11. Game On!

143 14 0
                                    

Jevan dan April semakin dekat dan itu semakin membuat Leo cemburu dengan kedekatan mereka, bahkan April sudah tidak lagi menjadi pelanggan tetap Leo untuk diantar jemput ke kantor, gadis itu selalu pulang bersama dengan Jevan. Namun itu tidak membuat Leo berhenti menjaga sahabatnya itu, ia selalu bersedia begadang demi mendengarkan cerita April soal ia dan Jevan, dan juga soal pekerjaannya.

"Yo, aku mau nanya boleh?"

Leo menoleh kearah gadis manis itu. "mau nanya apa emang?"

"kamu bakalan lupain aku gak semisal kamu udah ketemu jodohmu?" tanya gadis itu.

"hmm gak lah, gak mungkin. Kamu itu udah jadi bagian hidupku sebelum aku ketemu sama orang yang akan jadi jodohku suatu saat nanti Mpil. Kan aku pernah bilang hidupku itu cuman punya papi, mami, mas Andre sama kamu aja."

"tapi Yo, kita makin dewasa dan aku yakin kamu cepet atau lambat bakalan nemuin jodoh kamu dan ngelupain aku."

"kata siapa aku bakalan ngelupain kamu? Kita emang bakalan punya kehidupan masing-masing, tapi gak sekarang Mpil. Sekarang aku punya kamu dan kamu punya aku, itu aja yang harus kamu inget Mpil."

"makasih banyak ya Yo, udah jadi temen, sahabat dan pendengar yang baik selama ini Yo. Aku sayaaangggg banget sama kamu." Ujar April sambil menyandarkan kepalanya di bahu Leo.

"sama-sama Mpil, kamu tenang aja aku bakalan selalu ada disisi kamu kok. Aku janji." Tutur Leo dengan penuh rasa sakit yang menusuk ketika mendengar ungkapan dari gadis itu.

"Mpil."

"eum?"

"besok aku mau ketemu Abyan." Gadis itu langsung mengangkat kepalanya dari bahu Leo.

"mau ngapain Yo? Jangan bertingkah dong Yo."

"aku gak akan bertingkah, aku janji. Aku cuman mau ngomong empat mata sama dia, sebagai laki-laki."

"Yo jangan."

"gak apa-apa Mpil, percaya sama aku. Aku akan pulang ke rumah tanpa bonyok, kamu tenang aja oke?"

Mau tidak mau April harus mengiyakannya agar semua masalah antara Leo dan Abyan bisa segera selesai dengan baik, bagaimana pun mereka saling kenal.

--

"Jev?" Jevan menoleh dan langsung terdiam ketika ia mendapati seseorang yang selama ini ia rindukan kehadirannya kini berdiri dihadapannya dan tersenyum kearahnya.

"Jasmine."

"iya ini aku Jev, long time no see." Sapa gadis yang jauh lebih pendek dari Jevan itu.

'bahkan senyumannya masih sama kayak dulu'

"sendirian banget Jev, gak berubah ya kamu tuh."

"hehe iya, kamu sama siapa? Mana pacarmu?"

Gadis itu menggeleng pelan. "gak punya pacar aku, enakan pergi sendirian."

"oh gitu."

"kamu sendiri? Mana pacarmu?" Jevan mendadak lupa siapa Aprilia Saraswati, gadis yang selama ini ia dekati.

"gak punya juga hehe sibuk sama jenazah mulu soalnya."

"halah kamu tuh bisa aja, mau ngobrol disuatu tempat?" tawar gadis itu.

"boleh kok."

Mereka banyak berbincang mengenai kehidupan masing-masing disebuah restoran yang cukup terkenal yang ada di pusat perbelanjaan itu.

"gimana Seoul?"

"gak banyak berubah kok. Kapan nih nyusulin aku kesana?"

Jevan tersenyum. "tunggu lah, kalo uang udah ke kumpul buat main kesana. Eh iya ini beneran gak apa aku jalan sama kamu?"

[ COMPLETE ] ChoiceWhere stories live. Discover now