JWTBAM~(1) Bayi Lucu

5.1K 234 66
                                    





















Lalu-lalang yang tadi tampak berisik kini melenggang. Tradisi biasa, kala malam kian kencang menorehkan lelah. Di mana waktu membawa mereka-sang pekerja keras berpulang sementara untuk mengistirahatkan segala cerita di satu hari yang sudah di jelajahi.

Membuang semua kepayahan. Mencitakan hal terbaik pada keesokan harinya. Ya~ Semua orang punya pengharapan masing-masing. Sekali pun yang menjadi harapan tak kunjung bisa di harapkan.

Pandangan berpindah ke seberang jalan. Tawa geli dari suara kecil menjadi lantunan yang bisa Jessica capai pada telinganya ketika dirinya duduk berbataskan kaca tembus pandang di kafe yang masih setia menemani serta menjamu para tamu yang silih ganti berdatangan.

Jessica sepertinya melupakan pemandangan itu. Fokusnya memang suka melanglang buana.

Atensinya tertarik lagi. Seorang wanita muda bertemankan si kecil tampan yang lucu. Benar, manik cantik Jessica yang masih terang di jam lebih mendekati tengah malam itu dapat melihat dengan baik garis wajah tanpa dosa anak itu. Apalagi letak duduknya seolah menyenteri jalanan di seberang kafe.

Bercanda tawa ria seolah tak ada masalah dalam hidupnya. Well~ Jessica bukan manusia satu-satunya yang tengah di rundung masalah. Ia yakin akan hal itu. Tak terkecuali wanita dengan bocah kecil yang terus menyorakan kikikan gelinya.

Tanpa sadar, kikikan geli sang kecil bernaung indah di telinga Jessica kembali. Ia tersenyum. Senyum bernada bingung sebenarnya. Jessica ingin mengatakan bahwa ia bahagia setiap matanya mendapati wajah polos dari anak kecil. Namun tak menepis pula jika hatinya betah bersedih kala realita suka menabrak tiba-tiba.

Mengingatkan dengan bengis bahwa ia adalah ibu yang belum terkategorikan 'seorang ibu'. Belum sempurna.

Menghela napas dan membuangnya tenang. Jessica mengamit jaket berbahan bulu halus dan membawa diri keluar kafe dengan langkah pelan. Kedua manusia yang tak hentinya menyebar suasana bahagia untuknya itu menarik dirinya. Memanggil sisi lembutnya hanya untuk sekedar menyapa ramah. Mungkin Jessica ingin bertanya pula mengapa wanita muda itu tak khawatir mengenai cuaca dengan angin menusuk seiring waktu lebih naik. Apalagi dengan kehadiran si kecil tampan. Apa ia tak memperhitungkan konsekuensinya? Itu berbahaya. Kulit lembut anak itu mudah di rongrong masuk dengan cuaca jahat di malam hari.

"Selamat malam." Jessica menyebar senyum teduh. Ia tak merugi sebab balasan senyum dari sang wanita muda itu menyapa pertemuan dengan ramah.

"Sedang menunggu seseorang?" Wanita bernama lengkap Jessica Jung Sooyeon itu melempar tanya kemudian.

"Hm, kami menunggu ayahnya pulang. Biasanya kami menjemputnya di sini."

Jessica hampir memuntahkan protes terhadap sang suami si wanita ketika mendengar jawaban tersebut. Mengapa harus repot-repot ia menjemput suaminya. Tidak~ itu memang bukanlah hal buruk tetapi lihatlah kondisi wanita di hadapannya sekarang.

Si kecil bermanik lebat itu adalah puteranya. Terlebih sekarang Jessica baru dapat melihat dengan seksama. Fakta bahwa wanita ini pun tengah berbadan dua. Jessica tidak bisa memprediksi berapa bulan sang calon bayi. Sebab pengalaman pun ia belum punya. Enam bulan, mungkin saja.

"Biasanya? Apa suamimu bekerja di luar kota?" mungkin pertanyaan Jessica ini terdengar penasaran. Karena dirinya pun terheran, sekali lagi karena kondisi wanita itu tidaklah sedang tepat. Siapa yang akan menjamin fisik serta kesehatan seorang ibu hamil?

"Tidak, suamiku bekerja di salah satu perusahaan di kota ini. Dan memang biasanya aku menunggu untuk menjemputnya pulang."

Sudahlah. Jessica tak lagi mengerti. Ia ingin menyelanya dengan berkata bahwa rumah bisa menjadi sarana pusat tempat ia menjemput suaminya. Tapi, itu bukan urusannya. Wanita ini seorang ibu, tentu saja apa yang akan di hadapkan bersama jagoan kecilnya itu sedikitnya, ia itu adalah ahlinya.

Just Want To Be A MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang