pt.1

13.8K 1.5K 535
                                    

[TO GET HER]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

[TO GET HER]

Aku menangis satu hari satu malam saat ayah memutuskan untuk pindah dan meninggalkan New Zealand. Ketika itu, tepatnya hari Rabu. Aku pulang dari sekolah saat aku melihat ibuku menangis. Wajah nya terlihat berantakan, aku hendak menghampiri nya tapi belum sempat aku melangkah kata cerai terlebih dulu terucap dari bibir ayahku.

Itu menjadi kehancuran pertama di hidupku yang sebelumnya sempurna. Ayah mengatakan aku harus ikut dengan nya, meninggalkan negara dimana aku dilahirkan. Aku menolak dengan keras, dan pergi meninggalkan mereka berdua menuju kamar ku. Tapi kemudian ayah mengetuk pintu, tak sengaja ku lihat dia menghapus air mata nya sebelum bersujud di hadapanku. Saat itu mata nya berkaca-kaca. Dia mengatakan kalimat nya dengan suara serak. Seperti di cekik.

"Ibumu menjalin hubungan dengan sahabat ayah. Kau masih mau tinggal disini?"

Itu adalah kalimat yang ayah katakan. Aku beku selama beberapa detik, merasa kosong dari pada sakit. Tidak menyangka keluarga sempurna ku ternyata memiliki borok seperti itu. Dengan tubuh lemas ayah membawa ku keluar dari rumah. Aku hanya menatap ibuku yang masih menangis. Dia bersimpuh di lantai, memanggil-manggil nama ku berulang kali saat ayah membawa ku pergi. Dahulu saat aku masih kecil, aku sering merengek pada kedua orang tua ku untuk tinggal dan menetap di Korea Selatan. Super Junior serta kakek dan nenek adalah alasan kenapa aku ingin berada disini. Tapi saat semuanya benar-benar terjadi, kenyataan ini hanya berbuah penyesalan bagiku.

Tidak terasa sudah dua minggu aku berada disini, aku merasa waktu berjalan begitu cepat. Hari ini adalah hari pertama ku mengawali hari di sekolah baru. Aku tidak ingin merasa terasingkan, tapi rasa seperti itu tidak bisa ku tolak untuk datang.

Nasehat ayah tadi pagi tidak begitu membantu. Walau aku menangkap poin nya; bahwa momen dan kegagalan dapat memperkuat kita. Hidup adalah perjalanan, yang pasti punya tujuan akhir. Dan tentu nya tujuan akan berubah, sama seperti kita yang mungkin saja akan mengambil jalan berbeda saat meneruskan perjalanan.

Bel tanda selesai nya jam pelajaran pertama berbunyi nyaring. Pelajaran hari ini tidak begitu sulit bagiku, karena jujur saja—aku sudah mempelajari semua nya saat aku berada di kelas satu. Bagaimana mungkin mereka baru mengenalkan materi ini di kelas dua?

"Ayo!"

"Kemana?"

Aku bertanya pada teman satu bangku ku. Dia berdiri dan menarik lengan ku agar aku mengikuti nya. Kelas sudah kosong. Murid-murid berhambur keluar tepat ketika bel istirahat berbunyi, sebagian ke kantin, sebagian lagi duduk berkelakar di depan kelas. Mereka berlari meninggalkan kelas, tanpa peduli pada guru yang masih ada di dalam kelas. Aku paham kalau sekolah ini memiliki predikat sebagai sekolahan elite, tapi sayang nya—kebanyakan murid disini tak punya etika dasar. Benar-benar memuakkan.

"Ke kantin!" Seru nya padaku, "Aku lapar, memang kau tidak lapar?"

"Oh. Baiklah, tunggu sebentar. Aku akan membereskan buku ku terlebih dahulu."

to get her ; together. Where stories live. Discover now