Chapter 07 : Wanita Gila!

2.4K 145 6
                                    

Dengan senyum yg mengembang di bibirnya Alexius menggenggam erat jari-jemari Xilena, membawa gadis itu memasuki ruangan yang tampak sangat luar biasa sibuk. Sebenarnya Xilena sangat enggan menemani Alexius bekerja, tetapi ia tidak memiliki pilihan lain dan yg bisa ia lakukan hanya bersikap senormal mungkin. Bukankah ini gila! Ia pasti akan mati kebosanan jika berlama-lama dalam ruangan ini.

Banyak orang berlalu-lalang dan terlihat sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Berada di ruangan itu membuatnya jengkel. Bagaimana tidak ia menjadi pusat perhatian banyak orang yg berada disana. Tentunya semua itu salah pria yang dengan seenak jidatnya menggenggam erat jari-jemarinya tanpa berniat melepaskan tangan mungilnya.

Disana, seorang pria setengah baya berlari kecil menghampiri mereka berdua. Xilena menebak, orang itu sedang menahan emosi. Dahi Xilena berkerut dalam. Siapa yang membuatnya marah sampai seperti itu? Mungkinkah Alexius? Itu berarti pria setengah baya di hadapannya itu menejer Alexius.

Berbagai pertanyaan berkecamuk di kepala cantiknya. Xilena sudah tidak lagi mempredulikan tatapan banyak orang disana. Xilena fokus memperhatikan apa yang akan di lakukan pria setengah baya itu. Ia lalu melirik Alexius yg sepertinya terlihat cuek. Alih-alih panik atau takut di marahi oleh menejernya, Alexius justru memasang senyum menyebalkannya. Jika boleh jujur, wajah Alexius terlihat jauh lebih tampan. Wajahnya terkesan keren dan nakal. Xilena mengiggit bibir.

"Kau-" Tunjuk pria setengah baya itu kepada Alexius. "Jangan main pergi lagi. Kau tahu pekerjaanmu bukan?" Sungutnya berapi-api. Ia benar-benar marah. Hanya saja si gila Alexius menatapnya cuek dan datar.

Muak! Itulah yang terselip di benak Alexius terhadap pria setengah baya di depannya. Ia benci diatur dan ditegur seperti sekarang. Manusia rendahan menjijikkan sepertinya tidak di perkenankan menegurnya yang memiliki derajat jauh lebih tinggi darinya. Alexius menjilat bibir bawahnya, menyeringai licik. Ya, malam ini pria itu harus mati di tangannya. Alexius tidak sabar untuk membunuh pria sialan itu.

Hanya saja, jauh lebih nikmat lagi jika mangsanya itu seorang gadis muda. Jiwanya pasti masih sangat segar. Memikirkannya saja sudah membuatnya tergiur. Apalagi hari ini membutuhkan banyak energi, sebelum kembali ke istana. Si tua bangka itu memanggilnya. Siapa lagi jika bukan ayahnya. Saudara-saudaranya juga di undang untuk datang berkunjung. Entahlah, apa yang akan terjadi nanti? Masalah sepertinya sudah menanti mereka berempat.

Tanpa sadar, Alexius mendengus. Hubungannya dengan sang ayah tidaklah baik. Begitu juga dengan ketiga saudaranya. Mereka benar-benar memiliki hubungan buruk. Ikatan antara anak dan ayah yang tidak saling terhubung pasti akan membuat sebuah lubang diantara mereka. Semua itu jelas berkaitan dengan kenangan masalalu yang mengenaskan. Alexius benci saat ingatan itu kembali terbayang di kepalanya. Seakan seperti sebuah bakteri berbahaya yang merusak.

"Kenapa kau masih berdiam diri disini? Bersiap-siaplah, sebentar lagi giliranmu!" Sentak pria sialan itu kepada Alexius. Xilena sendiri yang sedari tadi diam juga mulai ikut terbawa emosi. Pria setengah baya di depannya itu sangat kasar dan menyebalkan.

Xilena hendak memaki pria itu tetapi Alexius telah menariknya merapat ke dalam dada bidang Alexius yang terpahat sempurna. Mendekapnya erat dan sesekali mengendus tengkuk leher Xilena yang memabukkan. Pria setengah baya itu terlihat semakin marah. Tingkah Alexius telah menyulut emosinya. Tatapan menyebalkan tercetak jelas di wajah Alexius. Ia tersenyum miring menatap pria setengah baya itu tanpa melepas dekapannya dari tubuh Xilena.

"Aku bersedia jika kekasihku juga ikut dalam pemotretan. Tentunya kau tidak keberatan bukan? Akan sangat bagus jika ada kekasihku!"

Kekasih?

Siapa gadis yang Alexius maksud. Jika sudah memiliki kekasih, tapi kenapa tingkanya begitu terhadap diriku? Batin Xilena kebingungan.

Ia menolehkan wajah kesana dan kemari mencoba mencari kekasih Alexius. Tapi, kenyataannya tidak ada siapapun yang terlihat tengah mendekati mereka. Xilena melirik ke arah Alexius yang tengah asyik mengecupi tengkuk lehernya. Tak ada tanda-tanda, Alexius menjauh atau menghentikan aksinya. Dahi Xilena semakin mengkerut jengah karena tingkah laku menyebalkan pria itu. Berbagai pertanyaan juga tengah bersarang di kepalanya itu tetapi, Xilena hanya bisa menelan bulat-bulat pertanyaannya dalam hati.

Falling In Love With Demons [Ongoing]Where stories live. Discover now