14. Thorn

123 12 0
                                    

Jevan sepertinya mulai melupakan perasaannya pada April, semenjak kehadiran Jasmine sosok April seakan tergantikan dengan kehadiran janda satu anak yang pernah mengisi relung hati seorang Jevan Satria selama ia menempuh pendidikan di Negeri Ginseng, wanita pribumi yang merantau ke destinasi yang sama dengan Jevan dan jangan lupakan juga dengan profesi yang sama.

"mas." Panggil April untuk kesekian kalinya karena pemuda itu kini lebih fokus pada ponselnya sambil sesekali tersenyum tidak jelas.

"iya Pril?"

April membuang napasnya berat. "mas daritadi gak denger aku ngomong apa emangnya?" Jevan menggeleng pelan menjawab pertanyaan gadis yang kini duduk dihadapannya sekarang.

"ck udah ah males aku ngomong ulang, lupain aja mas!" rutuk gadis itu lalu meninggalkan Jevan di kafetaria rumah sakit dengan seribu pertanyaan di kepalanya.

Sementara April kembali ke ruangannya dengan wajahnya memerah karena kesal, dan kekesalan gadis itu hilang saat membaca pesan yang baru saja masuk ke ponselnya.

Yeyo: "nanti ku jemput ya, kita makan es krim aku lagi pengen es krim"

April tersenyum lalu mengetikkan balasan untuk pesan dari Leo.

Me: "iya iya"

Me: "tumben banget deh"

Yeyo: "eh tapi aku doang yang makan, kamu kan baru sembuh demam wkwkw"

"ih apaan sih coba pelit amat dah!" oceh gadis itu bak orang gila sambil menatap ke ponselnya.

Me: "ihh kok gitu!!hing"

Me: "dikitttt aja yaa?"

Me: "ya?"

Yeyo: "oke boleh"

Yeyo: "satu suap doang tapi"

Yeyo: "gimana? Deal?"

Me: "iya iya, bawel"

Yeyo: "yash! See ya nanti sore!!"

Entah kerena sihir apa yang seorang Agatha Leonardo gunakan, tiba-tiba rasa kesal gadis itu hilang bak diterpa angin, ia bahkan tidak ingat kenapa ia bisa merasa kesal tadi.

--

Sesuai janjinya Leo menjemput April di kantornya dengan motor hitam kesayangannya ditambah helm coklat kesayangan April yang selalu ada di motor pemuda itu.

"halo cantik!" gombal pemuda itu saat mendapati sahabatnya itu keluar dari rumah sakit dengan wajah yang sumringah.

"halo juga jelek!" balas April dan dibalas dengan cubitan di hidung mancung gadis itu. Sepanjang perjalanan mereka terus saja bercanda sambil sesekali membicarakan soal persiapan pernikahan Brian dan Fira yang tinggal beberapa bulan lagi.

"udah coba kebaya kan?"

"udah kok! Kamu udah jahit batikmu belom? Awas ya kalo sampe belom!" teriak April dari belakang, karena jalanan yang ramai mereka harus berbicara dengan suara sedikit lebih kencang.

"udah! Mami yang ngurus itu tenang aja aku bakalan keliatan ganteng kok!"

Mereka masuk area mall sambil bergandengan tangan, bahkan Leo dengan baik hati membawakan tas kerja April dan membiarkan tangan gadis itu dalam genggamannya. Sebelum menuju tempat untuk makan es krim, gadis itu meminta Leo untuk menemaninya memilih beberapa kosmetik yang akan ia beli untuk persiapan acara kakak sulungnya itu.

"ini bagus-" omongan April terhenti saat maniknya mendapati sosok tinggi menjulang yang ia kenal kini tengah ada dihadapannya bersama dengan seorang wanita yang tidak ia kenali, dan parahnya lagi mereka terlihat sangat bahagia.

"Mpil?" tidak ada respon dari April justru ia berjalan menghampiri kearah pasangan itu.

"mas Jev?"

Pasangan itu berbalik arah dan bisa dilihat betapa terkejutnya Jevan melihat siapa yang baru saja menyapanya.

"April?"

"siapa Jev?"

"eh itu-"

"temen kerjanya. Aprilia." April berusaha menahan rasa sakitnya sambil mengulurkan tangannya.

"Jasmine, pacar Jevan." Kaki April sudah tak kuasa menopang tubuhnya untungnya Leo langsung menghampiri dan merangkul bahu gadis itu.

"Mpil, pulang yuk." Ajak Leo sambil menatap tajam kearah Jevan.

Sepanjang perjalanan Leo bisa merasaan cengkraman tangan gadis itu di jaketnya, ia yakin gadis itu benar-benar merasa terpukul, saat ia sudah membuka hatinya untuk Jevan lelaki itu justru melukai perasaan sahabatnya itu, dan itu tidak akan bisa ia ampuni seumur hidupnya.

Begitu tiba di rumah April langsung masuk ke kamarnya, bersyukur kedua orang tua gadis itu dan Dion tidak penasaran apa yang terjadi dengan gadis itu. Dan saat memasukki kamarnya gadis itu langsung membanting dirinya keatas ranjang dan menumpahkan air matanya.

"cup cup Mpil, jangan nangis dong." Hibur Leo sambil menepuk puncak kepala gadis itu, dalam hatinya ia ingin sekali mengampiri Jevan dan menghajar wajah pemuda itu.

"udah ya jangan nangis, sekarang Mpil mau apa?"

"peluk." Lirih gadis itu dan tanpa tunggu lama lagi, Leo langsung membawa gadis itu kedalam pelukannya setelah gadis itu mengangkat kepalanya dari bantal. "udah ya jangan sedih lagi ya, ada aku kok. Kalo kamu sedih, aku juga sedih Mpil." Ujar Leo sambil menenagkan gadis itu.

"udah ya jangan nangis lagi, sekarang bilang sama aku kamu mau apa?"

"coklat, mau coklat Yo." Isak April.

"nah gitu dong, ya udah tunggu disini ya aku beliin coklat yang banyak buat kamu biar gak sedih lagi."

--

Kegalauan April memang tidak berlangsung lama, namun ia masih merasa sakit hati saat berpapasan dengan Jevan, apalagi ia mendengar kalau Jevan akan cuti selama 3 minggu untuk pergi ke Korea Selatan.

"dokter Jevan jadi cuti?" tanya salah seorang staff pada staff lainnya saat April lewat didepan mereka.

"iya, katanya sih mau liburan sama pacaranya." Hati April kembali terasa sakit ketika mendengarnya namunu ia kembali ingat dengan perkataan Leo kalau dirinya bersedih, pemuda juga akan bersedih.

Semua orang di rumah April kini tengah sibuk mempersiapkan pernihakan Brian dan Fira, sedangkan Brian mengurus beberapa persiapan administrasinya.

"hua!!!!!!!!!" suara Brian terdengar sampai ke kamar kedua orang tua dan kedua adiknya.

"kenapa mas?" tanya Dion panik setelah membuka pintu kamar Brian.

Lelaki itu menatap kearah timbangan yang entah sejak kapan ada di kamarnya itu. "berat badan mas naik!! Hueee ntar gak cukup lagi beskap sama jas nya huaaaaa!!" rengek Brian sambil melompat-lompat bak anak kecil, bukannya ikut memikirkan cara agar sang kakak bisa menurunkan berat badannya, Dion dan April justru menertawakan Brian.

"ihh kok mas jadi embem gini sih ihh adek gemes jadinya." Ledek April sambil mencubit pipi gembul sang kakak.

"huee bundaa!!! Mas diledekkin adek-adek!! Hueee!!" rengeknya dan bunda hanya menggeleng melihat kelakukan putra sulungnya itu. "iya ih, mas tambah tembem aja nih."

"ihh bunda!! Mas tuh gak gendutan, tapi mas lagi dalem mode suka makan." Elak Brian.

"ck kamu tuh, mulai besok rajin-rajin olahraga ya mas, biar pas bajunya ntar tinggal beberapa minggu lagi lho."

"iya Bun iya." Sungut Brian sementara kedua adiknya masih asik menertawakan dirinya.

"haha semangat ya mas! Besok adek temenin lari pagi, tapi adek naek motor yaa." Ledek Dion sambil menjulurkan lidahnya pada sang abang.

"oh iya Mpil, gimana sama dokter Jevan?"


==== 

[ COMPLETE ] ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang