Part 2 - Karma

6 0 0
                                    

Dewi menekan nomor ponsel Bima. Ia ingin memberi kabar kepadanya bahwa ia sudah di terminal. Dewi juga tak sabar ingin memastikan Bima tak menipunya.

Dewi menempelkan smartphone di daun telinganya. Tiba-tiba seseorang duduk di sampingnya. Pria itu berseragam polisi coklat dengan rompi hijau stabilo. Sudah pasti dia adalah polisi lalu lintas. Dewi menoleh, melihat sekilas wajah pria yang baru duduk di sampingnya. Polisi itu memanggil ibu pemilik warung untuk memesan kopi. Dewi tertegun. Dia Bima!

"Halo Dewi, sudah sampai di mana? Kalau di terminal mas jemput," ucap pria di ujung telepon.

Dewi syok. Ia menatap lekat polisi di sampingnya. Dia benar-benar persis dengan Bima Cahyo Prasetyo yang berteman di Facebook-nya. Ia juga melihat name tag di dada polisi itu bertuliskan Bima Cahyo P.

"Halo Dew? Haloo?"

"Dewi? Kok enggak ada suaranya? "

"Iya, iya Mas Bima Cahyo Prasetyo," jawab Dewi. Sengaja ia mengucapkan nama lengkap Bima.

Pria di sampingnya menoleh. Benar. Dia Bima.

"Kamu tahu namaku?" tanya pria di sebelahnya.

Jika pria di dekatnya kini adalah Bima yang asli, maka siapa yang selama ini selalu berkomunikasi dengannya selama ini?

Tut.

Dewi mematikan ponselnya. Matanya enggan mengerjap menatap polisi di sampingnya. Jantungnya berdebar kencang. Darahnya mengalir laju dari ujung kaki ke ujung kepala. Kepalanya panas. Napasnya tak teratur. Sepertinya bumi berhenti berputar. Seolah ruhnya lepas dari raga.

Sial! Benar saja ia ditipu. Bima terus menelepon Dewi berulang kali. Namun tak digubris. Pesan masuk diabaikannya.

Bima dan Dewi masih saling pandang. Bima memandang bingung, berusaha mengingat perempuan berambut panjang di sampingnya itu. Apakah mereka pernah bertemu sebelumnya.

Sedangkan Dewi masih memandang Bima tak percaya. Pria berahang kokoh dihadapannya sama persis di foto. Kulitnya kecoklatan akibat sering berjemur di bawah matahari saat bertugas. Rambutnya hitam cepak dengan sedikit jambul. Alisnya tebal, matanya agak sipit. Hidungnya mancung serta bibirnya tipis. Tubuhnya, tentu terlihat atletis dengan dada bidangnya. Dewi mengira-ngira tingginya 170 sentimeter.

"Hei, kamu siapa?" tanya Bima lagi kepada Dewi yang mematung memandangnya.

"A, aku butuh bantuan bapak," ucap Dewi serius.

"Bapak? Apa aku terlihat tua di matamu? Bukannya tadi kamu memanggil namaku? Hah, Bapak?" Bima menggelengkan kepalanya dan mendengus kesal.

Dewi membuka akun Facebook-nya. Dia membuka profil Bima Cahyo Prasetyo dan menyerahkan ponselnya kepada Bima. Kali ini giliran Bima syok melihat akun palsu yang mengaku sebagai dirinya.

"Itu akun Facebook bapak?" tanya Dewi.

"Saya tidak pakai FB. Saya cuma punya WA dan IG. Ckckck, punya nyali juga dia mencuri foto saya. Apa hubunganmu dengan ini?" tanya Bima.

"Karena dia, saya nekat ke sini. Saya dari Malang desa. Saya seperti orang tolol," ucap Dewi kesal.

"Ceritakan saya dari awal," pinta Bima.

"Saya kenal dari Facebook karena dia yang meminta pertemanan."

"Kamu enggak lihat friendlist-nya?" tanya Bima.

"Sudah. Dia tidak berteman dengan orang yang ku kenal. Rata-rata friendlist-nya cewek," terang Dewi.

"Lalu?"

Kau TujuankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang