Hurt

1K 77 13
                                    

Angin dingin langsung menyapa dua lelaki itu begitu keluar dari bangunan tempat tinggal mereka. Dimusim pancaroba ini angin serta cuaca sedang gigihnya menggerogoti sistem imun setiap manusia sehingga banyak orang yang tidak memiliki kekebalan tubuh yang baik akan mudah jatuh sakit.

Namun dua orang itu sepertinya tak peduli dengan dinginnya angin malam saat ini. Mengabaikan dinginnya angin menembus pakaian tipis mereka.

"Katakan." Pinta Rian tegas.

Sepasang mata sipit dan dua mata besar itu saling menatap tajam. Saling mencurahkan amarah masing-masing.

"Jika lo berpikir ada sesuatu diantara kami dan kami menyembunyikan sesuatu dari lo, itu benar."

Cetar.

Rasanya hati Rian seperti dipecut menggunakan cemeti api, sakit sekali. Padahal dia sudah menafsirkan semua ini sebelumnya tapi kenapa rasanya masih begitu sakit.

"Dia menduakan kita?"

Pikiran tentang Kevin yang sengaja bersenang-senang diatas ketidakpastian mereka menggelayuti kepala Rian.

"Hhm."

Rian mendengus, hebat sekali Kevin, bisa memacari mereka dan menari-nari di atas perasaan mereka.

"Dan lo terima diginiin?" Nadanya menjadi dingin.

Apa Marcus sudah terlalu bebal? Dia sudah sering melihat Kevin bersamanya, tidak hanya duduk mengobrol berdua tapi juga melakukan skinship, tidak kah dia sakit hati melihat itu?

"Gue mencintainya, lebih dari segalanya..."

"Gue juga sama. Gue udah lakuin apapun supaya dia merasa nyaman dan bahagia sama gue tapi kenapa dia tidak bisa hanya memandang gue? Kenapa dia menduakan cinta gue yang begitu tulus buat dia?" Belum selesai Marcus berbicara Rian sudah menyelanya.

Rian mengeluarkan emosinya. Marcus memakluminya, Rian masih belum berpengalaman dalam urusan perasaan seperti ini beda dengan Marcus yang sudah kerap kali jatuh bangun dalam mengejar cintanya.

"Jangan merasa disini kita yang paling tersakiti Jom."

Rian menatap Marcus tak paham.

"Orang yang paling tersakiti disini justru Kevin sendiri."

"Hah?!"

"Mungkin lo nggak tahu kenapa gue terima diduakan. Kevin mencintai kita berdua, dia nggak mau kita sampai terluka, dia nggak mau kita jadi bermusuhan jika memilih salah satu diantara kita. Ini juga menyakitinya, dia tidak bisa memilih satu dari kita."

"Apa susahnya tinggal milih satu dari kita?"

"Kalau dia memilih gue, apa lo akan baik-baik saja?"

Rian terdiam mendengar pertanyaan Marcus. Jelas saja dia tidak akan baik-baik saja.

"Tidak ada yang bisa disalahkan disini Jom. Mungkin bagi lo Kevin salah tapi kita juga sama, kita salah karena telah menjatuhkan hati kita ke orang yang sama. Perasaan kita sama-sama kuat dan sama-sama ingin memiliki."

"Terus kita harus bagaimana?" Nada Rian terdengar putus asa.

"Gue mohon sama lo, jangan memaksa Kevin untuk menentukan pilihannya sekarang, biarkan ini mengalir apa adanya. Saat waktunya tiba kita harus menguatkan diri untuk menerima pilihannya."

Rian menghela napas panjang kemudian menggeleng pelan. Ia menertawakan dirinya yang sudah memberikan seluruh hatinya pada roommatenya itu, Rian pikir itu sudah cukup untuk bisa mendapatkan hati Kevin seutuhnya tak tahunya perasaannya dicabang dua.

HELLO, BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang