10. Dia...Datang!

Mulai dari awal
                                    

Allesya hanya tersenyum sinis mendengar ucapan dia.

“Penguntit!” Ketus Allesya.

“Maafin aku, Esya. Aku benar-benar menyesal.” Ucapnya lagi.

“Dan alasan kamu pindah ke sini hanya karena ingin meminta maaf kepadaku, begitu?”

“Tidak hanya itu. Aku juga akan menjagamu.”

Cihh. Aku tidak membutuhkan mu, cowok berengsek!”

“Esya, Im sorry. ”

“Kamu itu gak seharusnya kesini, Rangga! Aku tidak ingin melihatmu! Pergi dari hadapanku, Rangga!” Amuk Allesya lirih namun penuh akan amarah.

Rangga Micel. Mantan Allesya dari Jawa. Mereka telah menjalin asmara ketika SMP kelas 7 sampai SMK kelas 10. Bisa dikatakan jika Rangga adalah cinta pertama Allesya. Namun hubungan mereka diambang batas tatkala kehidupan keluarga Allesya yang hancur.

***

Esya.. Aku pengen ngomong sama kamu.”  Ucap Rangga dingin dan segera meninggalkan Allesya.

Allesya tersenyum karena Rangga berbicara dengannya. Sebelum itu, Rangga tidak memberi kabar dan jika bertemu Rangga tidak pernah tersenyum kepadanya. Jangankan tersenyum, melirik saja tidak.

Allesya segera mengekor dibelakang Rangga. Sampai akhirnya mereka berada di taman sekolah.

“Aku pengen putus!” Ucap Rangga dengan mudahnya.

Allesya tersenyum kecut. “Kamu bercanda kan?” tanya Allesya dengan mata berkaca-kaca.

“Apa muka ku terlihat bercanda?”

Muka itu... Sangat serius ketika berucap. Allesya menitihkan air matanya. “Kenapa?”

Rangga hanya terdiam dan membuang muka dari Allesya.

“Kenapa kamu putusin aku ketika aku lagi sedih? Kita pacaran juga bukan dalam waktu yang singkat, tapi..kenapa kamu dengan mudahnya berkata seperti itu? Seolah-olah tidak akan ada pihak yang merasa sakit, Rangga. Kamu mudah berkata seperti itu, tapi kenapa aku sangat sulit untuk menerima perkataanmu?” Air mata lolos keluar dari mata Allesya. Ia menangis tanpa suara. Terlebih sakit ketika ia menangis dengan bibir tersenyum dan dengan mata yang memancarkan ketulusan.

“Aku sudah tidak bisa bersama mu lagi.” Ucap Rangga.

“Berikan alasan supaya aku bisa menerima permintaan mu, Ngga.”

“Oke. Aku akan jujur. Aku...tidak bisa berpacaran dengan gadis yang memiliki keluarga yang hancur.” Ucap Rangga dengan serius. “Lagi pula, aku memang sudah tidak mencintaimu dan aku juga telah berpacaran dengan Bella. Dia lebih cantik dan pastinya dari keluarga yang baik dan kaya.” Lanjutnya.

Hati Allesya bagaikan tersambar petir yang saling bersautan dengan iringan suara rintik hujan di siang hari.

Aku gak nyangka jika kamu sebusuk itu.” Sinis Allesya dengan menggelengkan kepalanya. Setelah itu, ia pergi meninggalkan Rangga.

***

Allesya membuang muka dari Rangga. Ia teringat tatkala Rangga mencampakkannya. Rasa sakit itu kini kembali lagi.

Dua manusia atau lebih bisa di ibaratkan dengan dinding dan atap. Dimana atap itu sudah rapuh, sudah akan runtuh, tetapi tidak akan bisa jatuh karena telah di sokong oleh dinding. Maka sebaliknya, jika ada atap tetapi tidak ada dinding, apakah atap bisa berdiri sendiri? Apakah atap akan melayang karena kekuatan sihir? Mustahil. Di dunia yang fana' ini tidak ada cerita seperti itu.

“Kayaknya lo lebih baik pergi dari hadapan gue, deh.” Ucap Allesya dingin.

“Lo-gue?” Tanya Rangga memastikan.

“Kenapa?”

“Kamu sekarang sudah berubah, Esya.”

“Ya, benar. Dan jangan pernah manggil gue Esya! Esya sudah mati, karena sekarang yang hidup hanyalah Alle! Allesya.”

Rangga menatap Allesya tidak percaya. Karena ia Allesya seperti ini.

“Esya, aku bener-bener minta maaf,”

“Gak usah ngomong itu terus. Gue muak.”

“Esya...”

“Lo yang pergi atau gue yang pergi? ”

“Aku tidak mau.”

“Oke,” ucap Allesya kemudian beranjak dari tempat duduknya. Tetapi Rangga menahan tangan Allesya dan berhasil di tepis olehnya.

Tak disadari mereka berdua, ternyata ada seseorang yang mendengarkan semua percakapan mereka.

“Gue gak nyangka, ternyata lo gadis yang sangat rapuh, Alle...” Gumam orang itu.

***

Jika suka silahkan di vote dan comment. Kalau kurang suka hanya dibaca juga gapapa, hehe

---TBC

ALLESYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang