18. Siapa Dia?

19.8K 608 3
                                    

[bagian baru]

🌸🌸🌸

Iluvia membereskan alat tulisnya yang masih berceceran diatas meja akibat pelajaran Seni Budaya dijam pelajaran terakhir tadi. Seluruh alat tulisnya keluar dari dalam kotak pensil karena dipinjam sana sini oleh teman sekelasnya, murid dikelasnya ditugaskan untuk menggambar salah satu rumah adat dari suku apa saja.

Setelah selesai, Iluvia menggendong tas ransel dipunggungnya lalu berjalan keluar kelas. Ia sangat terkejut dengan keberadaan Arkan yang duduk dilesehan depan kelasnya.

"Arkan?" tegur Iluvia.

"Eh, hey!" Arkan berdiri lalu tersenyum sambil membersihkan bagian belakang celana abunya.

"Nga-- pain?"

"Nungguin lo."

"Nungguin gue? Kenapa nungguin gue?"

"Kata Bang Alga nomer lo gak aktif, dia hubungin lo berkali-kali mau ngasih tau kalo dia gak bisa jemput karena harus nganter Kak Clara ke bandara." jelas Arkan.

"Hah?" Iluvia mengambil ponselnya dari dalam tasnya, "Hape gue lowbat."

Arkan hanya tersenyum.

"Yaudah kalo gitu gue mau nunggu taxi didepan ya, dah!" Iluvia beranjak pergi namun tangan Arkan menahannya.

"Kenapa? Gue takut nyampe rumah kesorean, Kan." ujar Iluvia.

"Lo kaya gak punya temen aja ya," Arkan terkekeh.

Iluvia mengernyit, "Hah?"

"Lo pikir tujuan gue apa duduk disitu nungguin lo keluar kelas?" alis Arkan terangkat sebelah.

Iluvia mengernyit lagi, "Hah?"

"Gue laper, temenin makan ya?"

"Loh, kok--"

"Tante Irla ngizinin kok, santai. Gue udah telepon."  Arkan tersenyum.

"Hah?"

"Kebanyakan hah hah hah lu, ayok ah!" lalu Arkan membawa Iluvia keparkiran.

~~~

"Jadi... Gimana sama Lia?" tanya Iluvia selepas menelan suapan siomaynya.

Arkan memberhentikan aksi memotong siomaynya, dia tersenyum pahit. "Gue ditolak, Luv."

Iluvia menatap Arkan dengan dalam. Dia tidak tega melihat orang yang dicintainya menjadi hancur seperti ini.

Mengapa? Mengapa Arkan ikutan hancur begini? Harusnya cukup dia saja yang hancur, Arkan tidak usah ikut merasakan.

Iluvia mengelus lengan Arkan, "Yang sabar ya, lo pasti kuat." katanya kemudian tersenyum.

"Gue lebih rela liat lo sama Lia, Kan. Dari pada harus liat lo sakit hati kaya gini."

"Gue salah, Luv. Salah besar selama ini."

"Gak ada yang salah dan gak ada yang benar Kan, ini cuma soal hati dan selera." ujar Iluvia.

"Iya, lo bener. Hati Lia bukan buat gue, dan selera Lia bukan gue." ujar Arkan lalu lagi-lagi terkekeh pahit.

"Seharusnya lo lihat orang-orang disekeliling lo, lo harus mengamati mereka satu persatu. Jangan langsung ngambil tindakan, seharusnya lo simpulin dulu matang-matang."

"Gue bodoh banget selama ini, jatuh cinta sama orang yang salah." kata Arkan.

"Gue lebih bodoh dari lo, gak menyadari kalo lo suka sama orang lain." gumam Iluvia.

Aku, Kau, dan Hujan. [COMEBACK FULL VERSION]Where stories live. Discover now