya kata yang tepat menggambarkan betapa mengenaskan nya Yoong bersama sisa-sisa rintih terluka di bibirnya yang kering?

Paman Jay namanya, pria bertubuh kekar bergelar algojo semena-mena suruhan Appa Jung. Ia mengakui kejujuran nya saat melihat sungguh menyedihkan pasangan itu.

Dipisahkan secara sadis, dan di perlakukan tanpa hati. Bohong besar jika ia tidak merasa dosa tengah menerjang dirinya. Menyiksa Yoong, walau telah berulang kali pria itu melenguhkan rasa sakit.

Apalah daya sandangan kata anak buah melekat pada statusnya. Dia tidak bisa berbuat banyak selain mengikut narasi mulut Appa Jung ketika bertitah.

Pukuli dia!

Buat dia berdarah!

Buat dia menyerah!

Seminggu merasakan siksaan pahit itu, paman Jay masih belum mendengarkan bibir Yoong mengucapkan kata menyerah. Tangan kokoh itu hampir tidak berdaya untuk bertindak bengis. Perasaan algojo paman Jay rasanya telah malu dan menghilang jauh-jauh.

"Maafkan aku. Yang kulakukan hanyalah menuruti perintah. Tidak atau di terimanya permintaan maafku, kuharap kau bisa mengerti"

Nada bicara paman Jay sungguh syarat penyesalan. Meski kata itu teredar datar. Sifat dingin masih membaluti pria bertubuh besar itu.

Yoong mengangkat kepala. Bercak lebam juga sedikit pancaran luka kering memajang di atas wajah itu. Ketika Yoong tersenyum, lantas saja pukulan batin mendesak paman Jay.

Dirinya membuang tatap, asal tidak menatap wajah muda itu. Rasanya benar acak-adut. Berani-beraninya ia masih menorehkan senyum seolah dia betul-betul baik-baik saja. Paman Jay pun tidak akan yakin dia bisa melewati tantangan di luar batas wajar seperti ini.

"Berhenti tersenyum, kumohon. Kau kesakitan, hanya menyerah lah, aku tidak mau tanganku melukai mu lagi."

Paman Jay berucap gusar. Yoong menatapnya sayu. Kedipan matanya bahkan menutup sendu. "Tidak apa paman. Aku benar-benar baik saja, dan tidak akan baik-baik saja jika saja aku menyerah dan appa Jung merenggut Jessica paksa dariku"

Sudah di luar kuasanya sejentik air bening loncat di sebalik pelupuk mata paman Jay. Sifat bengis dan jahanam khas itu runtuh sekejap, tatkala tangisan Yoong menemani pendengaran nya untuk yang kesekian kali.

Hati paman Jay bertindak sepenuhnya hari ini. Sebetulnya ia tidak tahan, menyerang anak muda yang kesalahannya tidak jelas seperti ini.

"Dia bahkan sudah merenggut Jessica paksa darimu. Tidak kah kau lihat perjuanganmu hanya sia-sia?" paman Jung berkata pelan. Hanya saja tatapannya masih enggan tertuju lurus ke arah Yoong. Berusaha kuat menutupi binar sedih di netra legam itu.

"Paman, aku tidak peduli jika perjuanganku ini sia-sia. Aku hanya ingin mempertahan kan Jessica tanpa menyentuh surat cerai itu." Yoong menutupi wajahnya dengan kedua tapak berdarah miliknya. Tangisnya terseret sekali.

Benar-benar menyayat batin paman Jung untuk semakin iba.

"Aku hanya merindukan wanita itu~ rindu sekali, paman. Dadaku sesak, ingin sekali melihatnya..." tangis Yoong bahkan tersendat-sendat. Hampir kehilangan udara dalam tenggorokan karena menangis tanpa mengingat waktu.

Just Want To Be A MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang