19. sebuah permintaan

1.9K 241 778
                                    

"Bas, lo gak ada niatan buat cari pacar, gitu?"

Disuguhkan pertanyaan konyol seperti itu secara mendadak oleh Dion, membuat Bastian serta-merta merasa linglung untuk sesaat. Lantaran ia tak pernah menduga sebelumnya, jikalau dirinya yang baru saja selesai memesan makanan, dilempar sebuah bom begitu saja tatkala sampai di bangku kantin paling ujung dimana kedua temannya berada. Terlebih lagi, perihal mencari pacar, Bastian belum memikirkannya. Dia masih berada di zona nyaman sendiri, hidupnya terasa bahagia walau tanpa pacar.

Menurutnya, Dion itu merupakan spesies yang sangat kepo, ribet, dan selalu mengurusi hidupnya dengan berkedok peduli sebagai teman. Peduli setan. Dion tetaplah Dion. Dia menyebalkan. Tetapi, untung saja Bastian masih menganggapnya teman. Ya, masih untung. Menggaruk ujung hidungnya yang mendadak terasa gatal, Bastian serta-merta berujar, "Emangnya kenapa?"

"Kebiasaan banget orang nanya, malah nanya balik."

"Hehe." Bastian sedikit tertawa menatap Dion yang mulai sewot. Ia lantas melanjutkan, "Ada, cuma belum nemu yang pas aja."

"Emang tipe lo yang kayak gimana? Pasti yang bahenol."

Lihat? Selain kepo, Dion juga orangnya sok tahu. Dia yang bertanya, dia juga yang menjawab pertanyaannya sendiri.

"Enggak juga, tapi kalau nemu yang gitu sih gak papa, bonus."

"Terus, lo sukanya yang cantik?"

"Cantik mah relatif, yang penting baik aja hatinya."

Mendengar penuturan kata yang menurut Dion aneh bila diucapkan oleh Bastian, membuat Dion serta-merta mendorong sebelah bahu temannya itu dengan niat bercanda. "Gaya lo, Bas. Sok iye banget dah." Katanya sembari tertawa renyah, Bastian ikut andil menertawakan jawabannya sendiri, kendati sebenarnya dia tidak tengah melawak sedikit pun, melainkan berkata jujur.

Kemudian Dion menghentikan gelak tawanya sesaat ketika kedua netranya mulai terpatri kepada sosok Fanza yang kini tengah sibuk menyantap bakso di hadapannya, tidak ikut andil membuka suara sedikit pun, sama sekali tidak hirau dengan keadaan sekitar. Benar-benar flat. Membuatnya berhasil mendapatkan sebuah ide usil dalam sekejap, lalu Dion pun kembali melanjutkan konversasinya dengan Bastian, namun tentu saja dengan mata yang sengaja melirik ke arah Fanza, bersama suara yang dikeraskan. "Si Feira termasuk tipe lo gak?"

Bastian peka detik itu juga, apalagi setelah melihat gerak-gerik Dion yang ditujukan kepada Fanza. Maka dari itu, dia pun menyindir, "Dia termasuk, sih. Cuma kayaknya ada yang suka sama dia di sini. Makanya gue gak jadiin dia pacar."

Menyadari bahwa kedua temannya tengah memerhatikannya, membuat Fanza mendadak mendongak, berhenti mengunyah, bertanya dengan raut heran. "Kenapa ngelihatin gue?"

Tidak buru-buru menjawab, Bastian dan Dion justru malah tertawa terbahak-bahak di sana. Menurut mereka, mengusili Fanza dengan cara menjodoh-jodohkannya dengan Feira merupakan pekerjaan baru yang terasa sangat menyenangkan. Bukan tanpa alasan, lantaran mereka berdua sangat yakin jikalau Fanza memang sudah menyukai Feira. Namun, pemuda tersebut masih saja tidak mengakuinya, entah gengsi atau Fanza memang benar-benar belum menyadari jikalau dirinya sudah mulai menaruh hati kepada gadis tersebut.

Kemudian tanpa merespon apa pun perihal kebingungan yang tengah dirasakan oleh Fanza, di sana Bastian mulai mengalihkan atensi serta berteriak kencang setelahnya, melambaikan tangan ke arah dua gadis di seberang yang terlihat sangat kebingungan, seperti tengah mencari sesuatu. "Hei, kalian, sini!"

Amanda dan Kanaya merupakan gadis yang dimaksud. Kedua gadis itu lantas menuruti permintaan dari Bastian tanpa berpikir panjang. Berjalan mendekat, lalu setelah sampai di depan mejanya, mereka mulai dicecar pertanyaan oleh Bastian, "Kok cuma berdua?"

Profitable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang